Most Wanted 'Gandy story' Part 4

283 18 8
                                    

Suara petikan Gitar mengalun merdu menemani langit sore yang perlahan menunjukan kegelapannya, disusul lantunan suara laki-laki bernyanyi yang membuat siapapun mendengarnya akan terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Tetapi tidak ada yang mendengarkan selain dirinya sendiri, ia bernyanyi untuk dirinya sendiri. Sekali lagi Gandy terlihat serius menikmati permainan gitarnya di studio mininya, jemarinya begitu terampil memainkan kunci-kunci gitar yang sudah sangat dihafalnya. Ia sedang memainkan salah satu lagu milik Richard Marx-Right Here Waiting dengan akustik. Entah kenapa lagu itu terasa sangat cocok sekali setelah apa yang terjadi padanya hari ini.

            Lagu itu-pun berakhir, Gandy memejamkan matanya beberapa saat mengingat kembali wajah Ray. mungkin ini terdengar bosan tetapi Gandy benar-benar tidak bisa menghilangkan Ray dari fikirannya. Si pemilik mata sendu yang bisa membuat siapapun merasa bersalah padanya, wajah cantiknya... dan saat Ray tersenyum Gandy merasakan ada yang bergejolak didalam dirinya. Senyum malu-malu itu ingin sekali Gandy abadikan. Tapi bagaimana caranya untuk menemui Ray lagi?!

            Setelah dirasanya cukup memikirkan Ray, ia membuka matanya dan tersenyum lebar.

Seketika itu juga ia terperanjat melihat sosok yang sudah berdiri di depan pintu studio, entah sejak kapan ia berada disana dan memperhatikannya.

Gandy meletakan gitarnya kembali ditempat semula, kemudian berjalan menghampirinya.

“Ngapain kamu disini?” Tanya Gandy sengit.

Senyuman manis Eva seketika berubah mendengar sarkasme Gandy.

“Karena aku mau ketemu kamu, berita di media itu....”

“Itu bohong, mereka Cuma melebih-melebihkan.” Gandy keluar dari studionya, tanpa perlu melihat ke belakang ia sudah tahu Eva berjalan mengekor di belakangnya.

            “Aku gak ngerti kenapa kamu gak lapor ini ke polisi?”

Gandy meliriknya dari ujung mata sambil meneguk air putih dari gelasnya, “Justru itu bisa bikin media tambah puas, ini bukan masalah besar. Kamu lihat sendiri kan? Aku masih berdiri di depan kamu.”

Eva menghembuskan nafas bosan, ia menarik salah satu kursi di meja makan dan duduk disana.

“Pelakunya udah ketemu?”

Gandy menggeleng, “Aku gak ingat wajahnya yang aku hafal Cuma badge seragam yang dia pakai.”

“Jadi?”

“Jadi?” Gandy mengernyitkan dahinya, sedetik kemudian ia tertawa kecil dengan mempesona.

“Kami punya cara sendiri buat selesaian masalah ini, dimana darah dibalas darah.” Lanjut Gandy sebelum meneguk habis air putihnya.

Eva tersenyum saat melihat tawa khas Gandy, ia bangun dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Gandy.

“Masih bermain dengan pasukan-pasukan pengharum nama sekolah? Hmm?”

Gandy mengangguk sambil tertawa, “Kelihatannya pasukan itu sulit dibubarkan.”

“Aku yakin bisa.” Eva menyentuh bahu Gandy dengan tangannya, mengelus dengan gerakan perlahan sambil matanya terus memandang wajah Gandy.

            Gandy menatap Eva penuh maksud dan Eva membalasnya dengan senyuman nakal.

“Udah saatnya kamu lepas dari pasukan-pasukan itu, sedikit lagi kamu lulus Gan. Kamu gak bisa terus-terusan menghabiskan waktu untuk nyakitin diri kamu sendiri, kamu dan dua teman kamu sudah sangat terkenal sebagai jagoan sekolah. Apalagi yang kamu kejar?” Tanya Eva dan kini tangannya sudah berpindah menjelajahi wajah Gandy.

Most Wanted 'Gandy Strory'Where stories live. Discover now