[ Cat on the picture above ]
"I'm Ke...." Omongan Pria itu terputus karna smartphone nya berbunyi.
Pria itu mengangkatnya dan berbicara sebentar setelah itu mematikannya."I'm sorry, i have to go now. See you later, Girl." Ucap Pria itu dan segera berpaling dari hadapan Marlene.
Marlene hanya bisa melihat badannya dari belakang, sampai badan itu tak terlihat lagi dari kejauhan.
"Pffftttt fucking bitches!" Gumam Marlene setelah mengingat suara penelpon tadi adalah perempuan.
Marlene pun berjalan ke kasir sambil mendorong troli berisi groceries tersebut. Pikirannya melayang entah kemana.
Ia bingung. Marah. Kesal.Who is she? His friend or... Batin Marlene berbicara.
"Ketidaktahuan ku tentang namanya membuatku merasa bodoh!" Kali ini Marlene berteriak, orang-orang di sekeliling melihat ke arahnya dengan tatapan bingung.
Marlene hanya tersenyum dan meminta maaf.
Setelah selesai membayar, Marlene mencari taksi di depan supermarket. Tak lama menunggu, sebuah taksi berhenti di hadapannya.
"Perumahan Stripe, Pak."
~~~~
"Mom, i'm home!" Teriak Marlene sesaat setelah membuka pintu depan dan langsung meletakan belanjaannya di dapur.
Terdengar suara langkah kaki orang menuruni tangga.
"Kamu udah beli yang Mom pesan kan?" Tanya Mrs. Vellice yang baru saja datang dari lantai atas.
"All done, Mom. Sudah aku letakkan di dapur." Jawab Marlene dan langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tamu.
"Thanks hun. Kamu pasti capek ya? Nanti kamu nggak balet kan?"
"With my pleasure Mom. Ya of course i am, tapi aku tetap latihan, Mom."
"Marlene, sekarang sudah jam 4, sedangkan kamu latihanya jam 4.40. Are you a robot? Mom perintahkan kamu sekarang untuk istirahat."
"No, Mom. Aku tetap latihan. Titik."
"Marlene! Listen to my words this time! Kamu tuh ya sekarang bisanya membantah Mom terus, Mom tuh nggak mau kamu kenapa-kenapa, sekarang pergi ke kamar dan istirahat!" Kata Mrs. Vellice dengan nada sedikit tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
Teen FictionMarlene Stan Vellice. Seorang gadis yang sangat hobi menari balet. Ibunya menentang hobinya itu karna menurutnya, Marlene tidak mempunyai bakat dalam menari balet. Semuanya berjalan seperti biasa sampai Marlene bertemu dengan seorang pria yang bisa...