Ucapan Dito serius! Cowok itu benar-benar mendaftarkan diri ke Setra. Ugh, membuat Felin kesal.
"Dito ikut beneran?" tanya May. Felin hanya mengangkat bahu. "Punya bakat apa tuh anak?" lanjutnya.
"Bakat terpendam. Jangan ngeremehin orang dong, gini-gini aku pinter bersyair," ucap Dito mengagetkan keduanya.
"Gini nih... ehem... ehem... Felin... aku mencintaimu--"
"Eitss, udah udah! Sana pergi!" usir May.
"Dit, ayok buruan!" teriak Alvin, teman sekelasnya.
"Ikut juga Vin?" tanya May heran.
"Nih anak yang maksa," ralat Alvin menunjuk-nunjuk Dito, sedangkan Dito mengisyaratkan untuk diam.
"Kalo niat mau ikut, nggak usah maksa yang laen ikut dong," ucap Felin dan berlalu.
"Ah! Elu Vin!!" Dito menjitak Alvin dan mendapat balasan dari Alvin lebih keras.
●●●
Seleksi keanggotaanpun dimulai. Kegiatan hari ini adalah interview dan saat gilirannya Dito, Felin malah mengerucutkan bibirnya, malas.
"Kenapa kamu daftar ke Setra?" tanya Aan sebagai senior.
"Pengen aja," jawab Dito sekenanya.
"Itu bukan jawaban!" gertak Aan. Dito melirik Felin yang sibuk dengan kertas ditangannya. "Emang kamu punya bakat apa?"
"Banyak! Semuanya aku bisa--"
"Bersyair!" perintah Aan. Dito tersenyum dan bangkit dari duduknya, melirik Felin yang belum menanggapinya.
"Ehem... aku akan bersyair untuk orang yang aku sayang. Felin--" baru saja Dito memulai, Felin langsung mengangkat kepalanya karena mendengar namanya disebut, memusatkan pandangannya pada Dito yang sedang menatapnya.
"Felin... aku mencintaimu--aku akan selalu berada di dekatmu--maukah kamu menjadi pelengkap hidupku, Felin..." Felin menganga mendengar ucapan Dito. Kemudian Dito kembali duduk dan melirik Felin sekilas.
"Aku tadi nyuruh apa?!" tanya Aan.
"Bersyair kan?" Dito balik bertanya.
"Trus kamu tadi ngapain! Aku suruhnya bersyair bukan nembak cewek! Kamu niat nggak sih!" Aan menggebrak meja. Semua yang ada di ruangan tersebut menegang bahkan Felin sudah menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tapi yang tadi itu juga bisa dibilang syair!" Dito tak kalah dengan teriakan Aan. Siapa dia? Toh mereka masih satu angkatan, sama-sama kelas 11.
"Heh! Jangan nyolot gitu dong. Biasa aja! Udah sekarang kamu mundur!" Sam menengahi.
Seleksi akhirnya selesai. Felin berpamitan dengan teman-temannya dan berjalan menuju parkiran namun tiba-tiba...
"Felin!!" teriakan itu?
Ugh, apalagi sih!
Felin tetap cuek dan berjalan secepat kilat. Dito, orang yang memanggilnya sudah berada di sampingnya.
"Mau pulang?" Felin hanya berdehem. "Mau aku anter?"
"Aku bawa motor Dit." Felin bersuara.
"Ya udah aku nebeng deh." Felin menghentikan langkahnya, manatap Dito.
"Kamu kan juga bawa motor! Berhenti buat drama lagi! Cukup buat hal konyolmu tadi pagi! Aku capek!" Felin melangkah lagi.
"Tapi aku nggak drama. Aku lagi nggak bersandiwara! Ini realita! Aku bener-bener suka sama kamu Fel! Aku cinta! Aku nggak akan capek buat dapetin kamu!" Dito kembali berteriak namun Felin tetap melangkahkan kakinya.
Selalu begitu. Hampir setiap hari Dito menyatakan perasaannya pada Felin tapi yang didapat gadis itu enggan menanggapinya, terkesan cuek dan dingin. Tapi Dito tak masalah dengan sikap Felin. Cukup gadis es itu menanggapi ucapannya sudah membuatnya kembali tersenyum.
Felin, gadis itu sudah membuat Dito tergila-gila. Bahkan sejak pertama bertemu dengannya ketika MOS, satu setengah tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berhenti Mencintaiku! [END]
Cerita PendekAtara Junior Dito, satu-satunya cowok yang dengan santainya berbicara pada gadis berdarah dingin. Bahkan hanya dia yang berani membangunkan singa galak. Namun berkat gadis kutub es itu dia mendaftarkan diri ke Organisasi Seni dan Sastra. Agitha Feli...