''semalem nonton pertandingan balap motor di jalan anggrek gak ?''
''aku sih gak nonton, gak boleh keluar sama mama.''
''aku juga. Tapi katanya ada anak baru ya ? yang nantang battle pake uang taruhan.''
''iya iya. Kalau itu, aku juga denger. Mana katanya uang taruhannya gak sedikit lagi, dia pasti orang kaya.''
''trus, siapa yang menang ?''
''gak tau juga, kan aku gak nonton. Tapi ngomong-ngomong hari ini si Panji gak masuk ya ?''
''iya, biasanya kan kalau habis ada battle kayak gitu paginya dia yang paling sumringah, trus tiba-tiba aja langsung nraktir anak sekelas.''
''ya iyalah, dia kan raja arena, berarti mungkin aja pertandingan semalem dia juga yang menangin.''
''kalau dia menang kenapa hari ini gak masuk ? masa dia ngelewatin sesi bagi-bagi rejekinya itu.''
''bener juga. Ah, mungkin dia kecapean, jadinya males masuk.''
''atau mungkin aja dia dah gak mau bagi-bagi rejeki lagi!''
Gadis-gadis itu menatap satu sama lain dengan wajah seolah-olah tak percaya sebelum akhirnya mulai terkikik geli dengan pemikirann yang satu itu.
''ngak lucu! dan cepet minggir dari situ!''
Keempat gadis yang masih asyik terkikik-kikik ria itu langsung tersentak, kemudian mulai menyingkir memberikan jalan kepada Juna, yang ngomong-ngomong mukanya sudah keliatan kusut banget lantaran 4 cewek itu yang ngobrol gak tau tempat.
''lain kali kalau mau gosip di toilet cewek aja!''
Itu saran atau hardikan ?
Tapi, dengan bodohnya keempat cewek itu malah menjawab dengan terbata-bata sambil terus menatap kepergian Juna dengan sepedanya.
''i...iya''
Ketika sedang asyik-asyiknya memandangi Juna yang sebentar lagi akan menghilang dari pandangan lantaran jalannya berbelok, sepeda yang di kendarai oleh Juna malah berhenti di samping seorang gadis yang memakai seragam berbeda dengan seragam milik Juna.
''Zi ?''
Gadis yang dipanggil 'Zi' oleh Juna itu menoleh.
''kok disini ? Shu mana ?''
''aku disuruh pulang duluan, katanya masih ada yang harus diselesein di sekolah.'' Gadis itu menjawab dengan intonasi yang sangat datar.
''ini kenapa ? kalian main-main lagi ya ?'' Juna menyibak rambut panjang milik gadis itu, dan disana terdapat bekas berwarna merah diseputaran leher itu. Seperti bekas ikatan tali.
Gadis itu hanya bisa mengangguk perlahan.
''kita ke apotik dulu ya, beli salep buat leher kamu.''
Bukannya menjawab gadis itu malah beranjak naik kesisi bagian depan sepeda Juna. Karena sepeda yang digunakan Juna ini adalah sepeda model laki-laki, jadi mau tidak mau yang ingin memboceng ya harus duduk di depan.
''gak usah, dibiarin aja ntar juga ilang sendiri. Kita pulang aja ya kak, aku dah ngantuk.''
Juna hanya bisa menghela nafas. Adik-adiknya ini memang kalau bermain suka keterlaluan, tapi keduanya juga tidak merasa tergannggu maupun tersakiti, jadi Juna hanya membiarkannya saja. Seperti 3 bulan yang lalu, adik perempuannya ini pulang dengan bekas sayatan di pipi kirinya.
Karena hal itu Juna sempat berpikir untuk memisahkan kedua adiknya supaya tidak lagi bermain-main atau melakukan hal ekstrem seperti itu. Tapi keduanya langsung merengek tidak mau dipisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaker Dream
Novela JuvenilDia adalah Juna, remaja laki-laki berwajah manis, tapi wajah itu hanyalah pemanis dari setiap tingkah lakunya. Tempat favoritnya adalah atap sekolah, makanan favoritnya keripik kentang, minuman favoritnya sekotak susu rasa strawberry. Dia paling suk...