4

27 2 0
                                    


"Yaelah Sar kejadian nya udah sekitar dua minggu yang lalu. Lagipula kemungkinan aja Mas Anjas lagi makan di pujasera. Kali ini nggak bakal ketemu deh kecuali..."

"Apa?!", suara Sarah mulai tinggi "Kecuali lu jodoh"

Tanpa berpikir panjang Sarah menarik kerudung milik Adhwa. Hampir saja rambut Adhwa terlihat. Dengan tak kalah kalapnya Adhwa juga menepuk kepala Sarah keras.

"Pokoknya gue mau makan di perpus aja"

Adhwa menatap punggung Sarah yang menjauh. Sebenarnya berteman dengan Sarah adalah yang paling melelahkan di dunia ini. Tapi mau gimana lagi? Cuma ada lima orang perempuan yang satu angkatan dengan mereka. Tiga nya lagi malah bersikap seperti musuh bebuyutan Adhwa dengan berat hati Adhwa langsung berlari kecil menyusul Sarah.

Sebenarnya tidak terlalu banyak menu yang dihidangkan. Apalagi Adhwa yang tidak menyukai menu sehat. Ia terlihat malas-malasan memakan menunya.

"Sarah?",

Mata Sarah menatap asal suara. Was was karena dia pikir bahwa itu bisa jadi adalah seseorang yang ia takuti keberadaannya. Untung nya itu adalah Dimas. Bukan lagi untung tapi keberuntungan. Emang beda ya kalo anak elit makan nya makanan sehat, bajunya rapih, bersih nggak kayak Anjas.

Dengan sadar Sarah langsung menggigit bibirnya sembari merutuki mengapa ia malah membandingkan Dimas dengan Anjas. Ya jelas beda spesies lah. Dimas itu malaikat dan Anjas itu Lucifer. Ih...

Eh apa sih?! Hush...hushh.. jangan keluar lagi dipikiran.

"Biarin aja kak dia emang suka sakau kayak gitu",

Semua lamunan Sarah bubar karena mendengar suara menyebalkan Adhwa dan entah sejak kapan Dimas sudah duduk di sampingnya. Wanginya itu loh enak banget. Satu hal yang Sarah sadari adalah Dimas adalah tipe buat baper NUMBERWAN di kampusnya. Buktinya ia bersikap baik dengan semua wanita yang ada di sekitarnya.

Senyuman Dimas menyihir seisi kantin perpustakaan. Yakin deh semua perempuan di sana pasti dari curi-curi pandang atau malah snapgram in Dimas diem-diem. Sarah jadi gugup gitu makan menu nya. Ya kan semua perempuan pasti bakal kesihir. Mata Sarah lalu berarah kepada Adhwa yang berusaha keras menelan makan siang nya. Dia lupa bahwa perempuan di depan nya tidak akan mempan kena pesona tampan Dimas.

Adhwa pejuang LDR. Ck. Naas

"Eh Rah, kemarin sukses acara sinema nya?", "Sukses kok Kak. Makasih loh saran nya"

"Sip, sorry ya nggak bisa dateng", ucap Dimas tulus dengan senyum nya yang menawan "sabtu besok ikut yuk, nonton".

Mata Adhwa langsung melotot. Tipikal-tipikal perempuan Lamtur yang segar mendengar gosip terbaru. Dengan sigap Sarah menginjak kakinya untuk menetralisir ekspresi Adhwa yang mencurigakan.

"Boleh kak", "Sipp. See ya! Duluan ya Sar, Adhwa"

"CIAAAAAAA SARAHHHHH!!!"

Suara Adhwa langsung menggelegar padahal Dimas belum juga jauh darinya. Sarah melemparkan botol minumnya sambil tersenyum senyum kesal bercampur lemas lemas gimana gitu. Orang ganteng baru aja ngajak dia nonton.

"Lambe tuh dijaga",

"Akhirnya bentar lagi nggak jomblo ya kakak Sarah".



*

Malam yang sial

Seperti perjanjian sebelumnya kalau hari ini ia akan nonton bareng Dimas. Karena ada rapat Sarah tidak bisa berangkat bersama Dimas, jadi atas kesepakatan bersama ia menyusul usai rapat. Namanya juga perempuan selama perjalanan yang amat singkat Sarah menyempatkan diri untuk memakai alis bedak dan pewarna bibir nude miliknya. Bahkan untuk terhindar dari kekucelan yang berlebih Sarah memilih untuk naik taxi online. Sungguh dosa besar pada tanggal tua untuk anak rantau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are In My SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang