1

28 0 0
                                    

1; Itik dan Piranha

Bayangkan aku itik. Dan dia piranha.

Itik yang jinak, piranha yang ganas.

Apa jadinya jika kami bertemu?

Piranha; bergigi tajam, bermuka seram, dan pembunuh darah dingin. Kalau di jadikan sifat manusia, maka dia seperti ini; berlidah tajam,  bermuka tampan, dan penjahat wanita alias playboy.

Itik; hewan ternak, jinak, dan manis. Kalau dijadikan aku; anak baik, bersifat baik, dan berwajah manis.

Oke, bagaimana kisah kami?

Kisah ini bermula disuatu siang yang panas di taman dekat lapangan sebuah sekolah........

©®©®©

Di suatu siang yang panas, aku terpaksa mengikuti kehendak keempat sahabatku untuk mangkal di payung-payung jamur raksasa dari beton yang sengaja di buat untuk duduk di sekitar lapangan. Payung jamur ini ada empat buah berlokasi di empat titik sudut lapangan. Dan jamur tempat aku dan teman-temanku sangat strategis, kata teman-temanku strategis untuk ngecengin cowok-cowok ganteng yang pastinya keringetan waktu main basket. Sedangkan bagiku strategis disini adalah rawan kena bola nyasar.

"Revoooo!!!" aduh siapa sih tuh lebay banget pake teriak-teriak segala?! Karna rasanya aku mengenal suara itu aku menoleh kearah empat sahabatku yang duduk melingkar. Oh ternyata Kathy.

"Revooo!!!" Khaty masih saja berteriak tanpa mempedulikan tatapan bete'ku.

"Apaan sih, Khat? Lebay amat deh!" dia hanya melirikku singkat. Lalu kembali histeris dengan si Revo. Ah! Ngelihat cowok ganteng aja sampai lupa dunia.

"Aduhh.... Revo keringetan kok tambah wah, yah?" iwyuuh... Gak kathy, gak Daisy sama aja centilnya.

Aku menatap malas dua temanku - yang lain - yang sedari tadi diam, Hana dan Revi hanya mengacungkan jari mereka membentuk V. Aku menaikan alisku.

"Sebenarnya... Gue juga pengen teriak 'Revo-Revo', tapi disana ada Daniel." jelas Revi.

"Gue juga, disana ada Divo." Hana ikut-ikutan. Cih, mereka semua sama saja. Aku jadi bingung mengapa aku bisa berteman baik dengan mereka.

"Waaahhh.... Badannya bagus banget!!!!" aku tak tahan.... Apa bagusnya badan berkeringat yang pastinya bau dan lengket, iya sih kotak-kotak. Wait, kotak-kotak? Aduh... Berteman dengan mereka membuat otakku ketularan kotornya.

"Pengen dipeluk aja!" omaygat, aku tak tahan lagi. Semakin lama disini pembicaraan teman-temanku akan lebih iwuhh.. Lagi. Si Revo Prayono itu sepertinya hobi sekali pamer. Udah pamer muka, pamer keahlian main basket, pamer badan pula.... Dasar cowok riya'

"Revo....!!!!" teriakan koor cempreng itu membuatku bertambah sebal. Apa bagusnya sih si Revo Prayono itu? Udah bandel, lidah tajam, playboy lagi. Nilai plusnya mah cuma muka tampan sama jago olahraga aja. Bagaimana aku tahu? Aku pernah sekelas dengan dia, waktu kelas sepuluh. Dan aku langsung tidak menyukainya lantaran mulutnya yang berbisa. Dulu, aku pernah sekelompok sama dia, dan sedikit kesalahanku langsung di hadiahinya omelan sepanjang tali kera. Fix deh aku langsung benci kesumat sama dia. Si piranha.

Kenapa piranha? Piranha adalah hewan yang sangat cocok menggambarkan pribadi cowok satu itu. Piranha itu; bergigi tajam, bermuka seram, dan pembunuh berdarah dingin. Kalau dibawakan ke dia; berlidah tajam, bermuka tampan, dan penjahat wanita alias playboy.

"Revo....!" oke, aku harus pergi. Saat ini yang paling kubutuhkan adalah es cream. Aku berdiri dari dudukku, tapi tangan seseorang menahanku. Aku menoleh dan mendapati Khaty yang kukira sudah lupa dunia menyadari keinginan ku untuk cepat-cepat pergi dan tak akan kembali.

Just Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang