Langkah kaki itu kembali lagi. Kembali menyusuri tempat dimana seharusnya tidak ia datangi. Tapi seperti sebelum-sebelumnya, meski logika memintanya untuk tidak lagi datang ke tempat itu, tapi hatinya akan selalu menuntunnya untuk datang lagi dan lagi. Ariana sudah tahu konsekuensi seperti apa yang akan ia dapatkan saat ia kembali lagi datang ke tempat tersebut. Tapi gadis itu tidak pernah perduli dengan apa yang nanti akan ia rasakan. Ariana hanya ingin memenuhi permintaan hati kecilnya. Memenuhi rasa rindunya yang teramat besar. Meski kerinduan itu nyatanya hanya akan membawa Ariana pada perasaan sakit.
Kota kecil yang nyaman, tempat ia lahir dan tumbuh menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya. Siang itu Ariana berjalan kaki menyusuri tentramnya kota Purbalingga yang sangat ia rindukan. Ia kini tengah berjalan menyusuri jalanan yang sekitar dua belas tahun lalu selalu disusurinya setiap hari. Jalanan yang akan membawanya pada sekolahnya, tempat dimana semua kenangan indah itu tercipta. Kenangan indahnya bersama dengan para sahabat, guru-guru, dan juga seseorang yang sangat Ariana rindukan. Langkah kaki Ariana terhenti pada sebuah gerbang besi tinggi bercat biru terang. Sejak dua belas tahun lalu cat sekolahnya tidak pernah berubah. Ariana tersenyum cerah mengenang kembali saat-saat pertama kali kakinya melangkah masuk melewati gerbang yang saat ini terkunci. Saat itu ia adalah seorang gadis remaja yang mengenakan seragam putih abu-abu yang masih sangat polos dan begitu bahagia saat menyadari jika dirinya sudah menjadi seorang siswi SMA.
Ariana masih tertegun memandang sekolahnya yang menyimpan jutaan kenangan itu dari luar gerbang. Tanpa terasa air matanya spontan terjatuh membasahi ke dua pipinya. Ariana segera menyapu tetesan air mata itu dan segaris senyum kembali tersungging di wajahnya. Bukan senyuman kebahagiaan seperti saat ia mengenang masa-masa sekolahnya tadi. Tapi senyuman getir karena tiba-tiba hatinya kembali dilanda perasaan rindu. Sebuah perasaan rindu yang selama bertahun-tahun selalu menyiksanya. Perasaan rindunya akan seseorang yang telah menjadi kepingan kenangan yang tak akan pernah bisa dihapus dari memori ingatan Ariana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You Like Crazy
ChickLitAriana hanya ingin menunggu sebentar lagi. Menunggu seseorang yang selama 12 tahun telah menempati tempat khusus dalam hatinya. Tidak ada satu orang pun yang dapat menggoyahkan hati Ariana, sampai Ariana mulai menyadari. Harus sampai kapankah ia te...