Chapter 10 - siapa?

203 15 4
                                    

Veranda pov-

'Kenapa harus seperti ini? Ghai, kenapa kamu tega sama aku?

Aku melamun di bawah terik matahari siang ini, memperhatikan keringat yang keluar dari gelas jus yang sudah 15 menit ini menemaniku,

Melody yang mengajakku untuk bertemu tak juga datang mungkin dia masih sibuk dengan murid-muridnya,
Melody akhir-akhir ini sedikit berubah, apa karena kemunculan Frieska, jangan sampai dia menjauhiku seperti Ghaida yang tak kutau apa penyebab pasti nya ..

"Ve, maaf udah bikin kamu nunggu lama" ucap seseorang yang ku tunggu pun tiba

"Gak papa kok Mel, aku udah biasa nunggu kok " ucapku tersenyum, iya aku emang biasa nunggu, nunggu Ghaida nembak aku, eh

"Ve, ... errr.. kamu, masih inget sama Lidy? " ucap Melody dengan suara pelan dan ragu

"Inget kok, gak mungkin aku lupain dia" jawab ku santai, apa Melody mengajak ku bertemu hanya untuk membahas teman yang berhianat itu

"Ve, dia bebas"

"Apa? !" aku berteriak hingga mendapatkan tatapan dari sekitar

"Ma... maksud kamu Mel? " jujur aku takut mendengar kalau anak itu bebas

"Iya, aku yang memberinya jaminan, tapi Ve, ini demi adikku " Melody terlihat menyesal mengucapkan kata itu

"Tapi Mel kamu kan tau kalau Lidya itu sangat membenci kita, dan kamu tau, apa yang akan dia lakukan terhadap kita? "
Aku menatap Melody serius, ia diam, bisa kulihat bahwa ia tertekan

"Dua hari yang lalu aku bertengkar dengan Frieska, Frieska mengancam akan membuat Ghaida menemani Lidya kalau aku tak segera membebaskan Lidya, kamu tau Ve, Frieska selalu membawa benda tajam, ia selalu mengancam Ghaida akan bunuh diri dengan Ghaida lah penyebabnya, karena Ghaida selalu bersama dia kapanpun dan di manapun" Melody berhenti sejenak, ia menangis, aku mengusap tanganya agar ia tak terlalu sedih

"Aku sangat menyayangi Frieska, aku gak mau terjadi apa-apa sama dia begitu juga Ghaida, aku mencintai dia, aku ingin sekali membebaskan dia dari Frieska tapi ... Ve .. aku bingung" Melody akhirnya menutup wajahnya karena tangis yang tak bisa di tahanya

"Semoga aku bisa bantu kamu ya Mel, aku akan menemui Lidya, secepatnya"

Melody tersenyum di dalam tangisnya mendengar ucapanku yang sesungguhnya akupun takut bertemu dengan Lidya seorang diri.

***

"Ve, Devan mau ketemu sama lo " suara seorang di depanku saat aku sibuk mengerjakan tugas kantor

"Masih berani dia ingin bertemu dengan ku, setelah apa yang dia lakukan padaku malam itu " ucapku tanpa memperhatikan ekspresi wajah Jeje yang mungkin kesal pada ku, karena ini sudah ke seratus kalinya Devan mendatanginya hanya untuk bertemu dengan ku

"Hufh... Ve.. lagian lo ngapain sih masalahin hal itu, bentar lagi kan kalian nikah, jadi gak usah lah lo permasalahin hal itu, lagian juga nanti lo bakal kasih itu ke dia kan kalau dia udah jadi suami lo "

"Je kamu gak ngerti! " aku sudah muak dengan ocehan sepupuku itu akhirnya akupun meninggalkan dia yang terus berkata tak jelas di ruangan tamu rumah ku,

Aku bergegas mengeluarkan mobilku aku ingin pergi menenangkan pikiran ku yang tanpa ku sadari kini aku telah sampai di depan rumah Ghaida

"Ghai, aku rindu"

Suasana cukup sepi karena sudah sedikit larut, aku tak tau apakah Ghaida mau bertemu dengan ku, aku terus melangkah sampai akhirnya aku berada tepat di depan pintu yang tertutup rapat

Seperti nya Ghaida sudah tidur, atau belum pulang?

Aku mulai mengetuk namun tak ada jawaban, hening sampai akhirnya aku mendengar seseorang melangkah dari dalam

"Hai Veranda! "

Bughhh....

Aku terhempas ke depan saat aku belum sempat melihat siapa yang menyapaku, sakit yang di timbulkan dari pukulan itu membuat ku pingsan seketika. .....

....

Saat aku membuka mata aku terkejut dengan suasana yang gelap, aku berteriak histeris namun suara ku tak kunjung keluar karena mulutku tertutup lakban,

Apa yang terjadi dengan ku? !

Siapa yang menculikku? ?!!!!..



#tbc ...










Haiii.... jangan lupa voment yah ^^

Bolehkah Aku Mencintaimu (Ghaive)Where stories live. Discover now