Chapta 5

83 31 32
                                    

Photos on top 👆👉 Zivanka Arashfi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Photos on top 👆👉 Zivanka Arashfi.
Biasakan vote dulu kay👌
.
.
.
Dikamarnya, Nalea berusaha agar tangisnya tidak pecah. Sebenarnya, dadanya begitu sesak. Memikirkan bahwa lelaki itu datang ketika Ia merasa tenang dengan kesendiriannya. Dia datang ketika Nalea merasa kesendirian bukanlah hal yang tidak wajar. Bagaikan karang yang di hempas ombak dan perlahan terkikis, lelaki itu berhasil kembali meruntuhkan tembok pertahanannya yang begitu tinggi.

Tak mau terlalu lama membuang waktu untuk hal sepele, Nalea mencoba bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mencari air dingin yang setidaknya mampu mengatasi tenggorokkannya yang kering sedari tadi.

Tok! Tok! Tok!

Tiba-tiba suara ketukan pintu menginterupsi Nalea yang hendak minum. Dengan cepat Nalea meletakkan kembali botol minuman tersebut ke dalam kulkas dan berlari menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.

Pintu pun terbuka dan menampakkan seorang lelaki yang sangat tidak asing bagi Nalea.

“K-kak farell??” ucapnya terbata-bata karena terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang. Entah mau dinamakan apa suasana hatinya sekarang, yang jelas Nalea kini tak mampu menahan senyumnya. Ia begitu senang dengan kedatangan Farell ke rumahnya.

"Ehem, tante mala ada?” tanya Farell.

Baru saja Nalea ingin menjawab, Farell kembali bicara, “ada titipan dari mama,” ucapnya datar.

Namun, Nalea tidak memperdulikan nada  bicara Farell yang kurang bersahabat. Yang menjadi fokusnya sekarang, hanyalah bola mata cokelat Farell yang dapat membuat gadis manapun betah berlama-lama memandangnya.

Memikirkan itu, Nalea menggelengkan kepalanya dan menjawab, “mama belum pulang,kak. masuk aja dulu sambil nunggu mama, sini.” Ajak Nalea yang kemudian mengambil bungkusan plastik yang dipegang Farell dan menaruhnya di meja dapur.

Sedangkan Farell masih berdiam diri di depan pintu.

“lho, kok gak masuk,kak?" tanya Nalea kepada Farell yang justru memainkan handphone-nya di depan pintu.

Lantas Farell langsung mengangkat kepalanya dan memasukkan handphone-nya kedalam saku, “eh, aku langsung pulang aja, Nal,” ucap Farell yang langsung membalikkan badannya dan berjalan ke arah mobilnya terpakir.

Nalea yang sempat bergeming beberapa detik ketika sadar bahwa panggilan Farell kepadanya masih belum berubah, lantas tersenyum lega.

Kemudian, Nalea memanggil Farell sehingga membuat lelaki itu memberhentikan langkahnya.

Farel mengangkat alisnya. Nalea pun maju beberapa langkah. Nalea yang ditatap seperti itu, sontak membuatnya merasa sedikit gugup.

“kamu sama kak Kharissa, emm..anu, eh, itu..” ucap Nalea yang ragu-ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

Feelings FadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang