PART 5

50 14 0
                                    


"Baiklah, jika tak ada yang ingin ditanyakan, ibu rasa cukup. Wassalamu'alaikum." Ujar Bu Siska sambil meninggalkan kelas.

Suara-suara gaduh pun terjadi layaknya pasar. Sementara sang ketua kelas berusaha untuk menenangkan penduduk-penduduknya.


"Woy, diem!" teriak Alvin. Tak ada yang merespon. Hanya kacang yang Alvin dapatkan sebagai balasannya.

"Woy, diem!" teriak Alvin untuk yang kedua kalinya. Matahari sebagai wakil ketua kelas pun bangkit dari tempat duduknya dan menuju depan kelas.

"Woy! Gue punya SilverQuin!" teriak Matahari. Sedetik kemudian, seisi ruangan sepi. Matahari berhasil, kelas kembali tenang dan kini Matahari jadi pusat perhatian.

Alvin terpelongo melihat Matahari. Siapa yang sangka cara konyol ini berhasil menjinakkan penduduk kelas?

"Lain kali, lo harus punya cara baru, Vin." Bisik Matahari ke Alvin.

"Kenapa kalian semua pada diem?!" tanya Alvin kapada penduduk kelas dengan sedikit nada membentak.

"Katanya Matahari punya SilverQuin?" ujar Akhdan dingin.

"Kalian tau nggak sih, siapa pembina OSIS kita?" tanya Alvin. Semua mengangguk.

"Dia itu killer teacher! Dan kalian tau kan, kita itu kelas unggulan?" lanjut Alvin. Lagi-lagi semua mengangguk.

"Kalau kalian tau, kenapa kalian ribut?! Giliran Matahari bilang SilverQuin kalian baru diem. Kalian itu bukan anak SD! Kita udah SMA! Harus ada perubahan!" bentak Alvin. Semua orang menutup mulut. Termasuk Amzar yang biasanya gesrek.

"Ribut tuh bukan saat sekarang. Dan kalian ngerti nggak sih gue ngomong apa?! Lo, Amzar provokatornya, lo denger gue ngomong nggak?!" bentak Alvin sambil menatap Amzar. Amzar hanya diam.

"Lo semua denger gak?!" lanjut Alvin dengan nada marah. Namun, kelas masih hening tak ada yang berani membuka mulut.

"Lo semua tuli?!" nada Alvin lebih tinggi lagi. Kelas kini makin hening. Alvin pun kebingungan karena melihat teman-temannya menatapnya dengan tatapan takut, seolah Alvin ingin membunuh mereka. Akhirnya, Alvin membuat keputusan.

"Oke, lo semua boleh ngobrol, tapi jangan kenceng-kenceng." Ujarnya sambil berjalan menuju tempat duduknya. Matahari pun sama, ia kembali ke tempat duduknya.

Di dalam hatinya, Matahari tersenyum karena melihat kebijaksanaan Alvin. Ia adalah sosok yang tegas menurut Matahari. Dan, dia adalah sosok yang baik hati juga tampan.

Alvin...


__00__


Bel istirahat berbunyi, menandakan surga sementara siswa dimulai. Mereka berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Matahari dan Bulan membuka bekal mereka masing-masing.

"Lo bawa apa?" tanya Bulan pada Matahari.

"Biasa, nasi goreng. Lo?" tanya Matahari balik.

"Iya, gue juga. Ternyata kita jodoh ya?"

"Ish, males banget." Desis Matahari sambil memasang ekspresi jijik. Sedangkan Bulan hanya terkekeh geli melihat tingkah sahabatnya.

Matahari VS BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang