1. Malam Kelam

675 79 36
                                    

2008.

Hujan tiba-tiba turun dengan deras malam ini, tanpa aba-aba mendung dan nyaris tanpa suara gelegar petir. Seorang perempuan tengah duduk sendirian di antara beberapa pengunjung restoran. Perempuan itu terlihat sangat cantik nan elegan memakai gaun merah panjang polos. Namun, perempuan berambut panjang itu tampak gusar. Sesekali menengok ke arah jendela yang tepat berada di sampingnya, seolah-olah sedang menunggu kedatangan seseorang.

Waktu terus berjalan dan hujan pun mulai mereda. Para pengunjung sedikit demi sedikit pergi meninggalkan restoran secara bergantian. Sudah dua jam lamanya, namun perempuan itu masih tetap dalam posisi yang sama. Beberapa kali ia menyalakan ponsel untuk menghubungi seseorang, tapi dari raut wajahnya yang masam dapat diartikan ia tidak mendapatkan jawaban. 

Tak lama kemudian, salah satu pegawai restoran datang menghampiri, ia adalah satu-satunya pelanggan yang masih tersisa. Pegawai itu memberitahukan bahwa 5 menit lagi restoran akan tutup. Tak punya pilihan lain, akhirnya ia bergegas pergi meninggalkan restoran tanpa menyentuh makanan yang telah dipesannya.

.
.
.

Dinginnya angin malam menusuk kulit. Di tengah gerimis, ia berjalan seorang diri melewati jalanan yang sepi tanpa takut. Tak ada pejalan kaki lainnya, hanya sesekali ada mobil berlalu lalang. Gaun merah yang semula bagus kini pun menjadi lusuh karena terkena rintikan hujan.

Marah, kecewa, gelisah itu yang sedang dialaminya saat ini. Dalam benak, ia bertanya-tanya, mengapa orang yang ditunggu tak datang? padahal malam ini merupakan malam istimewa untuk mereka.

Seseorang yang ia tunggu adalah sang kekasih. Rencananya mereka akan makan malam bersama untuk perayaan dua tahun hubungan mereka.

Setelah beberapa menit berjalan, tibalah di sebuah rumah besar berwarna putih dan tampak sebuah mobil BMW hitam tengah berada di halaman rumah tersebut.

TOKK... TOKK....

Berulang kali mengetuk pintu, namun tak ada yang membuka. Ia mencoba menarik gagang pintu dan ternyata berhasil terbuka. Perempuan itu melangkah masuk ke dalam, mengedarkan pandangannya melihat keadaan rumah yang tampak sepi. Lalu, ia berjalan naik ke lantai dua letak kamar kekasihnya berada. 

Setibanya di depan pintu kamar, perempuan itu sedikit kebingungan karena mendengar suara tertawa kecil dari dalam. Ia yakin kalau suara tawa itu bukan kekasinya.

Dibuka dengan perlahan pintu kamar, tetapi ... setelah terbuka matanya terbelalak kaget.

Hal yang tak pernah ia duga sebelumnya ternyata terjadi. Pria yang sangat ia cintai sedang bermesraan dengan perempuan lain di atas ranjang. 

Rasanya jadi tak karuan, dada terasa sesak, air mata sudah tak dapat dibendung lagi. Hatinya benar-benar sakit dan hancur. "RICO!" dengan geram ia memanggil nama kekasihnya.

Mendengar suara itu spontan pria tersebut langsung menengok ke arah perempuan bergaun merah yang kini sedang menangis sambil menatapnya.

Sudah tak kuat menahan rasa sakit hati dan kecewa, akhirnya perempuan itu pun berlari pergi. Sang pria terburu-buru berpakaian lalu berusaha menyusulnya. Dengan cepat, ia menarik tangan perempuan itu untuk mencegahnya pergi.

"Sayang, tunggu. Semua yang kamu lihat hanyalah salah paham," kata pria itu berusaha membela diri.

"Apa?! salah paham katamu! jelas-jelas aku melihatnya sendiri, kamu sedang bermesraan dengannya!" bentak gadis itu pada kekasihnya sembari menangis.

The FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang