Prolog

87 8 0
                                    

Hidup glamour, mewah dan semua serba berlebihan adalah kehidupan normal sosialita zaman sekarang. Mobil mewah, perhiasan yang menjadi aksesoris utama penunjang penampilan, dan tentunya pakaian mahal yang hanya sekali pakai. Banyak orang merasa risih akan kehadiran dan sikap mereka, malah beberapa orang menganggap bahwa mereka sangat merugikan.
Tapi tidak dengan wanita ini, dia merasa sangat beruntung jika para sosialita itu datang ke tempatnya. Mereka berbondong-bondong datang ke butiknya saat mendapat undangan pesta besar. Ya, mereka meminta wanita ini untuk membuatkan sebuah gaun beserta aksesorisnya. Bahannya bermacam-macam, mulai dari sutra sampai aksesoris tambahannya seperti berlian sapphire. Jangan tanya masalah bayarannya, karna upahnya untuk sekali membuat sebuah gaun malam saja bisa dua kali lipat dari harga bahannya. 
Seorang wanita muda yang sangat berbakat di bidang fashion designer ini biasa disapa dengan nama Catlyn. Sosialita dan masyarakat kalangan atas mana yang tidak mengenalnya? Kemampuan bersosialisasinya sangat baik, wajah rupawan bak malaikat pun dimilikinya. Itulah alasan mengapa banyak laki-laki yang bertekuk lutut padanya. Hey, siapa yang tidak mau memiliki kekasih yang sempurna? 
Sempurna? Ya, hidupnya memang sempurna bagi sebagian orang. Memiliki paras cantik, bentuk tubuh dambaan semua wanita, sangat berbakat, pandai berbicara, dan keadaan finansial yang sangat berkecukupan. Tapi setiap manusia selalu merasa ada saja sesuatu yang kurang.
Ibunya pernah berkata agar ia segera menikah dan segera memberinya cucu. Nah ini dia salah satu kekurangan Catlyn, kehidupan asmaranya sangat buruk. Banyak laki-laki yang sudah menyerah sebelum berperang. Lagipula menikah tak semudah yang kau bayang kan, kau tahu? Tapi itulah satu-satunya keinginan ibunya yang sampai saat ini belum ia penuhi. Umurnya masih 22 tahun, masih panjang perjalanan hidupnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Lyn?" Lisa menepuk pelan pundaknya. Lisandra Mala, salah satu sahabat baiknya yang merangkap menjadi asistennya. Ah, Catlyn melamun lagi. Bukan karna ada masalah dipekerjaannya tapi karna keinginan konyol ibunya. Ayolah, siapa yang ingin menikah diusia yang masih muda terlebih lagi kariernya yang sedang menanjak.
"Kau sedang memikirkan Mr. Staylinson ya?" Tanya Lisa penuh selidik. "Staylinson? siapa dia?" Catlyn bingung, bukan karna apa. Dia memiliki sebuah penyakit psikologis, short-term memory loss atau lupa ingatan jangka pendek yang entah sejak kapan dideritanya. Ini dia kekurangan Catlyn lainnya yang tidak diketahui orang awam, hanya orang-orang terdekatnya saja yang tahu akan kekurangannya ini.
"Cih, penyakitmu kumat lagi ya? Makanya jangan terlalu keras dalam bekerja, Lyn. Otakmu juga butuh istirahat." Ujar Lisa sembari membereskan sketsa pakaian buatan Catlyn. Ia pun hanya mengangkat bahunya tanda mengerti. "Oh iya, jangan lupa lusa kau diundang di pesta pembukaan pabrik baru perusahaan Knox." Sepertinya aku pernah mendengar nama itu batinnya berbicara. Seketika tubuh Catlyn menegang, kepalanya terus memutar memori masa lalunya. 'Tidak mungkin dia kan?' tanyanya dalam hati. 
"Catlyn? Apakah kau baik-baik saja? Kau tidak melupakan sesuatu yang penting lagi kan?" Melihat reaksi Catlyn yang seperti itu, membuat Lisa khawatir. Bukan apa-apa, sahabat sekaligus atasannya ini sering kali melupakan hal-hal penting. Catlyn menggelengkan kepalanya dengan cepat meyakinkan sahabatnya bahwa dia baik-baik saja. "Aku baik-baik saja, Lisa. Kau tidak perlu khawatir. Hey, kau cepatlah pulang. Bukankah kau ada kencan dengan laki-laki berambut pirang itu?" Lisa menganguk pelan paham akan maskud sahabatnya, dia lega Catlyn baik-baik saja. Setelah itu Lisa pamit untuk pulang lebih dulu.
Akhirnya Lisa pergi dari ruangan itu. Ruang kerja minimalis bercat merah muda terkesan lembut namun energik. Pikirannya kembali melayang ke percakapan singkatnya tadi dengan Lisa. "Ku harap bukan dia." Rapalnya terus menerus. Teringat memori masa lalu yang seharusnya ia lupakan. Tapi bagai sudah melekat baik pada tubuhnya, memori itu tidak mau hilang sekuat apapun dia melupakannya.

Chocolat NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang