Part 4

17.7K 131 2
                                    

Pengawas itu berjalan meneliti setiap murid dan mencari sumber suara ponsel. Aku bersyukur ponsel-ku berhenti berdering saat pengawas itu tepat satu langkah di dekat mejaku. Aku meletakkan ponselku di laci meja.

Dringggg dringgg.

Ponselku kembali berdering di saat pengawas itu berada tepat disamping tubuhku. Dengan sangat cepat dia mengambil ponselku.

"Shawn". Gumamnya sambil tetap memegang ponselku. Aku hanya menunduk, aku sangat takut.

Entah apa yang dia lakukan, sepertinya dia mengutak-atik ponselku dan membuka message. Sialan, mati aku. Aku tidak menghapus pesan yang aku kirim pada Shawn. Tujuanku meminta bantuan untuk mengerjakan soal-soal ini.

"Apa yang kau lakukan?". Tanyanya dingin. Lagi-lagi aku tetap menunduk. Kalian pasti tahu rasanya ke-gep saat ujian.

"Mrs. Illy Sanders". Dia mengambil kertas jawabanku. "Hmm". Gumamnya dan ku dengar suara sobekan kertas. YA! BENAR. DIA MEROBEK KERTAS KERJAKU. Ntah seperti apa keadaanku sekarang, bagaimana jika nilaiku di raport? Yatuhan, ku mohon.

Dia meletakkan ponselku di meja. Aku sangat takut, sungguh. Keringat dingin mengucur diseluruh badanku namun ku coba untuk tenang.

"Keluar". Suaranya terdengar santai membuatku bingung.

"Tap-tapi aku b-belum menye-lesaikan ujianku, Mrs. Regina". Ku beranikan diri untuk menjawabnya, aku tidak ingin nilai ujianku terpampang di mading dengan nilai 'nol'. Apa yang akan aku katakan pada Mom nanti?

"Keluar dan berdiri di lapangan sampai jam 10.30am. Setelah itu keruanganku". Suaranya masih santai. Aku diam. Aku tidak mau keluar dari kelas ini. Aku akan sangat malu. Tapi aku takut.

"CEPAT!!". Aku terlonjak mendengar suaranya dan segera keluar dari kelas ini. Yatuhan, ku mohon.

                                ---

Tubuhku ambruk di kasur empuk ini. Lelah. Kakiku terasa sangat pegal karna ulah bodohku tadi siang di kelas. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji.

                                ---

Aku membuka mataku saat cahaya matahari menusuk tepat di kelopak mataku. Ku berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan wajah ngantuk ini. Tapi tunggu, tidak ada suara apapun. Ya, sepertinya tidak ada siapapun. Hari ini hari sabtu, aku cuti sekolah setiap hari ini.

Tidak ada siapapum, tidak ada sarapan apapun. Membosankan sekali.

Ku ambil ponselku dan berniat untuk menghubungi siapapun untuk datang kerumahku. Shit, ada apa? Mengapa Livia, Carry atau David tidak mengangkat telfon dariku? Huftttt. Kelvin? Ah ya, si tinggi itu. Saat aku akan men-dial kontaknya. Bel rumah berbunyi membuatku meletakkan ponselku.

"Shawn?". Lihatlah tamu tak diundang ini datang dengan sebuah paperbag ditangannya.

"Hai". Sapanya terlihat kikuk sepertiku. "Hai apa kabar?". Dia bertanya seolah kami tidak bertemu setelah sekian lama.

"Aku? Aku baik. Kau?". Perasaanku mulai canggung. Bayangkan saja seorang pria datang tak di undang saat keadaan rumah sepi.

"Silahkan masuk, Shawn".

Senyumnya mengembang sambil berjalan masuk. Aku menutup pintu dan mengikutinya.

"Apa yang kau bawa itu?". Tanyaku melepas kecanggungan.

"Ah ini. Ini untukmu. Tapi ingat, jangan dibuka sekarang. Kau mengerti?". Dia memberikan totebag kecil itu padaku.

"Baiklah". Aku menerima dan meletakannya di sofa sebelahku.

Am I a Hyper?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang