Awal pengkhianatan

86 9 14
                                    

You're on The phone, with your girlfriend she's upset...

Suara nada dering yang keluar dari iphone6 berbunyi. Oline menekan tombol di handphone dan menaruhnya di telinga.
"Hallo"
"Sorry banget ya, kayaknya gue gak bisa dateng deh"
"Lo kok gak bilang dari tadi sih"
"Gak tahu kenapa perut gue mules banget nih, sumpah!

"Hallo""Sorry banget ya, kayaknya gue gak bisa dateng deh""Lo kok gak bilang dari tadi sih""Gak tahu kenapa perut gue mules banget nih, sumpah!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah lo pulang aja besok ganti nya gue traktir Starbucks deh"

Tanpa berpikir panjang Oline mematikan sambungan teleponnya. Sudah sekitar satu jam ia menunggu, namun Freya malah membatalkan janjinya. Ia menyeruput orange jus yang tinggal separuh karena sudah dari tadi dipesannya. Dengan perasaan kecewa dia melihat sekeliling kafe berharap freya tidak membatalkan janjinya untuk mengerjakan PR matematika bersama. Namun seketika matanya berhenti sekejap di satu titik. Pandangannya fokus mengarah kepada seorang wanita yang memakai baju merah disana. Wanita itu sangat tidak asing baginya. Ia duduk berhadapan dengan seorang lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya. Tidak salah lagi itu adalah Mia, ibu kandung oline. "Mama ngapain disini?", oline bertanya pada dirinya sendiri. Sekujur badannya bergetar dan bibirnya kaku. Segala pikiran negatif tertanam dibenaknya. Tiba tiba saja wanita dan pria itu berdiri dan meninggalkan mejanya. Mereka berdua pergi menuju pintu sambil berpegangan tangan. Sedangkan oline hanya mati kaku di kursinya sambil menyaksikan pemandangan yang sama sekali tidak ingin dilihat seumur hidupnya.

Layar laptop sedari tadi menyala, oline hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Apa yang dilihatnya di kafe siang tadi sama sekali belum bisa dilupakannya. Orang yang paling dia percaya selama ini ternyata telah mengkhianatinya. Bukan dia saja yang dikhianati, bahkan ibunya juga telah mengkhianati ayahnya.
   Terdengar suara ketukan pintu.
"Siapa?"
"Gue"
"Masuk aja"
"Lo ngapain?", tiffany duduk di sebelah oline sambil melihat laptop yang dibiarkan menyala. Ya, tiffany adalah saudara kembar oline. Tiffany lahir 5menit setelah oline. Memang wajah mereka tidak sama, juga watak mereka pun tidak sama. Bahkan sebenarnya tidak ada yang sama satupun. Tapi mereka pernah bersama berada pada satu rahim ibunya. Tiffany alvord yang cenderung periang, terbuka, pintar, dan lemah lembut membuat kebanyakan orang lebih menyukainya ketimbang oline. Di samping itu, Caroline alvord yang cuek dan lebih menyukai hal hal unik, juga misterius. "Ngapain ke sini?pasti ada maunya ya? Tunggu.... Jangan bilang lo minta gue buat ngebujuk mama biar lo dibolehin keluar sama temen temen lo yang gak jelas itu kan?", kata oline dengan nada sinis.
"Ihh, lo gak usah sok tahu dulu deh. Gue kesini mau ngomong sesuatu".
"Sesuatu apaan?"
"Tentang mama"
"Hah?"
Dua kata itu sukses membuat otak oline beku. Apa mungkin adiknya juga tahu tentang hal itu.
"Gue tadi lihat dia di mall sama orang lain"
"Denger ya, apapun yang terjadi anggep aja semua itu gak nyata".
"Maksud lo apaan?"
"Ya anggep aja semua itu cuman pikiran negatif. Pokoknya lo gak boleh bocorin hal ini ke papa". Oline berusaha meyakinkan adiknya. Dan setelah itu yang ada hanyalah hening. Hanya tetesan air mata yang keluar dari mata mereka. Sekarang ganti suara tangis yang berbicara memecahkan keheningan. Sebenarnya itu memang lebih baik, karena setidaknya setiap tetesan air mata yang jatuh akan meringankan beban perasaan yang ada dalam hati mereka.

FEARLESS QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang