Chapta 2

140 34 19
                                    

Diatas sana langit itu terus meneteskan hujan, entah sudah berapa banyak air hujan yang di teteskannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diatas sana langit itu terus meneteskan hujan, entah sudah berapa banyak air hujan yang di teteskannya.

Disini di bawah lampu kamar remang-remang, laki-laki itu tengah duduk melamun memangku gitar, memikirkan beribu-ribu pertanyaan yang kini mengganggunya. Ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya atau lebih tepatnya siapa yang dilihatnya.

Satu menit kemudian, tangannya mulai bergerak memetik satu per satu senar dan mulai memainkannya. Disaat seperti ini yang bisa membuatnya tenang hanyalah gitar, hujan, dan seharusnya gadis masa kecilnya.

I know that we just met
Maybe this is dumb
But it feels like there was something
From the moment that we touched
'Cause, it's alright, it's alright
I wanna make you mine

The way you're lightin' up the room
Caught the corner of my eye
We can both sneak out the back door
We don't have to say goodbye
'Cause, it's alright, it's alright
To waste time tonight

Maybe I'm just a kid in love
Maybe I'm just a kid in love
Oh, baby
If this is what it's like falling in love
Then I don't ever wanna grow up
Maybe I'm just a kid in love
Maybe I'm just a kid in love
Oh, baby
It'd be cool if it's the two of us
But I don't ever wanna grow up..

Dan perlahan-lahan, Ia mulai tenggelam dalam setiap lirik yang dinyanyikannya dan ditengah lagu, memori itu kembali terekam. Memori yang paling Ia benci semasa hidupnya.

***

"Astaga naal ?! Baju kamu itu kenapa basah semua??" Teriak seorang lelaki dari dalam rumah.

Naal yang baru saja menginjakkan kakinya di depan pintu, langsung memutar bola matanya. "Ya menurut ngana aja lah ya, saya lelah," ucap Nalea dengan nada malas dan berjalan melewati kakak laki-lakinya, menuju kamarnya di lantai dua.

Nalea mempunyai satu kakak laki-laki yang umurnya hanya dua tahun diatasnya. Kakaknya, Zivanka Arashfi, kini duduk di kelas XII di sekolah yang sama dengan Nalea.

"Wah, Nalea sekarang udah gede, ya? Mulutnya makin bisa yaa," sindir kakaknya yang kini telah berdiri di depan kasur adiknya.

"Gimana gak kesel coba? Dari tadi tuh gue nyariin lo kemana-mana, gak taunya pas ketemu kak shila, dia bilang kakak udah balik duluan," oceh Nalea yang sekarang tengah telentang di atas tempat tidur sambil memainkan handphone-nya.

"Beneran ka--" ucapan Zivan terpotong oleh Nalea.

"Gaada mama, kak. sans," orang tua mereka memang tidak memperbolehkan Nalea dan Zivan untuk memanggil satu sama lain dengan sebutan 'lo-gue'. Namun, apabila tidak ada orang tuanya, mereka bisa bebas memanggil dengan sebutan apa saja.

"Ok. Beneran lo ketemu Shila?"

"Hooh,"

"Kok gak bilang gue sih?"

Feelings FadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang