"Ayah?" yang kulihat saat ini adalah ayah berbaring lemah dan berwajah pucat. Tidak seperti ayah yang biasanya.
Ibuku masih tertidur pulas. Yah, sebenarnya tidak bisa dikatakan pulas juga, sih. Ibu tidur dengan wajah berada di ranjang rumah sakit sambil duduk.
Aku sudah terjaga sejak, hm. Entah sejak kapan. Hal pertama yang kulihat adalah ayah yang sangat pucat. Kemarin saat aku sampai rumah sakit, ayah tidak sepucat saat ini. Ada apa dengan ayahku.
Mungkin akulah orang pertama yang menyadari kalau ayah sebentar lagi akan siuman. Ia mulai menggerakkan tangannya perlahan. Aku membangunkan ibu dengan mengguncangkan badannya.
"Ada apa, Sarah? Ibu masih mengantuk," ucap ibu dengan wajah mengantuk yang kemudian menguap.
"Sebentar lagi ayah akan siuman. Lihat, ia mulai menggerakkan tangannya perlahan," jelasku yang membuat ibu terkejut, mencooba membuka matanya dan melihat ayah.
Benar saja, 7 menit kemudian ayah sudah bisa membuka matanya. Ia berbicara beberapa kata pada kami, meminta minum. Aku menyodorkan sebotol air mineral padanya. Ia meneguknya bak orang yang tidak minum selama 3 hari 3 malam.
Aku menekan tombol untuk memanggil perawat. Tak lama kemudian, seorang perawat laki-laki datang dan menanyakan apa yang kami perlukan. Aku memberitahunya kalau ayah baru saja siuman, dan mungkin bisa dipanggilkan dokter. Perawat itu mengangguk tanda mengerti dan kemudian berlajan keluar kamar untuk mungkin memanggil dokter.
"Mengapa ayah bisa sampai ke rumah sakit? Apa yang ayah lakukan di laboratorium?" tanyaku pada ayah yang sudah hampir pulih sepenuhnya.
"Sesuatu terjadi, Sarah. Kau tidak akan mengerti. Aku sedang mengerjakan suatu proyek di mana jika aku berhasil melakukannya, aku akan menjadi salah satu orang yang memiliki penemuan yang sangat genius," jelas ayah.
"Ayah, aku sudah duduk di kelas satu SMA dan ayah masih belum memercayaiku? Ayah memiliki seorang anak perempuan yang mewarisi kegeniusan kedua orang tuanya. Ayah dan ibu. Dan ayah masih menganggapku tidak akan mengerti?" ucapku dengan sedikit rasa kecewa. Bagaimana bisa ayahku sendiri masih menganggapku belum mengerti masalah proyek-proyek laboratorium. Bahkan saat usiaku belum 5 tahun, aku sudah pandai berhitung perkalian dan pembagian. Aku mewarisi kegeniusan ini dari ayah dan ibu. Dan ayah pasti tahu itu.
"Bukan begitu, Sarah. Ayah hanya takut kau akan memikirkan yang macam-macam. Oke, ayah akan cerita. Ibu, ibu juga harus mendengarkan cerita ayah bersama Sarah. Ayo mendekat,"
Aku dan ibu memasang telinga, bersiap-siap mendengarkan cerita dari ayah.
[]
Aku baru saja menerima kabar buruk. Salah satu rekan kerjaku–Will–yang sangat berpengaruh dalam karierku jatuh sakit. Ia menderita kanker darah stadium 3, dan ia sangat membutuhkan biaya pengobatan.
Beberapa bulan setelah itu, ia membaik. Itu karena sebelumnya, ia baru akan bernjak dari stadium 2 ke stadium 3. Bukan stadium 3 yang sangat parah. Kondisinya mulai stabil. Namun ia tak akan sembuh total. Maka dari itu, aku mulai memikirkan, bagaimana kalau waktu dapat diulang? Rekan kerjaku tersebut menanggapi ideku dengan baik. Ia berkata, kalau aku berhasil, ia akan kembali ke masa di mana ia masih sehat dan akan memperbaiki pola hidupnya di masa lampau agar tidak bersakit-sakitan sekarang.
Dan anakku, Sarah, kebetulan sangat menyukai materi-materi sejarah. Ia pasti akan senang kalau aku berhasil melakukan proyek ini. Apa salahnya aku mencoba membuat jam tangan pengatur waktu? Hal ini sudah kupikirkan sejak 3 bulan yang lalu.
Kebetulan sekali, 2 minggu yang lalu, ada beberpa rekan kerjaku yang bersedia membantu proyekku ini. Tidak ada yang tahu tentang proyek ini kecuali aku dan orang-orang yang membantuku.Will bahkan tak tahu kalau aku benar-benar serius akan melakukan penelitian dan membuat jam tangan pengatur waktu yang fungsinya sama dengan mesin waktu ini.
Selama 10 hari aku melakukan penelitian tersebut. Dan pada hari kamis, aku mulai melakukan percobaan untuk membuat jam tangan tersebut. Aku berhasil. Aku benar-benar membuat jam tangan pengatur waktu. Namun, pada hari kedua aku berada di laboratorium aku melakukan tes uji coba jam tangan pengatur waktuku itu pada salah satu relawan.
Tebak apa yang terjadi? Boom! Aku tidak sengaja meledakkansebagian laboratorium saat melakukan tes uji coba terhadap jam tangan pengaturwaktuku. Aku tidak begitu ingat apa yang terjadi. Dan ketika aku mencobamembuka mata, aku melihat Anna dan Sarah sedang menungguku di sebuah ruanganputih. Ternyata aku sudah berada di rumah sakit, entah bagaimana caranya.
a.n.
haloo! sori baru update, lg banyak to & latihan2, maklumin mau un😪
makasi yg udah sabar nungguin Bermain dengan Waktu yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Bermain dengan Waktu
Short Story[5/5] Kata orang, keluargaku genius. Ayah seorang professor dan ibu seorang dokter. Namun, anak genius akan masuk SMA unggulan dan memilih jurusan IPA, bukan? Aku hanyalah seorang murid SMA berjurusan IPS. Aku sangat menyukai materi-materi sejarah...