Part 4

15 1 0
                                    

"Hufff....... perjalanan yang melelahkan." kata Rian Dorazo."Kalian semua cepat angkat peti-peti itu ke gudang." lanjutnya.

Rian berjalan masuk ke gedung markas Do-razo. Di ruangan depan ia bertemu dengan seseorang yang sedang berjalan dari koridor depan menuju kearahnya.

" Oi.... Rian sudah kembali ya ?" soraknya sambil memutar-mutar pistol di tangan kanannya.

( Ciehh..... kenapa aku bertemu dengannya ) kesal Riam dalam hatinya." Iya.... aku baru saja sampai."

" Malam ini sangat indah bukan, bulan bersinar terang, dan juga bintang-bintang bertaburan di angkasa."

" Ya.... begitulah."

Kemudian laki-laki misterius itu merangkul Ryuga. Dengan kesal Ryuga menipis tangan dari pundaknya itu.

" Lepaskan...... apa madsud mu ini ?"

" Jangan marah begitu, sesama anggota tertinggi tidak boleh saling bertengkar loh, harus selalu akrab hahahaha......"

" Diam kau Joe ! sebelum aku mencabik bibir busuk mu itu !"

Amarah ryuga mulai meluap, ia mengeluarkan pisau yang ada disaku celananya. Hampir saja pisau itu melukai bibir Joe, hanya saja joe lebih dulu menodongkan pistolnya ke samping punggung Ryuga yang membuat ia menhentikan pisaunya.

 "Santai... jangan marah dulu donk." Kata Joe dengan menaikkan alis matanya.

 "Apa mau kau ?" jawab Rian.

 "Aku ingin mengatakan berhati-hatilah dalam bertugas." 

  Joe menepuk pundak Rian lalu pergi keluar gedung. Rian mengoceh dalam hatinya, hatinya bertanya-tanya apa madsud dari perkataan Joe. Ia menancapkan pisaunya kedinding sebagai pelampiasan kekesalannya. Jika saja Joe adalah bawahannya mungkin akan segera dia bunuh. Hanya karena posisi yang sama ia harus saling menghormati tidak boleh saling membunuh. Rian menghilang dari ruangan bawah menuju lantai lima tempat para petinggi beristirahat.

  Keesokan harinya Rian yang sedang berada di dalam lift ingin menuju ruangan bos yang berada di lantai tujuh. Baru saja keluar dari lift, sepanjang koridor ia melihat dari jendela pemandangan kota Chicago. Ketika ia membuka pintu ruangan bos. Ia melihat bos sedang berbicara dengan Joe. Bos pun menghentikan pembicaraannya dan menyuruh Joe untuk keluar dari ruangannya. Dengan senyum sinis Joe meninggalkan ruangan. Rian merasa terusik dengan senyuman Joe itu. Ia menggigit bibirnya dan mengepalkan tangannya. Ia tidak suka dengan sikap Rian yang seperti ini. Ia berfikir harus segera memberi pelajaran untuk dia. Tapi ia tidak punya waktu untuk memikirkan itu. 

  " Ada apa Bos memanggilku kemari ?" 

  " Duduklah.....!" Bos mempersilakan Rian duduk di depannya kemudian menuangkan botol bir anggur ke dalam dua gelas yang ada di atas meja.

  " Maaf saya mengganggu waktumu, saya ingin memberikan kamu tugas."

 " Apa itu ?"

 " Saya ingin kamu memimpin penjagaan lusa depan. Lusa kapal akan datang mengangkut anggur-anggur berusia 75 tahunan. Saya tidak mau kehilangan mereka, karena ini adalah anggur terbaik dari Jerman. Sangat jarang bisa mendapatkan kualitas terbaik seperti ini." 

 "Baik Bos akan saya laksanakan."

 " Kalau begitu mari kita bersulang untuk kejayaan kita."

 Tosss... bunyi hentakan gelas mereka. Sepanjang pagi itu mereka berdua menghabiskan waktu dengan mengobrol ditemani sebotol minuman surga.

  Kring..... kring.... bunyi bel pintu bar.

