Happy reading guys...
Warning! Typo bertebaran!
Cerita gaje!***
Lauren duduk termenung menatap Dave yang sudah hampir selesai membereskan barang miliknya dan milik Dave sendiri selama dia ada dirumah sakit. Ya, Lauren hari ini akan kembali pulang ke rumah. Ke mansion keluarga Hilton. Itu rumahnya sekarang, setidaknya itu kata Dave. Sekarang Lauren tidak boleh lagi pulang ke apartemennya, rumahnya adalah mansion keluarga Hilton dan penthouse Dave.
Sudut bibir Lauren terangkat membentuk sebuah senyuman yang terlihat sangat manis. Tersenyum mengingat Dave yang selalu merawatnya penuh cinta. Dave bahkan tidak mengizinkan seorang pun perawat yang diberikan rumah sakit untuk merawat Lauren dan membantunya melakukan berbagai hal. Dave bahkan membantunya mandi!! Sial! Pipinya memerah karna mengingatnya. Dave selalu menungguinya bahkan saat mandi membuat Lauren tak melakukan acara mandinya dengan bebas. Dasar gila! Lauren bahkan melilitkan kain tipis saat mandi. Bukan apa-apa, tapi Lauren malu. Tentu saja Dave kekasihnya tapi kan belum jadi suami. Kira-kira begitu yang dipikirkan Lauren.
Lauren sedikit tersentak saat Dave menepuk pelan bahunya.
"Kenapa melamun?" tanya Dave dan menarik Lauren agar duduk di dekatnya."Aku tidak melamun," jawabnya sambil menunduk, menyembunyikan pipinya yang memerah. Bisa gawat kalau Dave tau apa yang sedang di pikirkan nya.
"Kau tidak pandai berbohong sayang, lihatlah. Wajahmu bahkan sangat merah," ucap Dave lagi. Lauren merutuki pipinya yang sangat mudah memerah.
"Ah, kau pasti memikirkan saat aku menemanimu mandi. Iya kan?" tebak Dave yang sangat benar.
"Ti-tidak!" elak Lauren keras dengan wajah yang semakin merah.
"Lalu apa yang kau pikirkan?" tanya Dave sambil memicingkan mata.
"Tidak ada," jawab Lauren acuh membuat Dave menggeram dan secepat kilat menarik tengkuk Lauren dan menciumnya hingga keduanya kehabisan nafas.
"Mau kau katakan atau aku lanjutkan ini dan mengganti malam pertama kita menjadi hari ini. Pagi ini juga," ancam Dave yang sudah dipastikan akan berhasil karna wajah Lauren yang langsung terlihat pucat.
"I-iya kau benar...." ucap Lauren malu-malu.
"Benar apa?"
"Yang kau katakan. Itu benar," ucap Lauren lagi.
"Memangnya apa yang kukatakan?" tanya Dave pura-pura.
"Yang tadi."
"Tadi apa?"
"Ah sudahlah! Kau sengaja membuatku kesal!" kesal Lauren dan melepaskan diri dari rengkuhan Dave. Menghentakkan kaki dan mengambil tasnya. Itu semua tidak luput dari pandangan yang sedang menahan tawa melihat tingkah gadis itu.
"Hey, kau mau kemana?" ucap Dave sedikit berteriak karna Lauren yang hampir mencapai pintu.
"Mau pulang naik taxi ke apart," jawab Lauren acuh.
"Memangnya kau punya uang?" tanya Dave dengan nada mengejek.
Lauren tersadar kalau dia sama sekali tidak memegang uang sepeser pun.
"Tidak ada kan? Jangan berlagak didepanku" ucap Dave sombong.
"Tidak papa. Kalau begitu tidak akan pulang ke apart dan akan memohon ke supir taxi itu untuk membawaku pulang dan menghilang selamanya dari hidupmu," balas Lauren dramatis sambil menyibakkan rambut sepinggangnya ke belakang. Lauren membuka pintu dan berlalu meninggalkan sambil mendengus meninggalkan Dave yang masih terbengong. Sedetik kemudian Dave tersadar dan mengumpat lalu berlari menyusul Lauren.
Dilihatnya punggung Lauren yang mulai menjauh. Dia berlari dan langsung mengangkat tubuh Lauren. Menggendongnya ala bridal style.
"Tidak akan aku biarkan kau pergi dan menjadi milik orang lain," desis Dave dengan kilatan mata yang menunjukan kemarahan.
"Kau pikir aku bisa membiarkan diriku menjadi milik orang lain?" tanya Lauren membuat Dave berhenti berjalan dan menatap ke arahnya kebawah.
"Aku kan tadi hanya bercanda, kenapa kau serius sekali sih." lanjut Lauren kemudian terkekeh pelan.
Lauren bisa melihat tatapan sendu Dave ke arahnya. Sejenak dia bingung, sedetik kemudian Dave menurunkannya di kursi penumpang Limo yang kini menjadi pusat perhatian. Tak lama kemudian mobil melaju dengan Dave yang masih diam disampingnya
"Dave, kau kenapa?" tanya Lauren sambil mengusap lembut punggung tangan Dave. Dave tersenyum. Senyum yang diyakini bukan senyum bahagia.
Dave menarik Lauren dan mendekapnya erat. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Lauren dan menghirup aromanya dalam.
"Jangan berkata kalau kau akan meninggalkan diriku lagi walau itu hanya bercanda. Aku sangat tidak suka itu. Kau sudah sering hampir meninggalkanku. Entah karna keinginanmu atau karna takdir. Yang jelas, aku tidak suka kau bicara seperti itu lagi. Aku takut itu menjadi kenyataan dan aku tidak akan sanggup, kau mengerti kan?" ucap Dave masih dengan posisinya.
"Maaf...aku tidak bermaksud membuatmu sedih"
Dave mengangkat wajahnya dan menatap mata Lauren yang kini ada didepannya.
"Aku sangat sangat sangat mencintaimu. Kau tau itu kan? Jaga dirimu. Jangan sampai kejadian seperti kemarin terulang lagi. Aku tidak mau kau terluka lagi. Temani aku sampai tua, temani aku menikmati hasil kerja kerasku, temani aku membesarkan anak-anak kita nanti, temani aku menimang cucu nanti, temani aku, hingga maut datang dan membuatmu tidak bisa menemaniku. Jangan pergi lagi dan temani aku, kau mau kan berbelas kasihan dan memberi apa yang diinginkan pengemis ini?" tanya Dave setelah sukses membuat Lauren menangis dengan kalimat-kalimat yang diucapkannya tadi.
"Aku mau. Aku mau!" jawab Lauren dengan air mata berlinangan dan kembali memeluk Dave.
"Aku senang kau menjawabnya. Tapi tidak dengan air matamu, sayang. Seolah aku memaksamu untuk mengatakan itu," ucap Dave mengundang kekehan Lauren yang masih mengubur wajahnya ke dada bidang Dave.
"Kau merusak suasana romantisnya," ujar Lauren dan mengangkat wajahnya.
"Kalau mau romantis begini caranya," bisik Dave dan memegang dagu Lauren. Hampir saja bibir mereka bersentuhan saat sebuah suara menginterupsi mereka.
"Maaf tuan, nona, tapi kita sudah sampai sejak sepuluh menit yang lalu" ucap supir itu membuat Lauren dan Dave saling bertukar pandang dan tertawa bersama.
Hanya ini yang kubutuhkan, didekat dan tertawa bersamamu. Menghabiskan waktu yang terus bergerak melewati ruang. Terus saling melengkapi dengan cinta yang semakin besar seiring dengan bertambahnya usia. Menatap matamu yang begitu menenangkan. Menghirup aromamu yang begitu memabukkan. Memeluk tubuhmu yang memberikan kehangatan. Mencium bibirmu yang memberi sengatan listrik keseluruh tubuhku. Tertidur dan terbangun disampingmu, bersamamu, terus hingga tua. Hingga maut memisahkan kita.
***
Uhuyy!! Dave Lauren come back guys!
Ekspresi kalian gimana waktu baca part ini? Jujur, aku ngakak! Masa si Dave bisa gegara kaya gitu doang galau haha. Tapi ngga tau juga sih, kan belum pernah Cinta seseorang ampe kaya gitu 😂
Oh, ya ....
Makasih buat yang bikin Dave nangkring dan rank nya lumayan di romance. Tapi, menurutku itu luar biasa saat si Dave ini #63 in romance.
I love you so much guys 😘
Love and hug
-AKP-
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO My Love [Completed]
RomanceDIHAPUS BEBERAPA PART UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN. THANK YOU ❤ "Karna kau begitu berbeda, membuatku merasakan sensasi aneh saat bersamamu" -David Alexandrio Hilton- "Karna kau berhasil membuatku mencintaimu" -Lauren- Kisah cinta klise antara dua...