Aku tidak tahu apa itu cinta. Yang aku tahu cinta itu luka, kecewa dan airmata. Aku melihat semuanya dari mama, dari saat mama menangis di hari kepergian papa. Di saat ia harus tetap tegar untukku, namun hatinya terasa amat sakit dengan kepergian papa yang sangat mendadak.Kecelakaan maut yang terjadi di pagi buta itu sangat membuat keluarga Edwindara terpukul. Dan bagi mama itu bukan hanya airmata kesedihan, tapi juga luka dan kecewa. Karena kecelakaan itu menewaskan dua orang, papa dan seorang wanita tanpa identitas. Saat itu, di waktu aku masih berusia tujuh tahun, aku tidak mengerti apa pun. Yang aku tahu itu adalah teman papa. Tapi saat aku semakin dewasa, aku mengerti wanita itu bukan hanya teman main papa. Melainkan teman tidur papa.
Dari saat aku mengerti semuanya, aku sedikit tidak percaya dengan adanya cinta. Kata cinta akan memudar. Perlahan semuanya menghilang dan cinta itu berganti dengan keributan dan pertengkaran. Hingga akhirnya orang ketiga datang dan menghancurkan semua kata cinta yang pernah terucap.
Dan karena itu juga aku sedikit gerah saat melihat percintaan Ramond dan Kyla. Keduanya saling mencintai, tapi saling menyakiti satu sama lain. Dan akhirnya kebodohan mereka menghasilkan Chalista. Pertengkaran- pertengkaran mereka membuat aku semakin yakin tidak ada namnya cinta sejati.
Hingga akhirnya aku termakan dengan perkataanku sendiri. 'Aku tidak akan jatuh cinta'. Cinta itu sendiri datang padaku. Untuk pertama kalinya aku menerima cinta dalam hidupku, namun akhirnya kata cinta lagi-lagi melukaiku. Dan untuk kali ini, aku tidak mau terluka lagi. Aku tidak mau lagi dibodohi oleh cinta lagi.
Dan pertemuan dengannya kemarin adalah hal yang paling menyebalkan. Dari saat aku masuk ke dalam mobil, aku tidak bisa berhenti menangis. Apa semua pria sebodoh itu? Sampai-sampai tidak pernah menyadari setiap kesalahannya. Aku tidak tahu terbuat dari apa hati pria, mereka merasa paling benar dan menyalahkan setiap kesalahan pada wanita. Seakan mereka adalah malaikat yang tidak memiliki dosa.
Aku membencinya. Aku membenci pria egois itu, sampai-sampai rasanya aku tidak bertemu dengannya lagi. Tapi kenapa saat bertemu dengannya kemarin, aku merasa sangat merindukannya? Seakan aku tidak ingin lagi lari darinya. Aku mendesah keras dan mengacuhkan isi kepalaku yang sepertinya sedikit rusak karena menangis semalaman.
Pagi ini aku masih harus pergi ke kampus. Aku rasa kompresan air dingin sudah cukup menghilangkan bengkak di mataku. Karena aku tidak mau memakai kacamata hitam, itu hanya akan membuatku terlihat bodoh.
"Hai cantik!"
Aku menoleh saat mendengar suara laki-laki, dan memberinya senyuman singkat." Pagi juga, Fian." Ucapku.
"Kamu kenapa? Apa jalan-jalan kemarin ngebosenin? Sampe muka kamu pucet gitu." Pertanyaab bruntunnya membuatku sedikit canggung.
"Ah… gak kok. Aku cuman tidur kemalaman." Jawabku.
"Oh ya? Kamu tidur jam berapa? Bukannya semalam kamu pulang duluan?" Tanyanya lagi semakin ingin tahu.
Aku memutar otak mencari jawaban yang akan membuat Fian bungkam," aku cuman kangen sama mama." Ucapku," maaf Fian aku harus pergi ke perpustakaan dulu." Belum sempat Fian berkata, aku segera pergi meninggalkannya.
Mungkin aku sedikit jahat padanya. Tapi saat melihat keakrabannya dengan Daniel semalam, sudah cukup jadi alasan untukku menjauh darinya. Aku tidak mau Daniel menjadikan Fian alat untuk bertemu denganku. Mungkin terdengar berlebihan, tapu jika kalian sudah mengenal tuan arogan itu, kalian akan mengerti.
*****
Mama menghubungiku saat aku berada di kelas. Semoga saja dia tidak marah karena aku mematikan ponselku. Berakhirnya dosen membuatku bernapas lega. Aku segera mengambil ponsel untuk menghubungi mama. Namun Fian membuatku terkejut saat ia mengambil ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
half a heart
RomanceKekecewaan Chanisa pada Daniel membuatnya harus menjauh dari laki-laki itu. Dia memilih untuk berkuliah di bandung dan bekenalan dengan Fian, yang tidak lain adalah sahabat Daniel. Lalu, bagaimana dengan perasaan keduanya? Hanya akan saling terbungk...