Chap 6: Aku nggak mau kehilangan kamu

76 9 0
                                    

Keramaian terdengar dari ruang Setra, para anggota beserta beberapa pebimbing sedang sibuk membahas rencana mereka untuk Pentas Seni yang mereka adakan.

Ya! Mereka akan mengadakan Pentas Seni. Setiap kelas mengajukan perwakilan untuk tampil di pentas tersebut, apa saja. Bahkan anggota SetRa juga mempersembahkan sebuah pentas drama, Romeo dan Juliet.

Tapi sialnya Felin menjadi tokoh utama sebagai Juliet karena dia ketua Setra. Dia bisa saja setuju tapi yang membuatnya enggan adalah Dito! Cowok itu ditunjuk menjadi peran utama pria sebagai Romeo karena dia yang mengusulkan drama tersebut.

Agh!

"Ya udah aku mundur jadi Juliet aja," tutur Felin kala itu.

"Eh, nggak bisa donk Fel! Tadikan kamu udah setuju," sergap Angga.

"Tapi--aku nggak mau dipasangin sama Dito!" dia melirik Dito yang duduk dengan santainya.

"Lho kenapa sih Fel? Kan udah cocok, kamu sebagai ketua Setra menjadi peran utama dan Dito yang mengusulkan drama ini menjadi peran utama juga," terang Ella.

"Lagi pula kalian kan udah lama kenal. Aku rasa chemistry kalian nyatu banget nantinya," May menambahi.

"Egh, ta-tapi kan--"

"Ya udah kalo Felin nggak mau biar aku yang mundur." dengan santainya Dito bangkit dari duduknya.

"JANGAN!" teriakan yang ada di ruangan itu membuat Dito membeku di tempatnya.

"Sudah! Pokoknya tidak ada yang harus dirubah! Semua harus sepakat dengan pemilihan peran untuk drama nantinya. Ya Felin?!" ucap Pak Martin tegas.

Ugh, tidak ada yang bisa protes dengan guru satu itu. Felin pun hanya mengangguk pasrah.

Selama sebulan mereka mempersiapkan semuanya dengan sangat apik, mereka juga berlatih untuk pentas drama agar hasil yang maksimal. Namun Rika, Ukhi, dan Teo sebagai sutradara kewalahan karena Felin selalu salah dan ogah-ogahan saat berlatih.

"Fel, yang bener dong! Waktu kita tinggal seminggu!" ucap Ukhi yang mulai frustasi.

"Jangan mau diketawain sama adek kelas Fel! Ganbatte!" teriak Tere memberi semangat sedangkan gadis es itu mendengus dan mengerucutkan bibirnya.

"Fel, kamu nggak harus maksa diri kamu kok. Kamu anggep aja aku kakak kelas yang waktu itu biar kamu bisa senyum," ucap Dito tenang. "Kamu nggak usah nganggep aku Fel, aku nggak papa kok." senyumnya.

Kamu nggak ngerti Dit.

Felin menghela napas pelan. "Kita ulang lagi!" teriaknya gencar.

Dito menatap Felin yang mulai memerankan perannya serius, dia tersenyum penuh arti.

●●●

Hari demi hari akhirnya sampai juga di depan mata. Tepat pukul enam sore semua murid yang terlibat maupun tidak sudah sibuk mondar-mandir di aula sekolah.

Kini aula sekolah sudah mereka sulap menjadi tempat yang luar biasa. Dekorasi yang indah, dimulai dari sebuket bunga di setiap pojok ruangan, panggung besar dengan dekorasi serba pink dan biru. Meja dan kursi untuk pada tamu dan beberapa alat band yang akan dimainkan oleh kelas 12.

Felin, gadis kutub es itu masih sibuk dengan kertas-kertas di tangannya, menata kembali persiapan dan mengarahkan segala sesuatu untuk pentas nanti. Dia terus mondar-mandir dengan seragam kepanitiaannya.

Pukul tujuh malam, acara segera dimulai. Semua guru, murid serta peserta sudah siap menyambut Penta Seni malam ini. Acara dimulai dengan sambutan kepala sekolah, ketua panitia, dan beberapa guru. Kemudian dilanjutkan dengan performance dance kelas 12 dan penampilan lainnya dari setiap kelas.

Disisi lain Felin masih sibuk dengan baju yang akan dipakainya untuk pentas drama. Padahal dia sempat menolak untuk hal itu karena dia harus memantau jalannya acara tapi lagi-lagi dia malah di ceramahi habis-habisan sama semua 'anak buahnya.' Ugh!

"Nggak usah gerogi gitu kalik, kita kan udah biasa." Felin menengok ke samping.

Egh, dia hampir saja berteriak karena ada cowok ganteng di sampingnya.

Tunggu! Bukankah cowok itu Dito? Dengan setelan baju kerajaan, dia terlihat... tampan. Dito tersenyum manis sekali. Bahkan Felin tak berkedip namun seketika...

"Kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" dia gelagapan, menunduk, menyembunyikan semburat merah di pipinya seraya tangannya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

Dito terkekeh. "Kamu cantik banget malem ini."

"Berarti kemaren-kemaren aku nggak cantik?" Felin memberanikan diri menatap Dito.

"Kok kamu jadi narsis gini sih. Kamu selalu cantik dimataku Fel," puji Dito lagi sedangkan gadis yang dipujinya segera menundukkan kepalanya, dia tak berani menatap Dito lama-lama.

"Sayang ya, kamu udah cantik gini nanti ending ceritanya mati." Felin mengangkat kepalanya.

Apa kata Dito?

"Tapi nggak papa sih, kita kan sama-sama mati dengan membawa cinta."

"Kalo aku aja yang mati gimana?" lirih Felin.

"Kamu tadi ngomong apa Fel?" Felin segera menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

"Em.. Fel, aku pengen ngomong  sesuatu sama kamu." Felin mengerutkan dahinya. "Tapi nanti aja kalo kita udah tampil."

●●●

"JULIET!" teriak Romeo, dia segera menghampiri kekasihnya yang tergeletak di lantai. "Juliet! Juliet bangun Juliet!" Romeo terus mengguncangkan tubuh kekasihnya, air matanya telah jatuh membanjiri pipinya.

Tidak! Bukan pipi Romeo tapi pipi Dito yang berperan sebagai Romeo.

Aku nggak mau kehilangan kamu Fel.

Romeo frustasi dan akhirnya dia meminum racun yang dibawanya. Seketika tubuhnya limbung tepat di samping kekasihnya.

Beberapa detik kemudian Juliet tersadar dari pingsannya. Dia tidak mati, tapi dia sengaja meminum obat tidur agar tidak dijodohkan keluarganya dengan seseorang yang tidak dicintainya.

Tapi seketika matanya membulat ketika melihat kekasihnya, Romeo, tergeletak tak bernyawa di sampingnya kemudian dia mengguncangkan tubuh Romeo.

"Astaga Romeo! Apa yang terjadi? Romeo! Romeo bangun! Kumohon bangun!" tangis Juliet pecah sudah. Terlalu banyak kesedihan dalam hidupnya.

Tiba-tiba matanya berpusat pada botol racun di samping Romeo, tangisnya kembali pecah. Dia langsung mengambil belati di samping Romeo.

"Jika kau mati, maka aku juga akan mati! Kita bawa cinta kita abadi." Juliet segera menusukkan belati ke tubuhnya dan seperkian detik tubuhnya berlumuran darah dan tergelatak, mati bersama kekasihnya, Romeo.

Tepuk tangan menggema di ruang aula bahkan isakkan tangis para siswi yang terhanyut dalam cerita itu sebelum akhirnya tirai merah tertutup, menutup panggung pentas.

"Bangun Fel." seketika Felin memeluk Dito.

Aku nggak mau kehilanganmu Dit.

Dito mengelus punggung gadis itu lembut.

Perlakuan yang manis.

Berhenti Mencintaiku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang