Korban 1

4 0 0
                                    


''Xia, kamu dipanggil Kak Nana, katanya suruh temuin dia di atap pulang sekolah nanti.'' Karin teman sekelas Xia menyampaikan amanat itu kepada Xia.

Sebenarnya Karin sudah bisa menduga apa yang akan di lakukan oleh kakak kelas yang satu itu beserta dengan angket-angketnya, tapi dia bisa apa? Ngelawan? Yang ada nantinya dia malah mati muda lagi.

Kan gak lucu kalau tiba-tiba ada berita yang memuat 'seorang gadis remaja usia 15 tahun tewas karena aksi pembullyan di sekolah x'.

Bukannya merasa cemas atau takut, Xia malah terlihat lempeng-lempeng saja. Dan sebaliknya pembawa pesan itu malah yang terlihat gelisah dan juga was-was. Xia yakin jika saat ini ada yang menepuk pundak Karin, gadis itu akan langsung mininju orang tersebut lantaran kaget sambil menyumpah serapahi orang yang menepuk bahunya itu, saking tegangnya bahu Karin sekarang.

Teet...Teet...

Bel pulang sekolah! This is a showtime.


Xia membuka pintu menuju ke atap sekolah. Belum ada siapa-siapa.

Dasar jam karet! Yang nyuruh siapa, yang telat juga siapa.

Xia kira, dia hanya sendirian di atap sekolah itu, tapi sebenarnya ada orang lain disana. Bukan kakak kelas bernama Nana dan juga teman-temannya, melainkan orang lain yang lebih berbahaya.

Saat Xia masih asyik-asyiknya menikmati angin sore yang berhembus, Xia mendengar bunyi pintu yang terbuka. Mereka datang.

Seorang kakak kelas masuk diikuti dengan 3 orang lainnya yang mengekor dibelakang. Sepertinya yang paling depan ini yang bernama Nana.

''Lo Xia?''

Xia hanya mengangguk malas.

''Lo tau gak kesalahan yang dah lo buat.'' Kakak kelas itu tanpa basa-basi langsung menghardik Xia.

Xia hanya memiringkan kepalanya dengan raut wajah yang dibuat seolah-olah sedang binggung dengan situasi saat ini.

''Lo kok belagu banget ya jadi adek kelas. Udah ngatain kita berisik lagi waktu itu, dan lo juga kan yang udah mbuat Panji gak masuk sekolah 3 hari ini lantaran syok duitnya ludes buat taruhan sama lo.'' Kakak kelas itu mulai menuding-nuding Xia menggunakan jari telunjuknya.

Mendengar semua penjelasan singkat tentang 'kesalahannya' itu, Xia hanya bisa mengulum senyum.

''ngapain lo senyum-senyum gitu!'' bentak kakak kelas lainnya.

''Oh, jadi itu kesalahanku. Perasaan aku bicara fakta deh, kakak-kakak ini emang berisik banget kok. Gak di depan gerbang, gak juga disini, sama aja. Trus mengenai Kak Panji, emang dia aja yang gak becus ngendarain motornya. Raja arena? Mungkin selama ini dia tanding sama para sesama amatir, makanya dia bisa menang. Kalau Kak Panji sampai gak masuk selama 3 hari, ya mungkin dia gak ada ongkos, secara dia gadein motor buat uang taruhannya plus dia nambahin uang sakunya selama 3 bulan ini. Jadi kemungkinan Kak Panji gak masuk sekolah mungkin gak cuma selama 3 hari doang bisa jadi dia gak akan masuk selama 3 bulan ini. Atau kemungkinan terburuknya Kak Panji bakal dipindahin kesekolah pinggiran karena hobi gak bermutunya itu udah mbuat ludes uang jajan 3 bulan sekaligus melenyapkan satu-satu nya transportasi yang dimiliki dimiliki Kak Panji.''

Penjelasan panjang lebar dari Xia membuat keempat kakak kelas itu melebarkan matanya. Dengan mudahnya anak ini berbicara seperti itu setelah menjadi penyebab dari masalah yang sedang menimpa Panji.

Tanpa Xia sadari ada satu dari 4 kakak kelas itu yang wajahnya sudah merah padam lantaran menahan amarah. Sedangkan 3 temannya yang mulai menyadari perubahan pada salah satu temannya itu mulai tampak was-was.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Breaker DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang