4

20 7 15
                                    

"Do.. Do... Muka kok ganteng amat, kasian jantungku ini.. Deg deg-an.. Satu selimut pula, yaampun.. Mimpi banget ini sih, tapi ini nyata. Mimpi jadi nyata? Hah ngawur.."

"Ran..."

"Hah?"

"Basket.. Juara.. Hehe"

"Mengigau ya..? Ku kira dia memanggilku.. Tapi tadi..? Ran? Rani? Namaku dong.. Dia sedang bermimpi, dan aku didalam mimpinya? Haha ga mungkin Rani.. Jangan berharap ketinggian.. Kasian kalo jatuh.. Iya.. Kasian.. Kalo cuma harapan tapi bukan kepastian.. Buat apa.. Haha. Coba peka do.."

"Ran.."

"Hm..mimpi lagi.. Sayang kalo cuma mimpi.. Mau nya kenyataan"

"Ng..Ujan.. masih..?" Tanya Rado setengah terbangun

"HAH!" Teriak Rani dengan sangat keras.

"Hah!? Kenapa? Apaan!?"

"Ng.. Ngga.. Bukan apa apa!"

"Kamu kenapa sih Ran? Tadi ngagetin sekarang kayak orang bingung gajelas"

"Bukan urusanmu."

"Jelas ini urusanku."

"Kenapa ini urusanmu?"

"Apapun yang berhubungan denganmu adalah urusanku juga"

"Kenapa..."

"Apanya?"Tanya Rado bingung.

"Ngga.." Ucap Rani lirih.

Rani segera bangkit mengambil tas dan turun dari rumah pohon. Dia berlari menuju rumah menerpa hujan yang cukup deras.

"RAN! RANII! MAU KEMANAA!?"

"BUKAN URUSANMU!"

Rado pun segera menyusulnya. Berlari diiringi rasa lelah bermain basket dan beratnya berjalan kala hujan.

"Ran!" Ucap Rado sambil menarik tangan Rani.

"Ran!" Ucap Rado sambil menarik tangan Rani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"..."

"Kamu kenapa?"

"Ngga.."

"Ngga? Apanya yang ngga? Jelas jelas kamu terlihat berbeda."

"Apanya yang beda? Bukankah ini Rani yang biasanya?"

"Ngga. Rani yang biasanya ngga kayak gini!"

"Kenapa nada suaramu meninggi begitu.. Jangan bentak aku seperti dirinya. Sejujurnya aku muak"

"Apa? Apa ini berhubungan dengannya?"

"CUKUP!"

"Baiklah. Tapi setidaknya.. ---  gunakan payung ini."

Rado segera memayungi Rani yang sudah basah. Dipakaikannya jaket Rado yang masih kering.

"Apa maksudnya.. Kenapa kamu sebaik ini sama aku.."

"Engga apa apa kan kalo aku baik sama kamu?"

"Aku ga mau nanti salah mengartikan.. Aku takut.."

"Kenapa harus takut? Jalanin aja yang ada, terus usaha. Kamu pasti bisa. Aku tau kamu itu pekerja keras, pantang menyerah. Kamu pasti bisa. Itu hal yang selalu kupikirkan tentangmu."

Rani menangis setelah mendengar ucapan Rado. Entah mengapa kata kata itu begitu menghangatkan hati Rani. Hangat sehangat hangatnya. Rado terlihat panik saat melihat Rani menangis.

"Ran? Kenapa? Kok nangis? Aku salah ngomong ya?"

"... Ngga"

"Ih serius... Dari tadi ngga terus.."

"Aku gapapa"

"Maaf"

Tiba tiba Rado hampir memeluk Rani. Ucapan maaf yang terlontar berkali kali dari mulut Rado. Jantung yang berdegup kencang,
"Apakah ini ... Cinta..?" Gumam Rani

"Apaan?" Tanya Rado kebingungan.

"Ah ngga.. Haha makasih ya" Ucap Rani sambil menjauhkan dirinya dari Rado.

Lalu Rado tetap menahan tangan Rani, dan menarik perlahan hingga Rani benar benar dalam pelukannya. Hujan ini menjadi saksi, Rani menyadari ia menyukai Rado. Perlahan Rado melepaskan pelukannya, dan mencium kepala Rani perlahan.

 Perlahan Rado melepaskan pelukannya, dan mencium kepala Rani perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah? Kamu ngapain?"

"Anggap kenang-kenangan"

"Ih..."

"Haha, ayo pulang. Udah terlanjur basah, kita ujan ujanan aja hahaha"

"... Yaudah"

The Beginning And End Of My BasketballTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang