Part 1

11 2 7
                                    

Perpustakaan sekolah. Mungkin, menurut sebagian murid-atau lebih tepatnya hampir seluruh murid-perpustakaan adalah tempat yang sangat membosankan. Tentu tidak mungkin bagi mereka jika menginjakkan kaki di perpustakaan kecuali dengan paksaan guru. Tapi tidak bagi seorang gadis yang saat ini berada di depan rak buku dengan jari telunjuk yang menyusuri satu-persatu deretan buku dan mata yang menyipit. Baginya, perpustakaan adalah tempat menyenangkan dengan suasana yang sepi dan tenang. Hal itu karena perpustakaan berada di sudut kanan lantai dua sekolah.

"Ketemu!" pekiknya pelan dengan raut wajah bahagia. Karena, omong-omong, dia masih ingat akan peraturan untuk dilarang berisik di perpustakaan.

"Tapi tinggi banget," ucapnya lagi sambil mengerut jengkel.

Dengan segenap hati dan keyakinan yang tinggi, ia menjinjitkan kaki setinggi-tingginya untuk menggapai sebuah buku yang ia tuju, tapi gagal. Kemudian ia mencoba dengan melompat-lompat kecil dengan tangan yang terulur ke atas, masih berusaha menggapai buku yang dicarinya. Dan hasilnya malah membuat ia hampir keseleo kalau saja gadis itu tidak dapat menyeimbangkan tubuh. Padahal tinggi badannya dapat dikatakan tidak pendek tetapi juga tidak tinggi, hanya rak buku perpustakaan saja yang terlalu tinggi.

Akhirnya ia menyerah setelah berpikir selama beberapa saat namun tidak menemukan ide apapun. Lantas, ia pun berniat kembali ke kelas. Namun, baru saja ia membalikkan tubuhnya, wajahnya sudah hampir bertubrukan dengan dada bidang seseorang. Bau aroma maskulin menusuk alat pernapasannya. Sudah dapat dipastikan bahwa di depannya kini adalah seorang lelaki.

Gadis itu mendongakkan kepalanya perlahan, ingin tahu siapa yang ia tabrak, kemudian akan menggertaknya karena haatas merusak wajah indahnya. Baru saja ia akan membuka mulut yang sudah siap melontarkan kata-kata marah, tapi langsung ia tutup kembali saat tahu siapa yang kini berada di hadapannya. Tubuhnya menegang dan napasnya langsung tercekat, rasanya oksigen yang berada di sekitarnya kini telah habis melesap lewat jendela kaca di perpustakaan itu.

"Nih," ucap lelaki itu dingin dengan raut muka datar seraya menyodorkan sebuah buku yang gadis itu cari, sementara tangannya yang lain dimasukkan ke dalam saku celana.

Sang gadis masih diam terpaku dengan pandangan mata yang menyorotkan tanda tidak percaya akan kehadiran sosok di hadapannya kini. Bukan apa, dia hanya terkejut, bukan, lebih tepatnya sangat terkejut. Bagaimana tidak; saat ini, detik ini, yang berada di hadapannya, adalah seorang kakak kelas dengan sifat yang sangat dingin, bahkan bicara pun ia selalu irit dengan siapapun, serta perilaku yang bisa dibilang sangat badboy-setidaknya itu yang pernah ia dengar dari teman-temannya.

Siapa lagi jika bukan Kak Rendi.

"Lo butuh nggak?"

Suara Rendi yang terdengar jengkel membuyarkan lamunan gadis itu. Gadis itu lalu menggelengkan kepalanya perlahan agar kembali pada alam sadar, kemudian menatap tangan kanan Rendi yang menyodorkan sebuah buku, hanya menatapnya tanpa berniat mengambil alih dari tangan laki-laki itu. Ia kemudian melamun lagi, untuk kesekian kalinya hari itu. Dia masih tidak percaya kenyataan bahwa Rendi kini ada di depannya, bahkan jaraknya hanya terpaut sekitar 30cm. Jantungnya jadi berdebar tak karuan.

"Yaudah kalo gak butuh, gue kembaliin."

Suara Rendi yang terdengar lebih jengkel itu kembali membuyarkan lamunan gadis itu. Membuat gadis itu mendongakkan kepalanya dan langsung menahan lengan Rendi yang sudah mengarah ke atas menuju tempat buku itu tadi.

"I-iya, sa-saya butuh kak," sahut gadis itu dengan suara gugup, masih dengan kedua tangan yang memegang lengan Rendi, dan mata yang menatap wajah Rendi dengan ragu.

Rendi yang merasa lengannya ditahan oleh kedua telapak mungil gadis di depannya ini langsung menghentikan pergerakan tangannya yang hampir menaruh buku tadi di tempat semula. Hening selama beberapa detik, mata mereka saling menatap. Hanya saja tatapan mereka berbeda arti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RenyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang