Perkenalan 1

56 2 0
                                    

                "Dasar pria, menari indah bersama wanita. Pemandangan yang membosankan" Menyeduh segelas bir di meja bar.

               "Kau seharusnya pergi kesana. Supaya kau tahu bagaimana kesenangannya." Suara terdengar dari pintu masuk di samping, seorang pemuda berpakaian jaket kulit hitam.

               " Aku pesan segelas anggur, tapi tidak usah pakai alkohol." lanjutnya kepada bartender kemudian duduk disamping pemuda yang sedang mabuk ini.

           "Ryuga, aku bosan hidup di dunia ini adakah dunia yang lebih menyenangkan selain bumi ini. Aku ingin cepat ke surga saja agar bisa hidup tenang dan tentram dengan bidadari cantik." Kata pemuda yang kelihatan sudah mabuk tidak sadarkan diri. 

             Bahkan sakin mabuknya ia masih memesan segelas bir lagi. Ryuga yang duduk disebelahnya hanya bisa menghela nafas melihat sifat temannya ini.

            Barr..... sebuah koper mendarat diatas kepala pemuda ini.  Dari balik kegelapan dinding bar datang seorang pemuda dengan alis mata yang tebal, dengan rambut diikat kebelakang dan ponis panjang menyikat kedua bola matanya, menggunakan jas hitam dengan dasi hitam ala pengusaha.

          "argh...... sakit....." 

         " Nice job, himura akhirnya Alex bisa sadar." dengan mengacungkan jempol kepada himura yang berdiri dibelakang Alex.

        " Dasar pemabuk sialan. Sampai kapan kau begini ? Sadar oi." Kata Himura dengan menggoyang-goyang badan Alex.

       " Dasar kalian semua mengganggu kesenangan orang saja, pergi sana." Kata Alex dengan kesal.

     " Hei jangan begitu dong, sudah setahun kita bertiga datang kemari. dan tidak baik loh mengusir pelanggan seenak lo aja." Jawab Ryuga sambil senyum sinis yang penuh penghenian kepada Alex. Melihat tingkah konyol mereka, sontak membuat mereka bertiga tertawa.

*

"Ada laporan yang bagus, Rian" kata seorang bos yang duduk di kursinya kepada Rian yang baru saja membuka pintu.

Rian meletakkan secarik kertas yang berisi data orang yang memesan barang mereka. Melihat data tersebut si bos menaikkan alisnya kemudian tersenyum kecil. Kelihatannya sedikit bahagia dengan hasil kerja Rian. Si bos berjalan menuju meja kecil yang berada disudut ruangan. Dia menuangkan botol wine kedalam 2 cangkir gelas.

" Mari bersulang untuk merayakan ini semua." kata bosnya kemudian memberikan gelas tadi kepada Rian.

" Setelah ini kita akan menguasai kota ini. Tak lama lagi, setelah semua rencana ini berjalan dengan sempurna." lanjutnya.

" Ya... saya harap kita bisa memenangkan pertempuran ini."

Perusahaan Do razor tempat Rian Dorazo bekerja. Mereka bergerak dibidang penyeludupan miras. Rian sudah 2 tahun bekerja disini. Bahkan sampai sekarang ia telah menduduki posisi sebagai inteligen perusahaan, memata-matai pesaing atau mencari tahu informasi tentang pergerakkan polisi. Dia terkenal dengan kejenius dan kehebatannya dalam mematai polisi. Ia mengetahui segala informasi tentang kota ini mulai dari legislatif, ekcekutif, bahkan yudikatifnya. Itulah yang membuatnya bisa berada di posisi tertinggi.

"Sebelum kau pergi ambilah ini." Bosnya melemparkan amplop kepada Rian yang berdiri depan pintu. Dengan sigapnya dia menangkap amplop tersebut.

"Itu imbalan dari kerjamu hari ini, semoga hidupmu bahagia." Lanjut bosnya kemudian duduk kembali dikursi empuknya dengan memercikkan api pada pontong rokok yang ada dibibirnya.

Rian berbalik badan kemudian pergi meninggalkan gedung tersebut. Dia berjalan diatas jembatan kota tepatnya terletak di depan gedung markas Do razor. Dia menanatapi amplop yang diberikan bosnya. Sembari terus berfikir apakah aku pantas melakukan ini semua. Tapi ini semua aku lakukan untuk bisa bertahan hidup.

Dari arah yang berlawanan seorang anak menabrak Rian. Dia terjatuh ke tanah karena tidak sanggup menahan tubuh Rian yang kokoh. Anak itu meringis kesakitan. Rian mengulurkan tangannya dengan madsud untuk menolong anak itu. Setelah beberapa saat datang kedua orang tuanya. Mereka meminta maaf kepada Rian. Keadaan jalanan saat itu sangat ramai. Hilir mudik hamparan manusia berserakan di trotoar jembatan. Asap kendaraan menyelimuti atmosfer kota Chicago. Mereka pergi meninggalkan Rian yang masih berdiri terpaku melihat anak itu. Sungguh bahagia mereka bisa hidup tentram. Anak itu sangat beruntung bisa mendapatkan kasih sayang orang tua. Rian rindu dengan kedua orang tuanya. Namun ini adalah jalan yang ia pilih. Sejak kejadian yang menewaskan kedua orang tuanya, dan ia dipungut oleh bos di sungai. Ia menjalani hidup tanpa kasih sayang orang tuanya. Rian membalikkan badannya dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju pelabuhan Indiana.

Tepat setelah matahari terbenam, kapal-kapal tengker besar mulai merapat ke dermaga. Para anak buah kapal sibuk menurunkan peti-peti yang berisi minuman dari eropa. Rian yang berdiri di atas kapal mengawasi setiap pekerjaan. Bola matanya bergerak ke kiri ke kanan . Ia tidak boleh kecolongan, jangan sampai ada penyusup yang masuk apalagi intilegen dari kepolisian menyamar menjadi budak kapal. Ia harus mengamati secara cermat setiap gerak-gerik anak buah kapal bahkan kalau perlu anggota Do-razor pun akan ia amati. sesekali ia menggunakan teropong yang ia sematkan di ketiaknya untuk mengamati adakah polisi yang bersembunyi di balik peti besar atau di lorong-lorongnya. Pelabuhan ini seakan telah menjadi milik Do-Razor. Penjaga pelabuhan tidak berani melaporkan ini kepada polisi, mereka telah disuap. Namun terkadang ada orang asing yang tidak sengaja lewat disekitar pelabuhan melihat transaksi yang mencurigakan kemudian melaporkan kepada polisi. Untuk itulah keamanan setiap hari harus ditingkatkan.

"Semuanya telah diangkut Mr. Rian !" teriak salah satu anggotanya.

Rian pun turun dari atas kapal yang dibawah tangga telah menanti mobil BMW berlapis baja menantinya. Dia diperlakukan seperti raja. Anggota tertinggi  selayaknya diperlakikan begitu. Layaknya sang raja, ia berjalan menuju mobil yang disamping kiri dan kanannya berdiri beberapa mafia untuk melindunginya. Salah seorang mafia membukakan pintu mobil untuknya. Mobil BMW itu berjalan tepat berada di belakang truk yang mengangkut peti.

*








WineWhere stories live. Discover now