"Jadi ayah melakukan percobaan? Mencoba membuat jam tangan pengatur waktu dan meledakkan separuh laboratorium?" tanyaku mempertegas.
"Betul sekali, Sarah," jawab ayah tanpa ada ekspresi takut, gelisah, atau apapun itu. Ia hanya menunjukkan ekspresi percaya diri dan bahagia.
"Mengapa kau tidak menunjukkan rasa khawatir, Alan?" kali ini ibuku yang bertanya.
"Untuk apa, Anna? Aku memang ingin membuat jam tangan itu. Mungkin, kalau aku sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, aku akan memperbaiki pengaturan jam tangan itu dan poof! Jam tangan pengatur waktuku akan berfungsi," jelas ayahku yang sangat bersemangat. Terkadang aku pun berpikir, apakah semua professor bersifat sama seperti ayahku saat ini? Aku masih belum mengetahuinya.
[]
Setelah dokter memeriksa kondisi ayahku, ia memperbolehkan ayahku pulang. Aku, ibuku, dan ayahku tentu saja senang saat mendengar kabar ini. Terutama ayahku. Sepertinya, aku tahu apa yang akan dia lakukan saat sudah sampai rumah.
Benar saja, ia langsung menuju kamar, istirahat tidur dan bangun pagi keesokan harinya.
Aku menemuinya di meja makan dan mengobrol dengannya dan juga ibu.
"Hari ini ayah pasti akan pergi ke laboratorium dan memperbaiki jam tangan pengatur waktu itu?" tanyaku sambil menempati kursi di antara ayah dan ibuku.
"Betul sekali, Sarah. Apa kau mau ikut denganku?" ajak ayah kemudian.
"Alan! Apakah kau dapat menjamin kau tak akan meledakkan separuh laboratorium lagi?" ucap ibuku dengan sedikit amarah. Hanya sedikit.
"Tenang saja, Anna. Aku jamin akan baik-baik saja. Bahkan, kau dan Sarah dapat ikut denganku ke laboratorium. Bagaimana? Jadi, kalian berdua dapat melihat jam tangan pengatur waktuku," ucap ayah dengan percaya diri.
"Tentu saja aku akan ikut! Hari ini kan hari Minggu. Tak ada sekolah atau semacamnya. Aku bisa menghabiskan waktu di laboratorium," jawabku yang tak kalah senang dengan ayahku. Aku menatap ibu. Memberinya tatapan 'aku sangat ingin ikut ayah' agar diperbolehkan mengikuti ayah menghabiskan waktu di laboratorium.
"Oke, oke. Baiklah, Sarah boleh ikut. Tetapi aku juga akan ikut untuk berjaga-jaga," ucap ibu akhirnya. Aku sangat senang ibu memperbolehkanku ke laboratorium.
Dengan cekatan aku menghabiskan sarapanku, mandi dan berpakaian, kemudian menunggu kedua orang tuaku bersiap-siap untuk berangkat menuju laboratorium bersama-sama.
Sesampainya di sana, bekas ledakkan di laboratorium tidak begitu terlihat dari luar. Ledakkannya tidak begitu dahsyat, namun dapat membuat orang yang berada di dekat area tes uji coba pingsan.
Aku, ibu, dan ayah berjalan beriringan memasuki laboratorium. Ayah kemudian mecari-cari jam tangannya, mengutak-atiknya sebentar dan menyuruhku mengenakannya.
"Apa kau gila menjadikan anak kita jadi bahan percobaan?!" teriak ibuku.
"Tenanglah dulu, Anna. Percobaan kali ini pasti akan berhasil. Percayalah padaku," ucap ayahku meyakinkan ibuku. Ibuku akhirnya mengangguk. Aku menaiki tangga menuju lantai yang tidak terlalu tinggi dari lantai di mana kedua ornag tuaku berada.
Aku melihat jam tangan pengatur waktuku sejenak. Kemudian menatap ayah dengan tatapan 'apa yang harus kulakukan'. Ayahku berteriak "Aturlah kemana kau ingin pergi. Ke masa lampau misalnya, kau tinggal memilih tanggal dimana kau ingin pergi. Semoga berhasil!"
Aku mengangguk tanda mengerti. Aku ingin kembali ke hari Kamis minggu ini, hari dimana ayah baru akan melakukan percobaan jam tangan pengatur waktu ini. Aku sudah mengatur tanggalnya dan menekan tombol OK.
Aku dapat merasakan tubuhku seperti terbelah dan terseret menuju sesuatu.
Aku mengusap-usap mataku. Ya, saat ini aku berada tepat pada hari Kamis yang aku inginkan. Aku melihat ayah sedang menuju meja makan. Ia melihatku, menyapaku, "Sarah, ayo sarapan bersama. Ibu sudah memasak nasi goreng kesukaanmu,"
Aku tersenyum. Mungkin diriku yang seharusnya berada di dimensi ini tidak akan muncul. Mungkin diriku di dimensi ini sedang tergantikan oleh diriku yang sedang menjelajahi waktu. Bermain-main dengan waktu.
Aku menyusul ayah yang berada di dimensi ini menju meja makan. Aku dan ayah duduk pada saat yang bersamaan.
"Hari ini ayah akan ke laboratorium ya?" bisikku pada ayah, agar ibu tak mendengar percakapan kami.
"Iya, Sarah. Ada apa?" tanyanya kemudian.
"Tak apa. Hari ini ayah akan pergi ke laboratorium, dan melakukan percoban untuk mencoba membuat jam tangan pengatur waktu, bukan?" bisikku sambil tersenyum.
"Loh? Bagaimana kau tahu, Sarah?" ayahku menjawab dengan ekspresi heran. Aku hanya tersenyum.
"Lebih baik, ayah tak usah membuat jam tangan itu. Ayah mau menemaniku jalan-jalan ke taman kota bersama ibu tidak sepulang aku sekolah?" ajakku.
"Boleh. Dan oke. Ayah tak akan pergi ke laboratorium untuk membuat jam tangan pengatur waktu," ayah kemudian ikut tersenyum.
Ibu di dimensi ini kemudian meyiapkan sarapan untukku dan ayah. Aku melihat pergelangantanganku perlahan. Jam tangan pengatur waktu tersebut sudah mulai menghilang samar-samar. Aku tahu, melarang ayah untuk membuat jam tangan ini adalah keputusan terbaik. Lambat laun jam tangan tersebut menghilang. Diriku yang berada di dimensi ini sebentar lagi akan hilang dan akan tergantikan oleh diriku yang sekarang.
Aku kembali tersenyum memandang jam tangan pengatur waktu yang semula berada di pergelangan tanganku sudah menghilang.
Aku tahu penemuan itu akan menjadi penemuan yang sangat luar biasa. Namun, jika jam tangan ini akan tercipta, dunia akan kacau. Semua orang akan bermain-main dengan waktu. Bejalan-jalan menuju dimensi lain untuk kesenangan sesaat, tanpa memikirkan efek jangka panjangnya.
Aku memang hanya anak SMA jurusan IPS. Tetapi aku anak yang genius. Mesti tidak segenius ayahku. Tetapi yang aku tahu, jika kau bermain-main dengan waktu menggunakan jam tangan ini lebih dari 3 kali, kau bisa saja hilang untuk selamanya. Kau tak akan ditemukan di dimensi manapun.
Jadi, berhati-hatilah dengan jam tangan pengatur waktu ini.
Keputusanku saat ini sudah sangat tepat.
a.n
haloo, yak jd ini chapter terakhir. Akhirnya selesai jg ya Bermain dengan Waktu wkwk. Sori ya kemaren lupa update, lupa beneran sumpah hehehe. Makasi buat yg udah sabar nungguin Bermain dengan Waktu update walaupun lama bgt updatenya wkwkw.
Makasi🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bermain dengan Waktu
Historia Corta[5/5] Kata orang, keluargaku genius. Ayah seorang professor dan ibu seorang dokter. Namun, anak genius akan masuk SMA unggulan dan memilih jurusan IPA, bukan? Aku hanyalah seorang murid SMA berjurusan IPS. Aku sangat menyukai materi-materi sejarah...