Siang itu Emily terlihat sedang memainkan ponselnya dengan ditemani segelas teh hangat di hadapannya. Setelah satu bulan setelah Logan melamarnya, hari ini ia dan Logan berencana untuk menemui kembali wedding organizer yang akan meng-handle acara pernikahan mereka untuk memastikan sejauh mana persiapan mereka.
Sudah sekitar satu jam Emily menunggu Logan. Namun, hingga saat ini Logan tidak terlihat kedatangannya dan membuat Emily berusaha untuk menghubungi Logan melalui ponselnya.
Line (Emily)
Apa kau jadi menemuiku di kafé biasa?
Jika kau sibuk, aku bisa menemui wedding organizer sendiri.
Aku akan menunggumu 30 menit lagi.
Emily berusaha agar tetap tenang menunggu Logan di kafé tempat biasa mereka bertemu dan juga merupakan tempat pertama kali mereka bertemu. Mengingat kenangan saat pertama mereka berkenalan di tempat ini selalu membuat Emily tersenyum.
Emily menatap ke arah jalan dan cuaca saat ini terlihat mendung. Namun, kemungkinan kecil hujan akan turun. Emily sengaja mengambil tempat di samping jendela besar agar ia mudah melihat Logan saat tiba di kafé tersebut.
"Sorry honey, aku terlambat ada rapat mendadak sehingga aku tidak sempat memberitahumu."
Logan mencium kepala Emily kemudian duduk di hadapannya, napasnya masih tidak beraturan karena terburu-buru. Emily segera memberikan sebotol air mineral yang selalu ia bawa saat berpergian.
"Tidak jadi masalah, karena kau bekerja untuk masa depan kita. Minumlah, kau terlihat sangat berantakan karena terburu-buru," ucap Emily, sambil merapikan rambut Logan yang agak berantakan.
Emily berusaha menyembunyikan kegundahan hatinya karena setelah dua minggu Logan melamarnya, ia merasa perubahan pada diri Logan. Logan seolah-olah mengabaikannya. Namun, masih ingin melanjutkan pernikahan. Setiap kali Emily ingin mendiskusikan mengenai masalah ini Logan selalu saja mengalihkan pembicaraan atau menghilang dari chatroom begitu saja.
"Thanks. Mau pergi sekarang?" tanya Logan, Emily hanya mengangguk dan menyelempangkan tasnya.
***
"Bagaimana dengan dekorasinya?" tanya seorang wanita yang merupakan pemilik dari wedding organizer yang dipilih oleh Emily dan Logan.
"Hmmm ... aku ingin bunga yang asli karena akan menebarkan aroma kesegaran. Bagaimana menurutmu, Sayang?" tanya Emily kepada Logan yang hanya diam saja di sampingnya.
"Honey ...." Emily memanggil Logan sekali lagi karena sepertinya Logan sedang berada dengan pikirannya sendiri.
"Sorry?"
"Bagaimana jika kita menggunakan bunga asli untuk dekorasi pernikahan kita?" tanya Emily dengan sabar.
"Hmm ... ide yang bagus, selain itu kau juga menyukai aroma bunga, 'kan?" Logan tersenyum ke arah Emily dan ia pun membalasnya.
"Baiklah bagaimana dengan dekorasi bunga yang seperti ini, aku pikir ini sangat cocok dengan konsep pernikahan outdoor yang kalian inginkan."
Wanita itu menunjukkan sebuah foto dekorasi pernikahan outdoor yang terlihat sangat cantik dan simple, sesuai dengan keinginan mereka berdua.
"So pretty, i like it. What do you think?" Emily memperlihat foto yang ditunjukkan oleh wanita itu kepada Logan.
"Bagus dan kau terlihat sangat menyukainya, selain itu juga warna ini adalah tipe warna kesukaan kamu, sangat lembut."
"Baiklah kami memilih dekorasi yang seperti ini," ucap Emily kepada wanita wedding organizer sambil mengembalikan foto itu.
"Well, semuanya sudah lengkap, kapan kalian akan melangsungkan pernikahannya?" tanya wanita itu.
"Tanggal 20 ini," jawab Logan, Emily merasa senang karena kali ini Logan menyimak percakapan mereka mengenai tema pernikahan yang akan mereka gunakan.
"Baiklah, waktu yang lebih dari cukup untuk mempersiapkan semua dekorasi, bersiaplah untuk mendapatan pernikahan impian kalian, Sayang," ucap wanita itu sambil menjabat tangan sepasang kekasih itu dan mencium pipi mereka.
"Terima kasih. Kalau begitu kami pergi dulu," pamit Logan Emily meninggalkan tempat wedding organizer.
Emily dan Logan masuk ke dalam mobil. Namun, Logan terlihat sibuk dengan ponselnya sehingga membuat Emily harus menunggu Logan beberapa saat.
"Ada apa?" tanya Emily saat Logan selesai dengan ponselnya.
"Hanya urusan kantor, kapan kita akan melakukan fitting baju pernikahan?" tanya Logan.
Emily menatap ekspresi wajah Logan dan ia mengetahui bahwa Logan sedang memikirkan sesuatu.
"Desainer baju kita bilang besok kita bisa menemuinya," jawab Emily yang hanya dibalas Logan dengan anggukan.
"Sebenarnya ada apa Logan? Kau tahu bahwa kita akan menikah, kau bisa berbagi masalahmu denganku dan kita akan pecahkan masalahmu bersama-sama."
Emily telah merasakan perubahan sikap Logan sejak dua minggu setelah Logan melamarnya. Namun, selama ini Emily hanya memendamnya sendiri, hal ini karena Logan seolah-olah tidak ingin membahasnya.
Logan menyandarkan kepalanya dan memijat keningnya kemudian menatap Emily. Emily menyadari ekspresi Logan yang menegang.
"Emily aku tidak ingin merusak pernikahan kita dan urusan kantorku benar-benar membuatku pusing," jawab Logan.
"Jika itu masalahnya kita bisa menunda pernikahan kita."
"Tidak, aku tidak akan menundanya."
Suara ponsel Logan berbunyi kembali dan dengan cekatan Emily mengambil ponsel Logan dan segera membuka pesan yang tertera di ponsel Logan.
"Apa yang terjadi, Logan?" Emily menatap Logan setelah membaca pesan di layar ponsel Logan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [END]
Storie brevi*Based on True Story dg nama yang disamarkan* Disaat seorang pria dan wanita saling mencintai memutuskan untuk hidup bersama dan takdir yang menentukan.