First Sight

83 8 2
                                    

Author POV

Sinar mentari pagi tanpa malu-malu masuk menerobos jendela kamar Taylor, menyinari wajah putihnya sehingga gadis itu terbangun.

"Good morning, world" gumamnya seraya mengusap pelan kelopak mata biru safirnya dan beranjak menuruni tempat tidur. Gadis berambut blonde itu berjalan kearah kamar mandi dan mengisi bathtub dengan air hangat.
Seperti biasa, ia selalu bersiap sebelum keluar kamar Dan mengawali kegiatan lainnya.

Setelah selesai, ia menggunakan skinny jeans dan blouse birunya untuk outfitnya hari ini. Ia menggerai rambut blondenya, dan memakai make up tipis di wajahnya. Lalu ia melangkah keluar kamar, menuruni tangga dan pergi ke ruang makan keluarga.

"Morning swizzle" sapa Andrea pada putrinya sambil menaruh daging bacon panggang ke atas piring.

"Morning too Mom. Apa sarapanku pagi ini?" Jawabnya dengan penuh semangat.

"Seperti biasa, honey. Daging bacon kesukaanmu."

"Oh baiklah." Taylor segera menarik kursi makan, mendaratkan bokongnya dan memulai memakan sarapannya.

"Oh iya Mom, dimana Dad?" Tanyanya seraya mengedarkan pandangannya mencari keberadaan ayahnya.

"I'm sorry Swizzle. Aku lupa. Ayahmu sudah pergi ke kantor dari tadi. Katanya bertemu klien bisnis barunya yang bernama Des Styles dari Styles Corporation."

Taylor hanya mengangguk. Ya. Ayah Taylor, Scott Kingsley Swift adalah pengusaha sukses terkenal di Nashville. Scott telah mengabdikan dirinya pada dunia bisnis sudah lebih dari lima tahun. Dan sangat diyakini jika anak bungsunya, Austin Swift akan menjalankan Swift Corporation dengan sangat baik nantinya.

Taylor memang anak sulung. Sudah seharusnya perusahaan Swift Corporation diwariskan kepadanya. Tapi ia tak memiliki ketertarikan sedikitpun pada bisnis. Ia lebih menyukai hal hal yang bersifat menantang seperti menulis lagu, dan menunggang kuda. Taylor selalu bermimpi menjadi seorang musisi ataupun penyanyi. Tapi ia bertekad akan berusaha mewujudkannya sendiri tanpa menguras harta keluarganya yang diyakini tidak akan habis karena hal itu.

"Honey, kau baru saja lulus dari Oxford University enam bulan lalu. Tidakkah terlalu dini jika kau bekerja sebagai, ehm.. seorang pelayan di toko kue? Maksudku, keluarga kita termasuk keluarga yang terpandang. Kau bisa membuat album album itu untuk mewujudkan mimpimu tanpa harus bekerja seperti ini." Jelas Andrea panjang lebar pada putrinya.

"Itu dia bagian serunya Mom! Aku tau tentang keluarga kita. Tapi aku bekerja hanya ingin mengisi waktu luangku saja Mom. Tak apa kan? Aku ingin mewujudkan mimpiku dengan jerih payahku sendiri. Lagi pula bekerja di toko kue itu menyenangkan."
Jawab Taylor sembari meneguk jus jeruknya dan bangkit dari kursi makan megahnya.
"Aku tak mau telat bekerja Mom. Bosku bisa marah nantinya. Oh iya, aku akan pulang jam lima sore. Jangan lupa menjemputku ya."
Sambungnya sambil menyelempangkan sling bagnya Dan berjalan keluar dari kediaman Swift

*****

"Selamat siang, Bos" sapa Taylor pada bosnya, sambil mengenakan celemek dan menguncir rambutnya.

"Hai, Ms. Swift! Selalu ceria dan bersemangat seperti ayah, eh?"
Jawab bosnya sambil tertawa.

"Tentu saja! Keceriaanku akan mendatangkan banyak pelanggan, Bos! Percayalah."

"Taylor!!"
Sapa Karlie Kloss, sahabat Taylor saat kuliah dulu sekaligus rekan kerjanya di toko kue itu.

"Hai Karl.. Bagaimana?
Siap bekerja keras untuk hari ini? Aku rasa toko lumayan ramai." Jawab Taylor santai.

Tugas Taylor hanya menyiapkan minuman dan mengantarkannya.
"Taylor!! Mix dan Vanilla Cupcakes segera!! " teriak sahabatnya dari meja kasir.

Saat mendengar kata Vanilla, Taylor sedikit gugup saat membuat cupcakes dengan topping itu. Mungkin karena ia selalu mendapat sift siang.
"Mix Cupcakes siap!"
Teriak Taylor dengan keras.

"Bodoh. Orang seperti apa yang memesan Vanilla Cupcake sampai satu lusin begini?" Batinnya.
"Vanilla Cupcakes siap"
teriak Taylor.

Karlie pun menghampiri Taylor.
"Taylor. Tolong antarkan Vanilla Cupcakes ini ke meja 16 di pojok sana dengan nama Hairy Styles.
Kumohon. Aku harus mengantarkan Avocado Frappe nya dulu. Oh iya. Yang memesan Vanilla Cupcakes itu adalah pria tampan berambut ikal, dan menggunakan tuxedo berwarna abu abu" Jelas Karlie.

Taylor berpikir sejenak sebelum mengantarkan Vanilla Cupcakes itu. Bukan cupcakes-nya yang ia pikirkan. Tapi nama yang memesannya. Hairy Styles.
"Gaya-gaya berambut? Nama macam apa itu?" gumamnya.
Ia segera berjalan kearah meja nomor 16. Dan ya, ia menemukan seorang pria tampan berambut ikal dengan tuxedonya.

"Permisi, Mr. Hairy Styles. Ini Vanilla Cupcakes pesanan anda. Dan ya, kami sudah memanggil nama anda lebih dari sepuluh kali dari meja kasir, tapi anda tak kunjung datang.
Selamat menikmati." Kata Taylor.

Namun saat Taylor tengah berbalik arah menuju kasirnya, tangannya ditahan oleh pria itu.
"Tunggu" Seru pria itu.
Taylor bergidik ngeri ketika mendengar aksen british pria itu.

"Maaf, a.., Ada yang bisa saya Bantu?"
Jawab Taylor gugup.

"Sepertinya kau salah mengeja namaku. Namaku Harry Styles bukan Hairy Styles. Harry. H-A-R-R-Y." Jelas pria itu.

"Oh maafkan aku tentang itu." Jawab Taylor santai, sambil kembali membalikkan badannya menuju kasir. Namun, tangannya kembali ditahan oleh pria bernama Harry itu.

"Oh Tuhan, sekarang apa lagi yang bisa aku bantu?" Seru Taylor sambil menahan emosinya.

"Siapa yang membuat Cupcakes ini?" Tanya pria itu.

"Aku." Jawab Taylor singkat.

"Ini sungguh enak sekali." Kata Harry.

"Uh, terima kasih." Jawab Taylor kembali.

" Taylor Swift!! Apa kau sudah mengantarkan Cupcakes itu?" Teriak Karlie dari meja kasir.

Mendengar kata Swift, Harry langsung terkejut dan bertanya.
"Apa? Swift? Kau putri dari keluarga Swift?" Tanya Harry.

Seketika itu juga, Taylor sangat gugup. Ia segera menajamkan penglihatannya kearah Karlie yang tersenyum tak berdosa di belakang meja kasir.
" Uh,, ti.. Tidak. Mungkin kau salah dengar. Namaku Taylor, ehm,, Taylor Swigs. Ya, Taylor Swigs." Jawab Taylor dengan  gugupnya.

"Ehm.. Senang bertemu denganmu Taylor" sapa Harry sambil tersenyum lebar memperlihatkan dimples nya.

"Aku juga" jawab Taylor tersenyum singkat dan meninggalkan Harry.

Harry hanya tersenyum.
Ia kembali menggigit cupcakes itu dan tersenyum lagi setelahnya. Entah mengapa ia merasakan sesuatu yang istimewa di dalam cupcakes itu.
"Hmm, aku akan kembali lagi besok."
Gumamnya

-------

To be continued...

Inspiration (Haylor)Where stories live. Discover now