Dean Madaharsa - 1

337 68 52
                                    

Nama siswa : Dean Madaharsa
No. Induk : 16431
Kelas : XI IPA 3

Matematika = 60
Biologi = 45
Kimia = 50
Fisika = 47
Bahasa Inggris = 100
Bahasa Indonesia = 55

"Duh" Aku meringis melihat angka-angka yang tertera di rapor. Biasanya aku tidak seperti ini. Nilaiku dari TK sampai kelas 10 baik-baik saja atau lebih tepatnya selalu sempurna.

Melihat nilaiku yang sekarang ini, sepertinya Papa tidak akan tinggal diam. Di tengah kesibukannya mengurus perusahaan besar itu, mungkin aku akan mengundang perhatiannya.

"Wow! Gila aja kamu, Yan" Fred terkekeh pelan melihat nilai-nilai luar biasaku semester ini.

Tora, temanku yang satu lagi menimbrung. "Keren sekali. Papamu pasti akan menyewa ahli pukul di seluruh Indonesia buat menghajarmu"

Kututup raporku dan segera memasukkannya ke dalam tas. "Ya, setidaknya bahasa inggrisku bagus. Ayo pulang!"

Kami berjalan beriringan di koridor sekolah menuju tempat parkir. Sesekali Fred membuat lelucon dan dihadiahi tawa dari Tora. Sedangkan aku menanggapi mereka seperlunya. Tentu saja aku harus menjaga image ku di depan siswa-siswi lain dengan tidak bertingkah konyol seperti mereka.

Sebagai putra konglomerat calon -ya itu kurasa- pewaris perusahaan FoXS yang sudah diwariskan dari beberapa generasi keluarga Adhi Wijaya. Papaku, Tama Adhi Wijaya sekarang sudah tua. Mungkin beberapa tahun lagi aku harus bersaing dengan kakak laki-lakiku, Rey Adhi Wijaya untuk memperebutkan kepemilikan FoXS.

"Ah! Clarissa, Siang!" Teriak Fred riang seperti seorang gadis yang sukses membuatku berhenti melamun.

Dari arah yang berlawanan terlihat Clarissa, seorang gadis cantik yang sangat kukenal. Bagaimana tidak? Clarissa adalah anak dari pemilik perusahaan juga yang bekerja sama dengan perusahaan FoXS. Dan payahnya Mama selalu mempertemukan kami akhir pekan.

"Siang Fred, Tora..." Clarissa menggantungkan kalimatnya begitu bertatapan denganku. "..siang juga Dean" Lanjutnya yang langsung kuhadiahi dengan satu anggukan.

"Aku dan yang lain pulang dulu. Bye" Setelah Fred mewakili pamit kami bertiga aku buru-buru melenggang dari hadapan Clarissa ke mobilku.

Jujur saja, aku tidak terlalu suka dengan gadis yang hanya menarik bagian wajahnya. Clarissa? Ya dia pintar. Tapi itu tidak cukup menarik buatku. Bagiku Clarissa sangat membosankan sebagai anak konglomerat. Dia terlalu kikuk dan pemalu. Itu bukan karakter yang kusukai. Apalagi...

"Gadis di samping Clarissa tadi siapa?" Tanya Tora saat kami sudah di dalam mobil.

Binggo!

Itu dia. Apalagi gadis yang bersama Clarissa tadi. Seorang gadis berambut panjang seperti hantu yang nampaknya lemah lembut sekali. Itu aku tidak suka. Karena hal-hal yang pakai 'sangat' dan 'sekali' itu tidak baik.

"Nggak tahu. Tapi serem kayak hantu" Jawabku asal karena sekarang otakku sibuk berpikir kemana kah aku akan membawa mobil dan orang-orang di dalamnya ini pergi.

"Tapi lumayan manis!" Sahut Fred sambil memberantakkan isi mobilku. "Eh, ini serius tidak ada makanan?"

Pertanyaan Fred memberikanku ide.
"Oke. Kita ke cafe bagaimana? Untuk merayakan suksesnya semester ini?" Usulku.

"Hah? Sukses? Nilaimu kan gembel. Jadi apa yang dapat kami sebut sukses?" Kata Tora simpati. Yah, lebih tepatnya terdengar mengejek.

"Ya! Lagi pula dengan nilai yang seminim itu, bukankah Papamu beberapa waktu lagi tidak akan tinggal diam?" Sahut Fred.

Aku menoleh Fred dan Tora dengan raut wajah agak sedih. "Kalian benar"

Sejenak aku berpikir. "Tapi tidak apa-apa. Selagi belum ditangkap sama Papa!" Cengirku.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang