Part 3

779 51 7
                                    

"Kak, banyak bule tuh" kata adikku, Kaifar.

"Ya terus?" tanyaku heran.

"Ya kan kali aja kakak ada yang disuka gitu"

"Hei, adik kecil. Kau masih terlalu muda untuk mengerti apa itu cinta" Ujarku.

"Ya ya ya, terserah kau saja"

"Hei, jaga bicaramu kid!" Ucapku kesal.

"Oh, rupanya ada macan mengamuk"

"KAIFAR!, awas kau ya!" seruku geram.

"Hold on, Sista. Mengapa kau marah? Aku kan hanya menggodamu saja. Lagi pula, kau kan sudah terlalu lama sendiri, jadi apa salahnya kalau aku menawarkan para Tourist disini kepadamu?" Ujar Kaifar.

"Wah wah wah, rupanya adikku Kaifar sudah besar ya. Sepertinya kau sudah memiliki pujaan hatimu sendiri"

"Apa-apaan kau, Kak! Kau membalikkan ucapanku!" seru adikku sambil menahan rona merah diwajahnya.

"Hei, nak. Jangan kau tahan ronamu itu. Tidakkah kau tahu, kau sudah seperti orang yang menahan buang air ditengah panas matahari." Ucapku menertawakannya.

"Berhenti menertawaiku, Kak. Baiklah, aku mengaku kalah"

"Sudah tau kau akan kalah, makanya, jangan coba-coba melawan kakakmu ini, Bocah Kecil. Karena aku akan selalu menang" ujarku sambil menjulurkan lidah.

"Terserah kau saja"

Cinta ya? Hm. Entahlah. Setahuku,  cinta itu, adanya gejolak aneh di dada saat bertemu ataupun beradu pandang dengan seseorang atau sesuatu, mungkin(?). Menurutku itu berlebihan. Yah, ku akui, meskipun diusia sepertiku wajar jika seseorang merasakan yang namanya cinta, tetapi aku belum pernah merasakannya. Oh tidak, tentu saja aku pernah. Aku mengingatnya. Saat itu, saat aku sedang berada di dapur, aku melihat serangga berwarna coklat berada di dekat tanganku yang sedang mencuci piring. Disitu, rasanya hatiku berdebar kencang, oh bahkan sangat kencang. Aku sampai khawatir serangga itu akan mendengar debaran hatiku ini. Tapi, apakah itu yang dinamakan cinta?, kalau iya, berarti serangga itulah cinta pertamaku. Beruntung sekali serangga itu.








TOURISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang