a.n
heyy, aku tau harusnya aku lanjutin the labyrinth. Tapi the labyrinth hiatus dulu ya heheh. Sambil nunggu hiatusnya the labyrinth, kalian bisa baca short storyku yg ini. Bermain Dengan Waktu bakal ada 5 chapter dan tiap chapter gak panjang panjang amat, makanya jadi short story. Oke silahkan baca yaa
enjoy🌛
Halo, namaku Sarah. Aku anak tunggal.
Aku berasal dari keluarga yang kata orang-orang 'keluarga genius'. Ayahku–Alan–adalah seorang professor dan ibuku–Anna–adalah seorang dokter spesialis saraf. Orang tuaku sangat pintar, bukan? Sedangkan aku hanyalah seorang murid kelas 1 SMA yang masuk jurusan IPS.
Aku sangat menyukai mata pelajaran IPS. Terutama pada materi sejarah. Hingga pada suatu hari, ayahku melakukan percobaan dan menemukan sebuah penemuan yang luar biasa.
***
Saat itu, aku berusia 13 tahun. Ya, usia yang sangat muda untuk seseorang yang hendak masuk SMA. Kata orang aku genius, seperti kedua orang tuaku. Namun, bukankah anak-anak genius akan bersekolah di SMA unggulan dan memilih jurusan IPA?
Oke, oke. Aku memang bersekolah di SMA unggulan kota ini. Tetapi tidak memilih jurusan IPA. Ini sangat disayangkan. Tentu saja kedua orang tuaku kecewa, namun mereka tetap mendukung apapun pilihanku.
Begitu pula teman-temanku. Tak sedikit dari mereka berceloteh tentang pilihanku. Banyak dari mereka berkata,
"Kau seharusnya memilih jurusan IPA, Sarah. Mengapa kau malah memilih jurusan IPS?"
atau
"Sayang sekali. Kalau aku menjadi genius sepertimu, aku akan memilih jurusan IPA, masuk perguruan tinggi terkemuka, dan mempunyai karier yang terjamin. Ini sangat disayangkan, Sarah,"
Aku yakin kalian akan berpendapat seperti itu. Bayangkan saja kalau kalian lulus SMP dengan nilai UN 39,15 (oke ini memang kelihatannya mustahil, namun itu nilai UN-ku. Itulah yang sudah terjadi).
Akan kujelaskan sekarang.
Sejak SD, aku sangat membenci mata pelajaran IPS. Itu terus berlanjut hingga aku SMP. Guru IPS-ku sangat baik. Ia menjelaskan pentingnya mempelajari IPS. Mungkin kalian tidak menyukai IPS karena banyak hafalan dan sebagainya. Sebenarnya, itu sama saja seperti Biologi. Banyak hafalan.
Sejak saat itu, aku mulai menekuni mata pelajaran tersebut. Menemukan hal-hal baru yang terkait dengan materi pembelajaranku saat itu, belajar dengan giat. Lambat laun, setiap kali aku membaca buku sejarah, rasanya aku seperti membaca novel. Aku sangat menyukai novel. Dari situlah aku menyukai sejarah (yang termasuk dalam salah satu materi IPS, omong-omong).
Semakin hari aku makin menyukai sejarah. Aku pun bercita-cita menjadi ahli sejarah. Yah, semoga saja cita-citaku itu tercapai. Dan hei! Ahli sejarah juga termasuk dalam kategori orang genius, oke. Jadi, aku tetap menjadi orang genius, di bidang sejarah.
Sampai saat ini, aku masih menyukai mata pelajaran tersebut. Mungkin, aku adalah murid jurusan IPS (yang omong-omong hanya memiliki 2 kelas jurusan IPS) yang paling genius. Setidaknya, itu kata teman-teman angkatanku. Toh aku juga masih bisa mempelajari mata pelajaran IPA meskipun tak sebanyak yang murid jurusan IPA dapatkan.
Aku cukup bahagia dengan kelas baruku. Ruang kelas yang nyaman, teman-teman yang ramah, kakak-kakak kelas yang jauh dari kata jahat dan suka menindas, dan sebagainya.
Sudah sekitar satu bulan aku bersekolah di sekolah baruku. Namun, yangtidak aku tahu, dan yang semua orang tidak tahu, beberapa jam lagi akan adasebuah benda yang akan membuat seluruh orang di dunia ini menggelengkan kepalatanda takjub.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bermain dengan Waktu
Nouvelles[5/5] Kata orang, keluargaku genius. Ayah seorang professor dan ibu seorang dokter. Namun, anak genius akan masuk SMA unggulan dan memilih jurusan IPA, bukan? Aku hanyalah seorang murid SMA berjurusan IPS. Aku sangat menyukai materi-materi sejarah...