   " Kau terlambat datang Alex, biasanya kau lebih dulu dari kami !" kata Himura menyambut Alex yang baru datang.

  " Hahahaha, uhukuhuk....." tertawa Ryuga terbahak-bahak hingga tercekik.

  " Makanya, kalau minum itu jangan sambil tertawa" Kata Alex kemudian duduk diantara mereka berdua. 

  "Apa itu ?" kata Alex yang mengambil kotak yang terletak di meja dan kemudian ia membukanya.

 " Wahh.....  cincin yang indah sekali." kagum Ryuga hingga matanya berbinar. "kalau dijual pasti bisa dapat uang banyak." lanjutnya.

 Brakkk.... Ryuga merebut kotak yang sedang dipegang Alex tersebut. 

 " Enak saja kalau ngomong, ini punyaku." kata Ryuga dengan kesal kemudian menyembunyikannya di saku jaket kulit birunya.

 "Ehhh....... wanita mana yang beruntung merebut hatinya Ryuga." sindir Himura.

 "Ryuga kau tidak boleh berpaling dariku, bukankah hatimu untukku." Kata Alex yang memeluk Ryuga.

 "Lepaskan...... dasar penyakitnya kambuh lagi, Himura kau tahukan apa yang harus kau lakukan." 

    Himura kemudian mengambil kopernya. Barr... koper Himura mengenai kepala Alex. Alex menjerit kesakitan. Mereka berdua hanya tertawa melihat reaksi Alex.

  "hahaha..... makanya minum tu jangan sampai kehilangan akal sehat lo." Kata Himura.

  "Bodoh amat... yang penting gue happy, lagian gue cuma ingin menghibur Ryuga, kalau memang ia ingin menikah baguslah kalau begitu." Kata Ryuga dengan expresi wajah cemberut seakan masih tidak terima kepalanya dipukul.

  Ryuga melepaskan jaketnya karena gairah kepanasan didalam bar apalagi berada disamping Alex yang menyebalkan. 

  "Memang siapa wanita yang kau sukai Ryu ?" kata Himura.

  "Rebecca."

  "Apa ? kau suka padanya ? pegawai baru itu ?" jawab Himura dengan syok. Himura tahu kalau di kantor kepolisian ada pegawai baru. Karena ia berkerja di tempat yang sama dengan Ryuga, hanya saja pangkat Ryuga lebih tinggi dari padanya.

  "Memang siapa itu Rebecca ?" Kata Alex yang kemudian bicara setelah lama menahan kesakitan. Ia masih saja memegang kepala belakangnya.

  "Seorang penerima tamu di kepolisian." kata Himura."Ia begitu anggun, wajahnya seperti mentari yang bersinar terang yang dapat membangkitkan semangat orang yang memandangnya, Bodynya yang aduhai,lekuk tubuhnya yang lemah gemulai membuat laki-laki yang menatapnya jatuh cinta padanya, hanya saja ia sedikit garang." Jawab Himura sambil membayangkan Rebecca.

  "Kau tidak boleh membayangkannya seperti itu, ia milikku ! kata Ryuga.

  "Terserah kau, tapi selama jamur belum menghinggapi, aku masih bebas untuk memilikinya." Jawab Himura dengan menaikkan alis matanya ke arah Ryuga.

  " Awas kau ! " 

      Beberapa saat perbincangan mereka itu, Handphone Rian berdering, karena yang menelpon adalah orang penting, Alex pergi ke toilet untuk mengangkat telpon tersebut. Tak lama kemudian ia berpamitan dengan mereka untuk pulang lebih awal. Baru saja keluar dari dari Bar. Ia melihat seorang pria mencurigakan bersandar di tiang lampu jalan. Pria itu menggunakan jaket kulit hitam dan topi hitam dengan lingkaran putih dibawahnya yang menutupi wajah pria tersebut. Menyadari ada seseorang yang mengamatinya, pria itu mendadak berlari ke seberang jalan lalu hilang dikerumunan orang. Ia tidak sempat mengejar orang tersebut, hanya saja ia sempat melihat sebuah lambang pada bahu jaket tersebut yang tidak aneh baginya.

   Do-Razo









WineWhere stories live. Discover now