Don't go

20 2 0
                                    

    Tiffany berada tepat di belakang pintu kamar Oline. Ia tidak tahu apakah yang dilakukannya ini benar atau salah. Tiffany memang lebih dekat dengan papanya, berbeda dengan Oline yang dekat dengan mamanya. Jadi wajar saja kalau Tiffany sangat menyayangi papanya dan tidak rela kalau mamanya terus-terusan selingkuh dengan pria lain. Tapi di sisi lain, apa yang telah dilakukannya juga salah. Dia telah memusnahkan sendiri kebahagiaannya. Mungkin tak akan ada lagi suasana dimana ketika dia dan keluarganya berlibur bersama, memasak bersama, bercanda bersama, berpetualang bersama, dan hal indah lainnya. Sekarang yang tinggal hanyalah kenangan.


"Oline!!"
Suara itu terus menerus ada di telinganya. Dengan berat ia berusaha untuk membuka matanya. Dan di depannya ada seorang wanita yang sedang tersenyum memandanginya.

"Mama?"

"Ini udah jam6. Nanti telat loh".

"Hmmm... Kayaknya aku lagi gak enak badan deh ma"

Seketika, mamanya langsung menempelkan telapak tangan di dahinya.

"Hah?kamu gak papa kok. Kenapa sih? Masih mikirin yang kemarin?udah jangan dibuat beban. Nanti papa kamu juga bakal pulang kok. Karna mama yakin dia masih sayang sama kita."

Ucapan mamanya membuat mata Oline berkaca-kaca. Ia lupa bahwa masih ada hal lain yang harus dilakukannya selain memikirkan hal itu.

   Di depan halaman rumah ada Pak Soleh yang siap mengantarkan Oline dan Tiffany ke sekolah.

"Gue naik gojek aja deh"

"Loh non, jangan!nanti saya dimarahi kalau nyonya sampai tahu."

"Aduh Pak Soleh, mangkannya jangan kasih tahu mama".

Tiffany hanya memperhatikan sifat Oline yang sepertinya mulai membenci dirinya. Ia paham bahwa Oline tidak mau semobil dengannya.

"Yaudah Pak, kalau dia emang gak mau kita berangkat aja. Udah telat nih".

Oline berjalan menjauh dari rumah dan mengeluarkan ponselnya. Seperti biasa, ia memasang headset dan memutar lagu Taylor Swift yang berjudul "fearless". Sekejap ia berubah pikiran. Mengapa ia tidak meminta jemput Niko saja. Lalu ia mulai mengetik pesan dan segera mengirimnya.

   Tak lama kemudian Niko pun datang. Oline bersyukur masih mempunyai orang yang mau menjemputnya. Niko melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Sehingga mau tidak mau Oline harus berpegangan. Namun hanya berpegangan pada jaket Niko saja.

"Kok tumben gak diantar sopir ?"

Dar!! Otaknya mulai beku. Tidak mungkin Oline mengatakan mejadian sebenarnya.

"Hmmm, gak papa sih. Cuma... Cuma pingin dijemput kamu aja".

Entah apa yang ada dipikirkannya dia memakai alasan itu. Malu setengah geli untuk mengatakannya. Tapi setidaknya itu lebih baik daripada dia menceritakan kenyataannya.

"Eh Nik berhenti disini aja"

"Emangnya kenapa? Kan belum sampai di sekolah?"

"Tinggal dikit lagi kan. Aku bisa jalan kok".

"Kenapa sih? Malu dilihat anak anak?"

"Gak gitu".

"Okelah".

  Oline segera turun dari motor dan melambaikan tangan kepada Niko. Lalu ia berjalan menuju sekolah yang sudah sangat dekat jaraknya.


"Bokap lo pergi dari rumah????"

Suara freya seakan seperti speaker masjid. Selalu saja ia tidak bisa mengendalikan diri ketika mendengar berita yang tidak diduganya. Beruntung anak di kantin tidak ada yang memedulikan perkataan Freya barusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FEARLESS QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang