1

247 10 0
                                    




Gadis itu melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah megah tersebut. Pagi ini ia akan berangkat ke sekolah seperti biasa. Ia melirik jam yang menempel manis ditangan kirinya, jam tersebut menunjukan pukul enam pagi. Dia sengaja untuk pergi sepagi itu, karna ia akan menjemput temannya, gadis itu sudah mengira bahwa nanti ia akan menunggu lama dirumah sahabatnya tersebut.

Gadis itu memarkirkan mobilnya ditepi jalan. Ia pun keluar dari sana dan disambut oleh security yang menjaga rumah tersebut. "Pagi neng Shilla, silahkan masuk neng, non Anggi masih ada didalam."

"Oh iya pak, makasih" jawab Shilla seraya tersenyum ramah kepada security tersebut.

Ia berjalan memasuki rumah megah itu, tanpa mengetuk atau memencet bel sekalipun. Karena ia sudah biasa seperti itu, sahabatnya pun demikian jika datang ke rumahnya. "Eh kamu udah dateng sayang, ayo ikut Tante ke dapur kita sarapan dulu." Ajak Rani seorang wanita paruh baya, meski umurnya sudah mulai menua tetapi wajahnya tetap terlihat cantik.

"Makasih Tan, aku udah sarapan dirumah aku mau ke kamar Anggi aja." Jawab Shilla jujur, karna ia memang benar sudah sarapan dirumah bersama kedua orang tuanya.

Rani hanya menjawab dengan senyuman, dan Shilla pun berjalan menaiki anak tangga yang menuju ke arah kamar Anggi sahabatnya tersebut. Shilla membuka pintu ia berdiri di sana dan melihat Anggi yang sedang memoleskan wajahnya dengan make up tipis didepan meja riasnya.

"Mau sekolah apa mau nyinden?"tanya Shilla dengan nada dingin dan raut wajah yang datar. "Mau sekolah lah, sekalian nyinden sih, kan lumayan buat nambahin uang jajan." Jawab Anggi sekenanya

Shilla memutar kedua bola matanya sebal, enggan menjawab perkataan sahabatnya tersebut. Ia pun berjalan menghampiri Anggi dan menariknya agar cepat untuk berangkat ke sekolah. "Buruan." Suara bernada dingin dan datar tersebut membuat Anggi berdecak.

"Ish, sabar kek. Sepatu gue." Anggi menunjuk kearah sepatunya yang masih berada di rak sepatu. Shilla melepaskan tangan Anggi yang ia pegang dan membiarkannya berjalan mengambil sepatunya. "Lima menit lagi udah harus siap, gue tunggu dibawah, kalo enggak gue tinggal." Jawab Shilla panjang dan berjalan meninggalkan Anggi di kamarnya sendiri.

"Galak, ratu es dasar." Gerutu Anggi yang tidak bisa didengar lagi oleh Shilla karna ia sudah menjauh dari sana.

"Ma, pa aku sama Shilla berangkat yah." Pamit Anggi kepada kedua orang tuanya, "iya sayang hati hati ya." Jawab Rani dan menyuruh anaknya agar berhati hati dijalan, Anggi mencium pipi kedua orang tuanya sekilas, lalu pergi meninggalkan mereka.

***

"Ashilla Leoni Bramantyo?" Panggil guru yang berada dikelas dan sedang mengabsen kehadiran muridnya. Shilla yang mendengar itu mengangkat satu tangan kanannya dan menurunkannya lagi. "Anggita Maharani Prasetyo?" Giliran Anggi yang sekarang disebutkan namanya. "Saya." Jawab Anggi seraya mengangkat tangannya sama seperti apa yang Shilla lakukan tadi.

Selesai mengabsen seluruh muridnya. Nur, guru bahasa Indonesia tersebut menjelaskan materi didepan kelas. Shilla yang mendengarkannya merasa bosan. Bosan dengan cara mengajar guru tersebut. Slow motion, ya seperti itu cara gurunya menjelaskan.

Karna rasa bosan telah melanda dirinya, Shilla mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia pun memasang headset di ponselnya dan memasangkannya ke telinga. Ia pikir, mungkin dengan mendengarkan beberapa lagu, akan menghilangkan sedikit rasa bosannya. Shilla melipat kedua tangannya di atas meja dan menelungkupkan kepalanya di atas sana.

Anggi yang melihat tingkah sahabatnya tersebut, hanya menggelengkan kepalanya, Anggi sudah mengenal sahabatnya lama, bahkan sejak kecil. Ia tahu bahwa sifat sahabatnya memang seperti itu, cuek. Bahkan saat guru sedang menjelaskan materi di depan. Tetapi ia seperti itu hanya saat dirinya merasa bosan, jika tidak, ia akan tetap mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru tersebut.

SHILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang