Part 4

80.8K 3.3K 19
                                    


Happy reading guys...
Warning! Typo bertebaran!
Cerita gaje!
***

Dave merasa terganggu karna ponselnya yang terus saja bergetar sejak tadi. Padahal dilihatnya ini masih jam 5 pagi.
Tapi rasa kantuknya hilang melihat apa yang tertera dilayar ponselnya.

12 Missed Calls from Lauren

Dave langsung terduduk di ranjangnya dan menghubungi Lauren.

"Hallo Lauren, ada apa?"tanya Dave begitu Lauren mengangkat telfon darinya.

"Maaf Dave mengganggumu sepagi ini, aku hanya ingin katakan kalau aku akan bekerja hari ini"jawabnya, sementara Dave tersenyum senang karna Lauren yang tak lagi canggung memanggil namanya.

"Tak apa Lauren, kalau begitu aku akan menjemputmu. Tapi apakah kau sudah sembuh?"tanya Dave mengingat kondisi Lauren kemarin.

"Aku tidak papa, aku akan bersiap dulu. Sampai jumpa" pamit Lauren dan tanpa menunggu jawaban Dave langsung mematikan telfonnya.

Dave bedecak kesal tapi tak urung menampilkan senyum manisnya, senyum yang jarang dikeluarkan nya sejak kejadian 7 tahun lalu.

***

"Bagaimana masakanku semalam? Apakah rasanya buruk?"tanya Dave dengan suara sedikit khawatir.
Lauren menggeleng cepat.

"Masakanmu enak, sangat enak" puji Lauren karna masakan Dave memang enak.

"Aku harap kau tidak berbohong, sejujurnya itu adalah pertama kali aku membuat masakan asia, lain kali akan kumasakan steak. Kujamin kau akan minta lagi" ucap Dave dengan PD nya.

Saat ini mereka masih ada di apartement Lauren karna jam masih menunjukkan pukul 06.47 sementara mereka masuk kerja pukul 08.00

"Ah iya Dave, soal kemarin sore... aku benar benar minta maaf telah merepotkan mu, sebenarnya aku sudah lama tidak mengalaminya tapi entah kenapa saat kau menanyakannya aku seperti itu lagi" ucap Lauren dengan nada menyesal.

"Tak apa Lauren, aku senang bisa membantumu. Lagi pula itu bukan masalah besar"jawab Dave tersenyum tulus

"Apa kau tidak berpikir aku gila? Maksudku banyak yang berkata seperti itu saat aku tertekan" ucap Lauren lagi

"Kenapa aku harus berpikir seperti itu? Semua orang pasti punya kekurangan dalam dirinya" tutur Dave membuat Lauren tersenyum.

"Kau tau Dave? Semua ini bermula saat aku dan orang tuaku kecelakaan dan mereka meninggal ditempat kejadian. Aku sungguh terpukul dengan kejadian itu, dan dokter bilang hal itu menimbulkan trauma psikis untukku. Setiap aku tertekan saat mengingatnya, aku akan merasa sangat pusing dan beberapa kali aku bahkan kehilangan kesadaranku. Hhh... kadang aku berpikir kapan aku bisa melupakan ini semua dan hidup dengan tenang. Andai kecelakaan itu tidak terjadi pasti saat ini aku sedang duduk dengan ibu yang menyayangi dan ayah yang melindungiku" ucap Lauren panjang mencurahkan isi hatinya.

"Aku turut sedih Lauren, tapi semua ini sudah ditakdirkan. Dan Tuhan sudah menulis jalan sendiri untukmu. Lagipula kau tidak sendiri Lauren, aku akan selalu ada untuk mendukungmu" timpal Dave mencoba menguatkan Lauren, menggenggam tangannya menyalurkan kekuatan.

"Terima kasih banyak Dave, ngomong ngomong ayo kita berangkat aku tidak mau terlambat dan ditegur lagi oleh Mr. Hilton" ucap Lauren setengah menyindir Dave.

Dave terkekeh singkat dan keluar mengekori Lauren yang berjalan didepannya.

***

"Maaf tuan, apa anda tidak ingin makan siang dulu sebelum memulai meeting?"tanya Lauren sopan pada Dave.

"Aku sedang sangat sibuk Lauren, tak akan sempat makan siang" jawab Dave tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop nya.

"Ck! Dave, makanlah. Aku tak mau temanku sakit gara gara tidak makan siang" ucap Lauren kesal membuat Dave mendongak. Ini pertama kalinya setelah 2 bulan bekerja dengannya Lauren tak bicara formal padanya dikantor.

"Apa ada yang salah? Aku hanya tak ingin supirku tiba tiba libur dihari kerja"ucap Lauren santai.

Dave terkekeh pelan. "Baiklah nyonya, bisakah kau pesankan makanan untukku?"tanya Dave bercanda.

"Tentu saja Mr. Hilton, apapun yang anda inginkan tuan" ucap Lauren mengangguk sopan dan undur diri dari hadapan Dave.

Dave menggelengkan kepalanya heran, gadis itu benar benar lucu.

"Maukah kau menemaniku sepulang kerja Lauren?"tanya Dave ditengah makan siangnya.

"Kemana?"

"Temani aku, orang tuaku ingin bertemu dengan kekasihku atau mereka akan menikahkan ku dengan paksa"jawab Dave singkat membuat Lauren tersedak makanannya.

"Lalu untuk apa kau mengajak ku?"tanya Lauren "Apa kau sudah gila?"lanjutnya emosi.

"Ayolah, bantu aku Lauren. Apa sebelumnya kau sama sekali belum berpacaran?"tanya Dave heran sementara Lauren mengangguk polos.

"Aishh... kau ini. Kenapa tak melakukannya?"

"Hmm... dulu aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu. Lagipula aku bersyukur bisa sekolah dan tidak akan menyia nyiakan nya begitu saja dengan hal yang bisa merusak prestasi ku."jawab Lauren santai.

"Apakah tidak ada yang tertarik padamu?"tanya Dave penasaran.

"Kau ini! Apakah menurutmu aku tidak cantik sama sekali? Emm... dulu banyak pria ingin berkencan denganku tapi aku selalu menolaknya. Tapi dulu aku dekat dengan seorang pria, dia adalah seniorku sekaligus mitra bisnismu, Stevan Wilton aku memanggilnya Stev. Tapi kami hanya sampai pada tahap teman dan tidak lebih"ucap Lauren pada Dave

"Ya, ku akui kau memang cantik jadi tak heran banyak pria yang menyukaimu. Tadi kau bilang dulu tak berminat pacaran. Lalu sekarang?"pancing Dave mulai melancarkan aksinya.

"Sekarang ya? Mungkin akan ku pikirkan, lagipula tak mungkinkan aku akan selamanya sendiri?"jawab Lauren lalu terkekeh pelan.

"Kalau begitu jadilah kekasihku" ucap Dave cepat membuat Lauren mematung. Tapi tak lama kemudian tertawa terbahak.

"Bercanda mu sungguh lucu Dave"ucap Lauren sambil menyeka matanya yang mengeluarkan cairan bening itu.

"Aku serius jika kau menganggap itu hanya lelucon" ucap singkat Dave yang seketika membuat Lauren terdiam.

"Tapi Dave, ak-aku aku, kenapa tiba tiba, kau adalah temanku" lirih Lauren tak tau harus berkata apa.

"Aku memang temanmu, tapi tak adakah sedikit rasa untukku?"tanya Dave berharap.

"Setelah dua bulan mengenalmu, aku merasa nyaman dan aku menyayangimu, sungguh. Tapi-" jawab Lauren tersendat.

"Kau bisa memikirkan nya dulu Lauren dan jangan merasa tertekan dengan ini, aku akan menerima apapun keputusamu" ucap Dave memaksakan sebuah senyuman walau jelas ada raut kekecewaan diwajahnya.

"D-dave, apa kita masih bisa jadi teman?"tanya Lauren hati hati.

"Tentu saja, dan bersikaplah biasa. Ayo kita pergi, meeting akan segera dimulai" ajak Dave diangguki Lauren.

***

Love and hug
-AKP-

My CEO My Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang