Sikap Felin sedikit berbeda, dia tidak lagi cuek, jutek, dan dingin, dia welcome sekali saat diajak bicara. Wajahnya memang tak sepucat kala itu, nada bicaranya pun lebih lembut. Bahkan ketika Dito mengajaknya ke taman samping sekolah, Felin mengangguk.
"Kamu sakit apa Fel?" tanya Dito.
"Aku nggak papa," jawabnya tanpa menatap lawan bicaranya.
"Aku nggak percaya! Kamu jujur aja kamu kenapa?"
Felin lama tak menjawab, kemudian dia membuka mulutnya. "Aku baper sama drama kita waktu itu." dia tersenyum, menatap Dito yang ternyata sudah menatapnya lebih dulu.
"Kamu beda Fel! Aku nggak tahu kamu nyembunyiin apa dariku tapi kalo kamu udah siap, kamu cerita aja."
"Biarkan waktu yang menjawabnya, Dit." Felin kembali menatap lurus.
Hembusan angin membuat kesunyian menyelimuti pertemuan mereka.
"Aku punya satu pertanyaan lagi, tapi kamu harus jawab jujur!" Dito kembali berucap.
"Apa?"
"Kamu suka nggak sama aku?" keduanya saling menatap, mencari kejujuran di manik mata itu.
"Aku suka. Kamu baik Dit, kamu peduli. Aku suka gaya kamu yang nyebelinnya minta ampun. Aku suka saat kamu ngejar-ngejar aku dan aku suka saat kamu manggil aku 'Fel'. Kamu itu kayak daun yang nggak membenci angin Dit." Felin kembali menatap lurus ke depan. "Kamu bikin aku bertahan sampe sekarang, Dit."
Dito menatap Felin dengan dahi berkerut. "Kenapa gitu? Bukannya kamu sukanya sama kakak kelas itu?"
Felin menoleh menatap Dito dan menggeleng. "Kak Tama? Aku baru kenal sama dia. Aku nggak punya perasaan apa-apa, biasa aja."
"Kamu mencintaiku Fel?"
Felin menatap Dito cepat. "Aku--aku nggak tahu Dit! jangan paksa aku buat jawab itu!" dia menundukkan kepalanya.
"Nggak kamu jawab pun aku tahu jawabannya." senyum Dito merekah. Felin mengangkat kepalanya dan mengerucutkan bibirnya.
"Apa?! Aku nggak suka sama kamu! Aku nggak c--cinta sama kamu!"
Dito terkekeh. "Iya aku tahu."
Keduanya kembali terdiam, membisu, berputar pada pikirannya masing-masing.
"Berhenti mencintaiku Dit," lirih Felin.
Dito segera menatap wajah Felin yang sedikit menunduk.
"Lupakan aku Dit! Kamu berhak dapet perempuan yang lebih baik dariku. Aku pengen kamu bahagia tapi bukan sama aku. Aku--"
"Aku nggak akan berhenti Fel! Kamu satu-satunya perempuan yang baik bahkan sangat! Kamu kebahagiaanku Fel!" Dito memotong ucapan Felin cepat.
"Enggak Dit! Harusnya kamu nggak suka sama aku! Harusnya kamu nggak biarin hatimu mencintaiku! Kamu udah baik banget sama aku Dit, tapi aku nggak bisa bales kebaikanmu." Felin menatap Dito lembut, amat lembut.
"Kanapa?" ada jeda di ucapan Dito. "Kenapa aku nggak boleh suka bahkan mencintaimu?! Kenapa kamu nggak bisa nerimaku Fel?!" Dito menatapnya lekat-lekat. "Kenapa susah banget buatmu bilang 'I Love You' ke aku Fel? Apa yang bikin kamu mengalahkan segala egomu?!"
Felin terdiam sesaat, mencerna kata-kata Dito.
"Masih banyak yang lebih indah selain kata 'I Love You' dariku Dit. Masih banyak hal yang lebih indah selain dapetin hatiku Dit. Kamu masih punya waktu yang panjang, jangan sia-siain waktumu buat nunggu dan ngejar aku Dit. Kalo kamu tanya 'kenapa' aku bakalan kasih tahu ke kamu. Tapi nggak sekarang, biarkan waktu yang membuktikannya," dia mengelus tangan Dito lembut.
"Kamu mau janji buat aku?" Dito mengangguk. "Kamu harus berjanji pada dirimu sendiri, kamu harus bahagia dan tersenyum entah ada aku atau enggak. Kamu harus nyari kebahagiaanmu sama orang lain! Bukan aku kebahagiaanmu Dit, kamu harus inget baik-baik! Janji?" Felin mengangkat tangan kanannya, mengacungkan jari kelingkingnya. Dito dengan raut wajah yang ragu akhirnya menautkan jari kelingkingnya seraya tersenyum manis sekali.
"Janji!"
Felin tersenyum dan keduanya melepaskan tautan jari kelingking mereka.
"Aku menghargai pengorbananmu Dit. Seandainya waktuku masih panjang, aku pengen ngabisin waktu sama kamu, tapi-kita nggak tahu kan waktu yang kita punya?" Felin menatap Dito penuh arti.
"Kenapa kamu ngomong gitu?"
"Pengen aja."
"Kamu harus inget baik-baik Fel!" Dito mendekatkan wajahnya ke telinga Felin. "Aku mencintaimu Agitha Felin Isella!"
Seketika Felin menegang, dia merinding mendengar bisikkan Dito. Kemudian dia menatap Dito yang sudah menatapnya.
"Dan aku bilangin lagi! Berhenti mencintaiku Atara Junior Dito," bisiknya tepat di telinga kanan Dito.
Aku juga mencintaimu Atara Junior Dito!
"FELIN!" keduanya menoleh ketika seseorang memanggil nama Felin.
"Kak Tama?"
"Egh, maaf aku ganggu." Tama melirik Dito sekilas yang sedang mendengus kesal.
Perlahan tangan kanan Felin menyelinap mengelus tangan kanan Dito. Dito melirik tangannya yang sedang diusap lembut oleh Felin.
Kamu beda Fel, tapi bedanya kamu bikin aku takut.
"Enggak, kita cuma lagi ngobrol biasa aja. Ada apa Kak?" tanya Felin.
"Kamu baik-baik aja kan? Egh, maaf yang malam itu--"
"Egh, harusnya aku yang minta maaf Kak."
●●●
Nggak tahu kenapa aku bilang itu ke kamu Dit. Aku sebenarnya capek lari-larian dari kamu Dit. Aku capek kalo harus bersikap normal.
Aku nggak tahu sampe kapan ini berakhir tapi yang jelas nggak lama lagi.
Dito, kamu bisa nggak sih lupain aku? Aku nggak mau kamu sedih dan kecewa karena aku. Aku tuh nggak pantes kamu perjuangin Dit.
Ku mohon Dit, jangan bikin aku malah susah ngelepas dan ninggalin kamu.
●●●
Makasih yang udah baca😊
Makasih buat suaranya😀
Makasih komen, saran dan masukannya😁
Btw, ini ceritanya dah mao kelar😂
Udah sih gitu aja😅😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Berhenti Mencintaiku! [END]
KurzgeschichtenAtara Junior Dito, satu-satunya cowok yang dengan santainya berbicara pada gadis berdarah dingin. Bahkan hanya dia yang berani membangunkan singa galak. Namun berkat gadis kutub es itu dia mendaftarkan diri ke Organisasi Seni dan Sastra. Agitha Feli...