Part 5

16.5K 99 4
                                    

Next yaaa!



Shawn masih meneruskan aksinya di inti-ku. Ini sungguh nikmat, aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata dan aku hanya bisa mengerang. Kau tau? Setiap erangan dan desahan yang ku keluarkan membuat Shawn semakin liar semakon ingin memakan milikku.

Ceklek.

Suara kenop pintu terdengar namun Shawn tidak memperdulilan hal itu. Dia sama sekali tidak berfikir bagaimana jika yang datang adalah Ibu ku? Atau mungkin adikku? Aku terdiam dan terpaku, Shawn menyedot lubang pipis ku dengan sangat kuat membuatku terlonjak dan terpejam menahan sakit pada milikku.

"Illy...". Suaranya pelan dan serak namun masih terdengar ditelingaku. Suara ini, sungguh aku mengenal suara ini.

Aku menengok ke arahnya. Dan ya... Dia Justin. Ya, dia Justin Bieber. Teman masa kecilku.

Justin menghampiri kami dan memukul Shawn yang sudah berada di atasku. Justin menyekik Shawn sampai ke badannya terangkat ke atas dinding ini.

"Aku tidak akan memaafkanmu!! Sialan!". Justin terlihat sangat marah saat itu.

"Apa yang kau lakukan? Aku yang menjaganya dan kau yang akan merebut keperawanannya dengan cara murahan ini?". Justin masih mencekik Shawn. "Sungguh, aku akan menjebloskanmu ke penjara!!".

"Justin, ku mohon lepaskan dia akan mati". Aku takut, aku berteriak dengan airmata yang mengalir sambil menutupi bagianku dengan tangan".

"Justin lepaskan dia, ku mohon". Pintaku yang sepertinya kali ini dia dengar.

"Ambil bajumu dan segera pergi dari hadapanku!". Justin melempar semua baju Shawn dan Shawn dengan cepat memakai bajunya dan pergi dari sini.

"Illy..". Justin mendekatiku dengan cepat dan aku dapat merasakan pelukannya. Ya, pelukan yang ku rindukan.

"Apa yang terjadi, Illy? Mengapa kau melakukan ini?".

"Ku mohon maafkan aku, Justin. Maafkan aku". Aku menangis sejadi-jadinya. Entahlah, aku yang pertama mencium Shawn dan aku pula yang menyesal.

"Sshh, aku disini. Sudah tidak ada yang perlu di takutkan lagi". Dia mencoba menenangkanku dengan pelukannya.

"Sebentar aku akan mengambil pakaianmu dan pakai dengan cepat sebelum ibumu pulang". Dia memberikan semua pakaianku.

Aku berlalu dari hadapannya menuju kamar mandi terdekat. Aku menyalakan shower dan terduduk menyesal dibawah derasnya air shower. Aku menyesal, sunggu aku menyesal. 'Mengapa aku bisa serendah ini? Bagaimana jika Justin tidak datang tadi?! Bodoh! Aku sangat bodoh!!'. Batinku memaki diriku sendiri, aku menangis. Aku tidak ingin keluar dari sini, aku malu untuk melihatnya setelah kejadian ini.

Tok tok tok.

"Illy, kau masih didalam? Kau baik-baik saja?". Lihat, Justin memang seperti itu, dia teman masa kecilku sampai sekarang. Dia pria yang sangat baik. Beberapa minggu lalu dia berlibur dengan keluarganya ke Roma dan aku pun tidak tau kalau dia akan sampai ke Chicago hari ini. Kalau aku tau aku pasti akan menjemputnya dibandara tadi.

"Illy? Jawab aku, illy". Nada suaranya cemas dan terdengar khawatir.

"Aku akan keluar sebentar lagi, Justin". Jawabku seperlunya.

"Baiklah, aku akan menyiapkan coklat panas untukmu, bagaimana?" Tanyanya antusias.

"Iya". Kepalaku mulai berat mungkin karna aku terlalu lama di bawah sini. Aku tidak mau pingsan disini dan ditemukan setelah aku tewas. Aku berjalan dengan sempoyongan meraih handukku, melilitkannya ditubuhku dan bergegas keluar dari kamar mandi.

Justin langsung menghampiriku ketika aku baru saja membuka pintu kamar mandi ini. Wajahnya cemas, dapat ku pastikan dia sangat cemas.

"Apa kau baik-baik saja, Illy?" Tanyanya sambil memegang bahuku menungguku mengeluarkan sepatah kata.

Aku diam dan kemudian menangguk. Aku menunduk. Aku tidak mampu menatap matanya bahkan aku tidak sanggup melihat wajahnya. Aku sangat malu. Sangat amat malu.

"Katakan sesuatu, Illy". "Kumohon". Sambungnya. Justin menyentuh dan kemudian mengelus pipiku dengan lembut. Tapi aku hanya diam. Aku memikirkan sesuatu. Ya, bagaimana jika Justin menceritakan kejadian tadi kepada Ayah atau Ibu-ku? Bagaimana jika Justin menyebut nama Shawn? Bagaimana jika aku dan Shawn dikeluarkan dari sekolah? Atau bagaimana jika Ayah akan menghabisi Shawn setelah mengetahui ini semua dari Justin?

'Tidak, tidak. Aku harus bicara pada Justin'

Aku mengumpulkan semua keberanianku untuk melihat wajahnya dan menatap matanya. Aku berhasil. Mataku berkaca-kaca menatap matanya. Matanya menatapku iba penuh kasihan.

"Okay". Ucapku terpejam dan menarik  nafas dengan berat. "Justin". Ucapku lagi. Dia menatapku dalam dan menunggu apa yang aku katakan selanjutnya.

"Berjanjilah". Airmataku tak terbendung lagi.

"Untuk apa?".

"Berjanjilah". Aku mengulang perkataanku dengan sedikit tekanan dan sepertinya Justin mengerti.

"Baiklah. Aku berjanji". Jawabannya membuatku lega. "Tapi untuk apa?". Sambungnya lagi.

"Untuk tidak menceritakan kejadian ini pada Ibuku". Aku masih menatap matanya. Dan dia memelukku dengan lembut. Pelukannya hangat.

"Apa kau sudah tidak waras? Aku tidak mungkin menceritakan kejadian ini pada siapapun termasuk pada ibumu, Illy". Justin mengusap puncak kepalaku.

"Aku sudah memenuhi janjiku. Apa kau bisa berjanji untukku?". Ucapnya melepaskan pelukan dan menatap mataku dalam-dalam.

"Berjanji untuk apa?".

"Untuk tidak menemui lelaki itu lagi. Berjanji untuk tidak membiarkannya menyentuhmu lagi". Katanya dan aku mengangguk pelan memberi isyarat bahwa aku setuju.

"Terimakasih banyak, Justin. Aku berhutang budi padamu".

"Tidak, Illy. Tidak. Jangan katakan itu. Ayo, aku akan mengantarmu ke kamar".

Justin merangkulku dan mengantarku ke kamar. Justin sangat baik, dia sangat menghargai seorang wanita. Justin berbeda. Wanita yang suatu saat nanti akan menjadi pasangan hidupnya pasti akan sangat beruntung memiliki pria yang sedang merangkulku ini.

"Duduklah, aku akan mengambilkan pakaianmu". Justin berjalan ke arah lemari dan mengambilkan piyama pendek untukku.

Justin memberikan pakaianku. Aku hanya menatap pakaianku yang sedang dia pegang. Ntah apa yang aku pikirkan sekarang.

"Apa aku harus memakaikannya juga?". Godanya.

Aku tersenyum masam karna candaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Am I a Hyper?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang