Kita baru pertama kali bertemu, dan kau sudah membuatku terluka.
Maaf ya?, tadi nggak sengaja.. Suerr deh." Cowok itu menampakkan wajah melasnya.
"Iya.. Santai aja, lagian Ini cuma luka kecil kok" aku memegang batang hidungku yang masih terasa sakit karena bola basket yang dilemparnya tadi tepat mengenai wajahku. Aku kaget melihat cowok itu menempelkan kompres itu ke batang hidungku.
"Makasih" aku tersenyum tipis.
"Ehh.. Kok Aku jarang liat kamu?" Cowok itu menatapku lekat-lekat.
"Ehh.. Em... Iya aku anak baru" aku tersenyum.
"Kenalin, aku Bagas Ardiansyah, anak MIPA 1" cowok itu mengulurkan tanganya.
"A-aku Risaputri Wahyu Bratayudha, IPS 3" aku mengulurkan tanganku, kemudian kita saling berjabat tangan.
Kringgg..
"Eh udah bel istirahat tuh.. Lo gak ke kantin" tanyaku sambil melepaskan tanganku yang sejak tadi digenggam erat oleh Bagas
"Enggak.. Gue disini aja sampe lo sembuh" cowok itu masih sibuk dengan luka memar di hidungku yang mancung ini.. Eakk.. Eakk..
"Kamu kenapa senyum-senyum gitu?" Bagas mengerutkan keningnya.
"Ehh.. Em nggak kok" Aku jadi salah tingkah dan tubuhku berkeringat.
***
Mata itu..
Senyuman itu..
Aku pengen ketemu dia lagi.."Woyy.. " Mutia membuyarkan lamunanku.
"Hehh.." Aku tersentak kaget dan kelabakan.
"Tuh ditanya bu Emi" Aku bingung dan menatap bu Emi tengah melihatku dengan mata ganasnya.
"Ehh.. Iya bu.. Maaf" Tanpa harus mendengar apa yang dikatan bu Emi aku sudah bisa menebaknya. Aku nyengir sambil menundukkan kepalaku. Bu Emi hanya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan materi.
"Ehh.. Lo tadi kemana jam pertama sama kedua nggak ada?" Mutia bebisik karena takut jika ketahuan bu Ema.
"Lo nggak liat nihh hidung gue.." aku menjawab sangat pelan sambil menujuk ke arah hidungku yang memar.
"Kenapa tuh?kok sampe merah gitu?" Mutia memperhatikan lukaku dengan seksama.
"Liat nihh..Kena bola basketnya Bagas, gara-gara lo tinggal tadi nih. Temen sendiri ditinggal. Waras gak sih lo?" Aku melotot ke arah Mutia.
"Apa Bagas Ardiansyah anak MIPA 1?iya?" Mutia balik bertanya.
Aku baru mendekatkan mulutku ke telinga Mutia. Tiba-tiba, Plakk.. Aku tersentak kaget saat penggaris sepanjang 100 cm mendarat di mejaku dengan sangat keras.
"Risa kamu keluar sekarang! Ngganggu konsentrasi orang aja" bu Ema menatapku dengan mata merahnya kayak Orang kesurupan.
Yaelahh kalo nyuruh keluar ya nggak usah melototin gue kek gitu keless.. Matanya tuh mau lepas, iblis kalik ni orang. Dalam hatiku aku menggerutu sambil berjalan keluar kelas.
Aku berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah. Terlihat 4 orang laki-laki tengah merokok dan melipat salah satu kakinya. Aku berbalik arah tak berani mendekati Mereka.
***
Tokk..tokk..tokk..
"Non Risa, temen non udah dateng" Terdengar suara Bik Nah dari balik pintu."Iya bik suruh masuk aja" aku masih bermalas-malasan dikursi santaiku.
"Risaaaaaa..." Mutia dan Shinta berteriak tepat di dekat telingaku.
"Aw, Kebiasaan dehh.. Pulang sana!" aku mendengus kesal. Mereka hampir merusak gendang telingaku.
"Hehe. Mangap neng" Mutia mencubit pipiku tanpa merasa bersalah sedangkan Shinta tengah sibuk dengan hpnya.
"Gue punya berita bagus pluss berita buruk buat lo. Mau pilih mana neng?" Mutia menggodaku sambil menyenggol pundakku.
"Pilih semua, berita bagus dulu berita jeleknya terakhir" aku menjawab dengan santai sambil memakan cemilan di depanku.
"Berita bagusnya kelas kita jadi kelas teladan, berita buruknya osis nggak jadi tampil,iyakan Shin" Mutia menoleh ke arah Shinta yang masih sibuk dengan hp-nya.
Huffff..Aku menghela nafas mendengar kabar dari Mutia
"Terus muka gue harus gimana" Aku pasang muka datar.
"Serah lo" Shinta menjawab sewot.
"Haus nihh.. Lo nggak nawarin minum kek.. Apa gitu" Mutia memegang lehernya.
"Ambil aja ndiri, biasanya juga gitu" aku menghidupkan TV dan mengganti chanelnya.
"Main yukk" Sinta yang sejak tadi diam kini angkat bicara.
"Males" Mutia dan aku menjawab kompak.
"Gue tadi ketemu bagas" aku menampakkan wajah serius
"Serius lo" Shinta dan Mutia melotot kearahku.
"ye, nggak usah melotot kek gitu. Lo tadi kan udah gue kasih tau" aku memukul pelan kepala Mutia dengan remote yang sedang aku pegang.
"Serius nggak sih?" Shinta masih penasaran.
"Iya" aku kembali memfokuskan mataku pada TV.
"Terus" Shinta makin mendekatkan tubuhnya.
"Nyosor" aku makin menjauhkan tubuhku.
"Beneran nggak sih"Shinta masih penasaran dan kembali duduk pada posisi sebelumnya.
"Iya" aku menjawab santai dan masih memfokuskan mataku pada TV.
"Dimana?" Sinta makin menunjukkan wajah penasaranya.
"Di jonggol" aku menatap Shinta lekat-lekat dan memperlihatkan Senyum manisku.. Eakk..
"Ihh.. Pulang aja Mut" Shinta berdiri dan menarik tangan Mutia yang baru saja akan membuka toples cemilan yang baru diantar bik Nah.
"Ehhh... Jangan sini deh gue ceritain" aku menepuk-nepuk kursi santaiku sambil menatap Shinta.
"Bener ya" Shinta mengepalkan tanganya di depan wajahku.
"Bener"aku menyingkirkan tangan Shinta. Aku menceritakan semua kejadian tadi siang pada Shinta dan Mutia.
Itulah kami, kami memiliki kebiasaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan pertengkaran kecil diantara kami. Karena perbedaan itulah kami saling melengkapi.
Thanks udah mau ngikutin ceritaku.
Maapp...👉: Vomment👌😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Vs Love
RomanceKarena sahabat dan cinta itu saling bertautan. Keduanya menempati posisi yang sama dihati Risa. Lalu apa yang akan Risa lalukan bila sahabatnya sendiri menyukai pria yang selama ini ia cinta?sedangkan sahabatnya itu mengidap penyakit kronis.