Chapter 4

678 59 14
                                    

Mengenal sosok Kim Jiwon adalah hal yang sangat beruntung bagi Jinhwan. Bagi seorang yang sudah hidup sebatang kara di dunia ini tentu saja membuat Jinhwan merasa tidak kesepian. Meskipun sudah menjadi bagian dari keluarga Koo, tapi tetap saja itu tak berarti apa-apa. Karena pada kenyataannya keluarga Koo tidak seperti apa yang Jinhwan bayangkan.

Keluarga kaya raya ini sungguh jauh berbeda dengan keluarga kecilnya yang dulu hidup dengan sebuah kesederhanaan. Keharmonisan yang dulu ia dapatkan dari keluarga kecilnya bersama eomma dan appanya, nyatanya tidak Jinhwan temukan di dalam keluarga Koo. Sekedar makan malam bersama di dalam satu meja yang sama, itu adalah contoh bentuk kecil yang selalu Jinhwan rasakan keharmonisannya bersama eomma dan appanya dulu. Saling menyapa di pagi hari saat mereka bertemu di meja makan, itu juga menjadi hal yang paling Jinhwan cintai. Tapi dia tidak menemukannya di dalam keluarga Koo.

Tentu saja Jinhwan tidak menemukannya, karena anggota keluarga Koo terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Presdir Koo, bisa dihitung berapa kali wanita tua itu pulang mengunjungi istana besarnya dalam waktu satu bulan. Lalu Hyori, model cantik ini tentu saja lebih memilih mengejar dollar nya ketimbang harus menghabiskan waktunya di istana besar namun kosong oleh penghuni itu. Jadi selama ini Jinhwan bisa menghitung dengan jarinya sendiri berapa kali dia pernah makan malam bersama dengan presdir Koo dan Hyori selama tiga tahun ini.

Jika boleh Jinhwan memilih, tentu dia lebih memilih bisa tinggal bersama Kim Jiwon. Pemuda ramah yang sungguh berhati mulia itu. Yang selalu bisa membuatnya merasa tidak sendirian. Yang selalu bisa menghiburnya selama ini. Tapi apa hubungan mereka ? Mereka hanya teman. Mana bisa Jinhwan dengan begitu saja ikut tinggal di rumah Jiwon bersama keluarganya.

Tapi berkali-kali Jinhwan pernah menerima tawaran dari Jiwon yang memintanya untuk sekedar bermalam di apartemen miliknya jika dia sedang merasa bosan harus berdiam diri sendirian di kediaman Koo yang sepi itu. Tapi Jinhwan selalu menolak. Dia hanya tak bisa membayangkan bagaimana dirinya akan tinggal berdua saja dengan namja tampan yang terkadang selalu menjahilinya itu. Bisa-bisa ia geram sendiri dengan namja kelinci itu.

"Kau benar tak mau menginap di apartemenku ?"

Seraya mengemudikan mobilnya Jiwon berusaha kembali memberikan sebuah tawaran yang selama ini selalu di tolak oleh Jinhwan.

"Heemm... sudah berapa kali kau menawari hal itu." Balas Jinhwan yang saat ini duduk di samping kemudi.

Setelah seharian tadi keduanya sibuk membereskan Bunny Plants yang kemarin sempat berantakan oleh pengunjung, Jiwon mengantar Jinhwan pulang.

"Aku hanya memberi tawaran sebelum kau berceloteh tanpa henti menceritakan rasa bosanmu di istana tak berpenghuni itu. Mungkin saja kali ini kau tertarik dengan tawaranku."

"Hufff... kau tau. Istana megah itu kini bertambah satu penghuni lagi." Jinhwan memulai ceritanya.

"Siapa ?"

"Tuan muda Koo, cucu muda presdir."

Ciiiiitttttt.....

Mobil yang sedang mereka tumpangi berhenti dengan tiba-tiba.

"Yaa.. apa kau gila ?" Teriakan Jinhwan langsung menggema. Dia memukul lengan Jiwon kencang. Karena namja kelinci itu baru saja membuat jantungnya hampir copot gara-gara mengerem mobil dengan tiba-tiba.

"Apa kau tidak bisa menyetir huhh ?" Seru Jinhwan lagi. Kali ini bibirnya maju beberapa centi.

"Miane." Jiwon hanya nyengir kuda membuat kedua matanya menghilang. Dan tak lama kemudian ia kembali melajukan mobilnya lagi.

Jiwon, namja kelinci ini sepertinya kaget akan suatu hal hingga membuatnya mengerem mobil dengan tiba-tiba.

"Emm.. apa tuan muda Koo yang kau maksud adalah Koo Junhoe ?"

It Has To Be YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang