"Apa yang terjadi, Logan?" Emily bertanya sekali lagi dan masih menyita ponsel Logan.
"Aku tidak ingin merusak suasana pernikahan kita, Emily."
"Secara tidak langsung kau sudah merusaknya, Logan! menjaga jarak denganku dan mengabaikanku selama ini, mengapa kau tidak berbagi masalah ini denganku?"
"Emily kita akan menikah dan kita seharusnya bahagia."
"Bagaimana caranya bahagia saat kau mengabaikanku dan kau bahkan tidak membagi masalah ini denganku!?" Emily terlihat kesal dan nada bicaranya mulai meninggi.
"Rose, dia dianiaya oleh pacarnya dan ... saat ini ia malah memilih kabur bersama pacarnya, sudah beberapa kali kami menjemputnya pulang secara paksa. Namun, kali ini ia kabur lagi."
Emily menarik napas panjang dan mengembuskannya, berusaha untuk menenangkan diri.
"Aku akan membantumu untuk menemukannya dan bicara dengannya." Emily menggenggam tangan Logan. Namun, Logan menepisnya.
"Tidak perlu, kita hanya perlu fokus pada pernikahan kita. Kau sudah makan?" tanya Logan dan Emily hanya menggeleng tanpa sepatah kata pun.
"Baiklah, ayo makan siang bersama." Logan menyalakan mobilnya dan menjalankannya.
***
Seminggu Sebelum Pernikahan
Line (Emily)
Bagaimana keadaan Rose?
Apakah dia sudah kembali?
Line (Logan)
Dia baik-baik saja, Rose sudah di rumah.
Emily menarik napas panjang sambil merebahkan kepalanya di tempat tidurnya. Ia merasa tidak ada kemajuan dalam hubungannya bersama Logan, setelah Logan menceritakan semua permasalahannya mengenai Rose saat mereka pulang dari wedding organizer dan makan siang bersama, Logan masih saja mengabaikannya bahkan saat ini terlihat lebih parah.
Rose adalah anak dari tantenya Logan dari pihak ibunya dan saat ini Rose sedang bermasalah dengan kekasihnya. Rose akhirnya berada di rumah Logan setelah beberapa hari kabur bersama pacarnya yang suka melakukan kekerasan. Yeah, Rose memang tinggal bersama Logan dan orang tuanya semenjak kematian orang tua Rose.
Persiapan pernikahan mereka pun sudah 90% selesai. Namun, perasaan Emily selalu gundah akibat sikap Logan yang terlihat tertekan untuk mengadakan pernikahan dan enggan untuk membatalkannya. Kerenggangan hubungan di antara keduanya pun hingga saat ini tidak diketahui oleh keluarga dari masing-masing mempelai.
Line (Logan)
Aku akan menjemputmu untuk mengambil baju pernikahan kita dan menemui tata riasmu.
Aku akan sampai 30 menit lagi.Line (Emily)
Aku akan bersiap-siap, hati-hati.Emily bangkit dari tempat tidur dan mengambil dress selutut yang sudah ia siapkan untuk pergi bersama Logan dan menata rambutnya.
"Ibu, aku akan pergi untuk mengambil pakaian pernikahan." Emily pamit kepada ibunya saat Logan sampai di rumah Emily.
"Kau tidak ingin mampir dulu, Logan?" tanya Mrs. Kenny.
"Saya akan mampir setelah ini, Mrs. Kenny." Logan pamit dan memeluk Mrs. Kenny begitu juga dengan Emily.
***
"Apa kau menyadari jarak yang terjadi di antara kita, semenjak pertengkaran kita mengenai Rose?" tanya Logan tiba-tiba saat mereka berdua sedang dalam perjalanan.
"Yeah, aku menyadarinya." Emily menundukkan wajahnya.
Logan menghembuskan napas panjang, ia merasa bersalah karena telah mengabaikan Emily karena permasalahan yang sedang dialami Rose adik sepupunya.
"Aku ingin memperbaikinya, bisakah kita berkencan setelah ini?"
Emily tidak menjawab tawaran Logan dan hanya menatap kedepan.
"Maafkan aku Emily, seharusnya aku membagi semua masalahku bersama calon isteriku." Logan terlihat sangat menyesal dan menghentikan mobilnya.
Emily menarik napas panjang dan mengembuskannya kemudian mencium Logan dengan lembut. Logan bisa melihat cinta yang sangat dalam di mata Emily dan ia pun membalas ciuman Emily.
"Jangan ada rahasia dalam hubungan kita Logan, kau tahu suami dan isteri harus saling berbagi dan kita akan memecahkan semua permasalahan bersama," ucap Emily.
"Aku tahu." Logan mengangguk.
"Baiklah, kita akan baik-baik saja. Apa masih mau mengambil pakaian?"
Logan hanya tertawa saat ia sempat melupakan tujuan awal mereka untuk mengambil pakaian pernikahan mereka, ia pun menyalakan mobilnya dan melanjutkan perjalanan.
***
"Kau terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin itu," ucap Logan saat sebelumnya sempat melihat Emily mengenakan gaun pengantinnya.
"Kau akan lebih mengagumi kecantikanku di hari pernikahan kita." Emily meminum secangkir kopinya.
Logan tertawa kecil dan menyantap makan siangnya. Logan dan Emily memilih sebuah restoran kecil untuk makan siang bersama dan beristirahat setelah berkeliling menikmati suasana taman. Suatu hal yang sudah lama tidak mereka lakukan setelah Logan melamar Emily.
Logan merasa senang karena bisa melihat senyum kebahagiaan di wajah Emily ditambah lagi dengan pipinya yang selalu terlihat merona saat ia merasa senang.
Ponsel Logan berdering, ia pun segera melihat ke layar ponselnya dan menatap ke arah Emily seakan-akan meminta ijin untuk menerima panggilan itu.
"Pergilah dan jawab panggilan itu." Emily memberikan kesempatan agar Logan menerima panggilan di ponselnya.
"Ini tidak akan lama, sorry Honey."
Logan berdiri dari kursinya mencium kepala Emily dan pergi untuk menerima panggilan teleponnya.
Emily menatap Logan yang berada di luar restoran, ia merasa khawatir karena ekspresi Logan yang terlihat tegang dan panik. Emily ingin sekali menghampiri calon suaminya. Namun, ia mengurungkannya karena Logan menginsyaratkan Emily untuk tetap stay di tempatnya.
Logan masuk ke dalam restoran mimik wajahnya terlihat kalut dan gelisah, ia segera duduk di hadapan Emily dan mengembuskan napas panjang.
"Logan ...."
"Emily, maaf aku harus segera pergi, ada urusan mendadak. Apa kau mau kuantar?" Logan memotong pembicaraan Emily.
"Aku akan pulang sebentar lagi, kau duluan saja dan selesaikan urusanmu dengan baik."
Logan mencium punggung tangan Emily.
"Hubungi aku jika kau sudah sampai di rumah, aku sangat menantikan hari pernikahan kita."
Logan berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan Emily, walaupun ia tahu bahwa dirinya tidak bisa menyembunyikan apa yang ia pikirkan di hadapan Emily.
"Hati-hati, aku akan selalu bersamamu, Sayang. Tuhan memberkatimu."
Emily mencium pipi Logan dan Logan pun segera pergi meninggalkan restoran itu. Emily melihat Logan yang berada di luar restoran kembali menelpon seseorang.
"Aku akan segera kesana, tetaplah di sana." Logan menutup teleponnya dan segera masuk ke dalam mobil lalu menjalankannya dengan kecepatan tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [END]
Short Story*Based on True Story dg nama yang disamarkan* Disaat seorang pria dan wanita saling mencintai memutuskan untuk hidup bersama dan takdir yang menentukan.