Happy reading guys...
Warning! Typo bertebaran!
Cerita gaje!***
Dave memakan sarapannya dengan pelan dan tidak berselera. Pikirannya jatuh pada mimpi yang diceritakan Lauren tadi malam padanya. Apa mimpi itu sebuah isyarat atau hanya bunga tidur? Apakah suatu saat dia bisa melukai Lauren seperti itu? Jika iya, Dave akan memilih mati sekarang.
"Kak .... " panggil Vanny langsung membuat Dave mendongak.
"Hmm?"
"Kenapa kak Lauren tidak turun untuk sarapan?" tanyanya penasaran.
"Aku tidak tega membangunkannya. Dia tidak bisa tidur semalam, biar aku saja yang membawakannya sarapan nanti." jawab Dave setelah menghela nafas panjang.
"Apa dia mimpi buruk?" tanya Mom yang diangguki Dave.
"Mimpi buruk. Benar-benar buruk." gumam Dave pelan.
"Aku sudah selesai. Aku akan keatas membawa sarapan untuk Lauren. Selamat pagi." pamit Dave yang diangguki mereka bertiga.
Dave membuka pintu perlahan dengan nampan di tangannya. Dilihatnya Lauren dengan mata sembabnya masih bergelung di selimut tebal yang diberikan Dave.
Dave mendekat dan menepuk pipi Lauren pelan. "Sayang, bangunlah .... "
Lauren mengerejapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk.
"Pukul berapa sekarang?" tanya nya serak. Inilah kebiasaan Lauren, bertanya jam jika ada yang membangunkannya."Pukul 08.30 sayang, ayo sarapan dulu." jawab Dave sambil menyodorkan nampan berisi segelas susu vanila dan roti bakar coklat. Lauren mengangguk dan mulai makan dengan pelan. Pikirannya melayang pada mimpinya semalam.
"Kau masih memikirkan mimpi itu?" tanya Dave yang tengah memperhatikan Lauren. Gadis itu memang makan, tapi pikirannya entah kemana. Lauren menggeleng kaku.
"Jangan berbohong," ucap Dave dingin sambil mendongakkan wajah Lauren menatapnya. Lauren ketakutan. Sorot mata Dave menggelap seperti dalam mimpinya. Dan Dave menyadarinya.
"Ja-ngan. Aku tidak suka," ucap Lauren ketakutan membuat Dave memyerit heran.
"Apa? Kenapa sayang?"
"Matamu. Aku tidak suka, saat sorot matamu menggelap." jawab Lauren menunduk.
"Maaf ...." gumam Dave mendekap tubuh mungil itu.
Dave menggendong Lauren kearah balkon. Sama seperti di mimpi menyeramkan itu. Tubuh Lauren bergetar. Lauren mulai meronta minta di lepaskan. Sementara Dave masih mencoba menenangkan Lauren. Mereka berhenti di tepian balkon.
"Sayang, hey lihat aku," ucap Dave lembut sejenak membuat Lauren tergugu dan menghentikan gerakannya.
"Kau mencintaiku kan?" Lauren mengangguk.
"Kau percaya padaku?" Lauren mengangguk-lagi-
"Aku tidak akan mungkin bisa melukai dirimu, jangan takut lagi, ok? Itu hanya mimpi. Mana mungkin aku akan sanggup melukaimu dengan tanganku sendiri? Bagaimana bisa aku melukaimu jika nafasku saja terikat denganmu?"
Lauren hanya bisa mengeratkan pelukannya pada tubuh pria itu. Menghirup dalam-dalam aroma yang bisa menenangkan suasana hatinya.
"Bawa aku ke kamar mandi," ucap Lauren saat Dave hendak membaringkannya lagi.
"Mau aku mandikan sekalian, liebe?" goda Dave begitu menurunkan Lauren di bathub.
"Boleh." jawab Lauren santai.
"Really?" tanya Dave berbinar.
"In your dream, bae!"
***
Entah apa yang sedang di pikirkan gadis itu. Seperti sedang memikirkan sesuatu dan kadang tersenyum sendiri.
"Apa yang kau pikirkan, sayang?" tanya Dave pada Lauren yang sedari tadi mengacuhkannya.
"Tidak ada." jawabnya singkat.
"Sayang ...."
"Iya iya. Aku hanya memikirkan bagaimana ramai dan cerianya rumah ini jika sudah ada anak kita nanti." jelas Lauren membuat Dave ikut tersenyum bersamanya.
"Maka dari itu ayo kita mulai membuat anak," ucap Dave dengan seringai jahilnya.
"Pervert! Kau pikir apa hah? Kau pikir anak bisa dibuat seenaknya seperti membuat agar agar?!" kesal Lauren sambil memukul lengan Dave.
Hening. Itu yang terjadi sekarang. Mereka sama-sama menikmati angin sore yang menerpa mereka yang sedang berpelukan, mencari kehangatan ditengah dinginnya penghujung musim gugur. Sesekali menerbangkan rambut hitam Lauren kebelakang.
"Honey ...."
"Hmm?"
"Honey ...."
"Apa Dave? Jangan mempermainkanku seperti itu" kesal Lauren karna Dave yang terus memanggilnya.
"Aku...em, aku..."
"Aku apa?" tanya Lauren bingung.
"Sebenarnya aku...aku punya penyakit, semacam kelainan dan itu...itu tidak bisa disembuhkan" jawab Dave menatap sendu Lauren. Sejenak Lauren memasang ekspresi kaget. Namun sedetik kemudian dia tersenyum tulus.
"Dave, apapun itu kau tetap orang yang sama. Dave yang sama, orang yang sama yang sangat aku cintai. Aku mencintaimu, dan itu sepaket dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Jangan sedih begitu. Tapi kalau boleh tau, kau sakit apa?" pasalnya, sudah lama dia mengenal Dave, namun sama sekali tidak pernah menemukan kejanggalan apapun pada diri Dave.
"Tapi kau harus berjanji setelah aku mengatakannya kau tidak akan marah," ucap Dave, Lauren menyerit heran tapi ia tetap mengangguk.
"Sebenarnya... Aku punya kelainan. Kelainan itu akan kambuh saat aku jauh darimu, saat kau dekat dengan pria lain dan saat kau memasang wajah kesal padaku seperti sekarang ini. Rasanya aku ingin membawamu dalam pelukanku dalam sekali sentakan dan mencium bibirmu sampai kau kehabisan nafas," ucap Dave dengan nada yang di dramatisir membuat Lauren menggeram marah.
"Aku sudah khawatir setengah hidup tapi kau malah bercanda seperti itu hah?! Kau pikir itu lucu?!" tanya Lauren kesal. Dave hanya tersenyum miring dan menarik Lauren semakin mendekat. Lalu secepat kilat dia sudah menempelkan bibirnya pada bibir ranum milik kekasihnya. Dan baru melepasnya saat mereka berdua kehabisan nafas.
"Bukankah sudah kubilang jika aku punya kelainan, bae? Tapi kau tidak percaya dan tetap kesal padaku. Inilah akibatnya," ucap Dave santai saat Lauren masih menatapnya kesal.
"Terserah apa maumu. Yang jelas, aku marah" ujar Lauren lalu beranjak meninggalkan Dave uang terbengong. Marah katanya? Mana ada orang marah mengatakan seperti itu?
***
Ok, aku update. Baru pulang dari camp tadi pagi dan kondisi tubuhku... Luar biasa!
Sebenernya ini mau up atau curhat sih? Dua duanya 😂
Kan Jelajah Alam Sekitar tuh. Udah jalan jauuuhhh bangett. Kan ada pos gitu setiap bbrp km dan pos nya ada 11!
Terus ada pos turun tebing. Naiknya dah capek bat. Terus turunnya aku kepleset dan jadi prosotan di tebing itu.
Dan kaki ku. Hmm ... Sakitnyaa Luar biasa! Jadilah aku jalannya kaya nenek nenek.
Ok, udah kepanjangan.
See you next time 👋👋
Love and hug
-AKP-
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO My Love [Completed]
Lãng mạnDIHAPUS BEBERAPA PART UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN. THANK YOU ❤ "Karna kau begitu berbeda, membuatku merasakan sensasi aneh saat bersamamu" -David Alexandrio Hilton- "Karna kau berhasil membuatku mencintaimu" -Lauren- Kisah cinta klise antara dua...