1

188 6 1
                                    


Hari ini mendung. Matahari enggan menunjukan dirinya dibalik awan-awan gempal itu. Siapa yang hendak keluar di hari libur panjang semester seperti ini? Ada. Para mahasiswa baru itu.

Mereka sudah berbondong-bondong datang bahkan sebelum kelamnya langit memudar menyisakan biru yang mendung di atas sana. Seperti badut layaknya babu. Diam menunggu gerbang terbuka, menunggu wajah sangar para kakak senior,sambil sibuk mengkhawatirkan kekurangan demi kekurangan yang mungkin saja terjadi saat pemeriksaan nanti.

Hari itu tak juga luput dari perempuan canggung yang menunggu gerbang terbuka di pojokan kumpulan para mahasiswa baru lainnya. Ia menyibukan diri dengan ponselnya terlalu malu untuk berkenalan, terlalu kaku untuk memulai obrolan.

Sama seperti para mahasiwa lainnya yang terlihat seperti badut, nametag nya terkalung wajah senyumnya yang sama sekali tidak mencerminkan perasaan hatinya yang sekarang,lalu nama yang terketik rapih bertuliskan 'Sarah' dan nama yang lain. Dalam hati bahkan sebelum kegiatan itu dimulai perempuan bernama sarah itu sudah menggerutu akan kepegalan. Ia sudah lelah sebelum dimulai.

Pintu terbuka.Segala teriakan dimulai. Mengikuti para rekan yang lain Sarah mulai jalan terbirit-birit,tergoes-goes oleh ketakutan yang mungkin akan mencelakakan dia dan orang lain.

Sepanjang hari itu tidak ada yang menarik selain kebosanan dan kebosanan oh ya tentu juga rasa lelah yang bergelanyut.

"Iya mii...udah aku udah coba cari gereja terdekat kok...iyaaaa.....aku ngantuk ya mi besok mau ospek lagi boleh rah tutup sekarang kan?....ya....love you".

Itu adalah percakapan terpanjang nya setelah sampai diperantauan. Sarah yang lelah mencoba berbaring di atas kasurnya merasakan tubuhnya yang pegal dan mencoba mendramatisir. Akan kelelahan dan kekhawatiran nya terhadap kehidupan yang menantinya. Belum ada lima menit percakapan nya dengan sang ibu tapi rasa rindu sudah mencokol ria.

Biarlah. Biarlah malam ini dia pejamkan matanya dan membuang segala kekhawatiran itu.



*

Ini sudah lewat dua minggu dari peristiwa ospek hari pertama yang benar-benar melelahkan itu. Sarah sudah mulai masuk kuliah dan mulai bersosialisasi seperti biasanya.

"Sarah lu kenal kak Anjas?".

Sarah berbalik sembari menguncir rambutnya penuh perjuangan. Wajah bodohnya mengangguk bingung. Anjas? Pikirnya sembari mengingat-ingat siapa yang dimaksud perempuan di depannya itu.

"Kenapa emang nya?", "Di tunggu di bawah tadi. Katanya suruh manggil yang namanya Sarah".

Dia memang pernah punya teman namanya Anjas. Tapi itu dulu saat di Jakarta. Eh..tapi katanya tadi 'kak' kan? Berarti yang dimaksud senior? Kayaknya dia nggak ada kenalan deh . Duh Sarah! Dia hampir saja balik lagi naik ke lantai empat sebelum sadar langkah terakhirnya sudah mencampai lantai dasar dan matanya menjurus ke punggung lebar nan gagah pas di hadapan.

"E...Kak An..jas?" suara nya mencicit ragu.

Perlu seperkian detik untuknya mengenali sosok di depan. Tapi pikiran tak juga mencari siapa pria itu. Pria pemakai kaos oblong hitam dan jeans biru. Badan nya tidak begitu gemuk cukup sedang dengan wajah yang tegas.

"Siapa ya kak?".

"Ini gue yang kemaren bantuin lu nyari angkot", suara nya berat dan memulai percikan ingatan di kepala Sarah "Nih KTP lu jatoh kemaren".

You Are In My SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang