3

15 0 0
                                    

3; Whaaa.... Kyaa...

"Whaaa..... Kyaa.... " Daisy dan Khaty sepertinya baru terkena virus 'Teriak gaje ala orang gila' Mereka sehisteris itu sedetik pasca melihatku turun dari mobil Revo.

Revo sempat bertanya 'Kenapa temanmu? Mereka sehat?' kepadaku saat dia berdiri di sisiku di parkiran tadi. Aku hanya menghedikan bahu dan memutar bola mata, malas melihat antusiasme mereka terhadap makhluk di sebelahku. Meski tahu, aku tidak akan repot-repot menjelaskan sikap kedua sahabatku itu kepada Revo.

Khaty dan Daisy berjalan menghampiriku dan tentu saja piranha ini, tapi sepertinya mereka kurang beruntung. Itu dikarenakan Revo sudah dipanggil duluan sama rekan se-team basketnya. Melihat itu, Khaty dan Daisy kompak mendesah frustasi.

Dan sekarang mereka seperti orang gila yang terus mengagung-agungkan betapa beruntungnya aku bisa semobil dengan 'Cassanova'-nya sekolah. Seharusnya mereka juga mengucapkan itu pada bu Siska, yang beberapa waktu lalu kulihat turun dari mobil Revo.

"Kyaa... Gimana ceritanya lo bisa semobil sama piranha?" Daisy yang memang tidak mengetahui jikalau Revo menginap dirumahku -hanya Khaty yang kuberitahu- , terus bertanya penasaran.

"Dia kemarin nginap." jawabku seadanya yang dihadiahi berondongan pertanyaan dari Daisy dan pada ujungnya dia dan Khaty kembali memuji betapa beruntungnya aku.

Perlu diketahui, aku tak pernah sekalipun merasa beruntung jika berada di dekat piranha. Yang ada setiap di dekat dia itu aku buntung terus. Seperti semalam contohnya.

Ingat saat dia bilang 'menepati janji' semalam? Janji yang dimaksudnya adalah ketika ia berkata akan memastikan kalau aku harus mencuci bajunya tanpa perlu nunggu Anggun jadi duta shampo lain. Ya itu, kemarin setelah mengetuk pintu kamarku dan berkata 'menepati janji', dia menarik ku menuju dapur.

"Wha?" aku mengangkat alisku menatap dia yang mengeluarkan bajunya dan bajuku dari dalam kantong yang tadi ku geletakan di samping mesin cuci.

"Cuciin!" titahnya.

"Apa-,"

"Lo harus cuciin baju basket gue. Karna besok gue harus latihan sebelum tanding lusa," sebenarnya aku tidak merasa perlu mengetahui jadwal hariannya.

"Tapi-,"

"Gue sudah minta maaf tadi," ucapnya santai dengan tangan di saku. Sumpah yah, ini anak sekali lagi motong ucapanku, ku gorok tuh kepalanya!!

"Gue enggak mau," jawabku tegas.

"Bertanggung jawab itu perlu, tahu!''

"Tapi kan lo yang mulai dulu!" bantahku.

"Tidak, kalau lo nggak membalas gue. Mungkin hanya bajum lo saja yang kotor," muka santai watados-nya itu benar-benar bikin aku gemas ingin mencakari setiap inchi-nya.

"Salah lo tertawa dan,... Wajah songong lo tadi benar-benar bikin  kesal, tahu!"

"Bukankah membalas kejahatan dengan kejahatan itu jahat, yah?"

Ada tiga kata jahat dalam satu kalimat yang keluar dari mulut pedasnya. Walau sebenarnya aku ogah sekali mencucikan bajunya, tapi aku tetap melakukannya. Selain karena memang harus bertanggung jawab, tubuhku juga sudah lelah. Juga otakku sudah tak bisa di paksa berdebat lagi dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang