2023.
Pagi yang cerah mengiringi hari ini. Semua orang tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing, sedangkan gadis itu hanya bisa mengamati mereka dari dalam mobil. Namanya Aluna Deviandra, sudah beberapa jam ia duduk dalam mobil dengan raut wajah cemberut, seolah sedang kesal. Di sisi lain ayahnya fokus menyetir mobil sambil sesekali menggoda Aluna dengan guyonannya, sementara sang ibu berusaha mengajak ngobrol Aluna dengan membagikan cerita tentang kota baru yang akan mereka tinggali.
Dari Jakarta, mereka akan pindah ke salah satu kota yang ada di Jawa Timur. Akibat krisis keuangan terpaksa ayahnya harus menjual rumah dan kini akan menempati rumah masa kecil ibu Aluna. Gadis berusia 17 tahun itu merasa berat hati meninggalkan semua kehidupan indahnya di Jakarta. Namun, ia juga tak punya pilihan lain, selain harus menerima keputusan orang tuanya. Tak hanya pindah rumah, ia juga akan pindah sekolah. Hidup baru di kota baru memang akan terasa sulit, terlebih lagi Aluna hanya satu-satunya anak di keluarga.
Suasana kota ini masih sedikit pedesaan, jalanan tidak macet seperti di Jakarta. Tak ada juga deretan gedung pencakar langit. Pemandangannya masih tampak asri, kerap kali terlihat sawah dan beberapa pepohonan yang rindang. Aluna membuka sedikit kaca mobilnya sehingga ia bisa merasakan kesejukkan udara di kala itu.
Setelah seharian penuh melakukan perjalanan, akhirnya mereka tiba di tujuan. Mobil berhenti di depan rumah sederhana berpagar hitam. Bangunan rumah tersebut bernuansa klasik ala Rumah Belanda. Walaupun sudah bertahun-tahun kosong tetapi rumahnya masih tampak bagus dan bersih karena selama ini ada tetangga mereka yang di bayar untuk menjaga dan membersihkan rumah.
"Ayo-ayo! cepat turun." ujar ayah sembari melepas seatbelt.
Aluna dan kedua orang tuanya bergegas keluar dari mobil. Mereka terkejut setelah nampak situasi di rumah seberang sudah ramai orang. Entah apa yang terjadi, tetapi di depan rumah itu sudah terparkir sebuah mobil Ambulans. Mereka pun langsung berjalan menghampiri kerumunan.
"Permisi, ini ada apa, ya?" tanya ibu Aluna kepada salah satu warga.
"Iku lho ... ono uwong tibo saka balkon. " jawab salah satu Ibu-Ibu. Kedua orang tua Aluna pun spontan terkejut mendengarnya, namun gadis berambut panjang sebahu itu sama sekali tidak mengerti Bahasa Jawa. 'Balkon' hanya kata itulah yang ia pahami. Rasa penasaran semakin kuat, Aluna berjalan maju melewati kerumunan warga untuk bisa melihat lebih jelas.
Aluna berada di barisan paling depan. Tepat di hadapannya terdapat sebuah rumah besar mewah, namun sangat disayangkan kondisi rumah tersebut sangat kotor. Rerumputan tampak tinggi memenuhi halaman rumah, pagarnya pun sudah berkarat layaknya rumah terbengkalai. Tak lama kemudian, ada dua orang petugas ambulans berjalan keluar melewati Aluna. Para petugas itu menggotong seorang pria dengan tandu, wajah dan kepala pria tersebut sudah berlumuran darah.
'Apa ini maksud perkataan ibu-ibu tadi, ya? tapi apa yang terjadi? apa dia berniat bunuh diri?' batin Aluna dalam pikirnya. Terdiam berdiri mematung dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Tanpa ia duga, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menempel di bahunya, ''Aaaa ...." jerit kaget aluna yang membuat orang-orang menatap ke arahnya.
"Eh ... maaf, nduk. Itu sudah ditungguin Bapak sama Ibu di sana." ujar seorang pria paruh baya sambil menunjuk ke arah kedua orang tua Aluna yang sudah berdiri di depan mobil. Aluna yang masih merasa malu pun akhirnya berjalan pergi dengan menundukkan kepalanya, sementara itu si pria paruh baya mengikutinya dari belakang.
"Luna, ini kenalin namanya Pak Agus. Beliau ini lah yang membantu mengurus rumah kita." tutur ibu memperkenalkan pria paruh baya yang bersama Aluna tadi.
"Salam kenal, Pak." kata Aluna sembari tersenyum simpul.
Pak agus hanya menjawabnya dengan anggukan, "Monggo, masuk ke dalam. Saya bantu bawa barang-barangnya, ya," lanjut Pak Agus. Mereka pun bersama-sama mengambil koper dan beberapa barang dari dalam bagasi mobil kemudian masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fear
HorrorSemua orang memiliki rasa takut. Hanya keberanian yang mampu mengalahkan rasa takut itu. Melawannya tidak hanya cukup dipikirkan saja melainkan juga harus melakukan suatu tindakan nyata untuk memeranginya. Semenjak kepindahan Luna ke rumah barunya h...