Di sebuah taman yang terletak di tengah kota, dikelilingi oleh pohon-pohon besar, dua remaja baru saja memasuki SMA. Mereka berdiri di sana dengan ekspresi sedih dan kesal yang terpancar dari wajah mereka.
"Aku tak pernah menyadari betapa menyakitkan menjadi perempuan, apakah kau tidak menyadari bahwa kau hanya memikirkan kepentinganmu sendiri?" Aqzir, pacar Alsya, berbicara dengan nada marah.
"Kau tahu aku adalah pacarmu, mengapa kau masih terus bermain di belakangku dengan Septi?" Ucap Aqzir dengan nada kecewa.
Aqzir dan Alsya telah menjalin hubungan selama satu tahun, namun Aqzir, yang bersekolah di tempat yang berbeda dengan Alsya, mengetahui bahwa Alsya berselingkuh dengan teman sekelasnya, Septi.
"Maafkan aku, Zir..." Alsya menangis, tak tahu lagi harus berkata apa.
"Kau sendiri yang menyuruhku untuk tidak meninggalkanmu, bukan?" Perkataan Aqzir semakin membuat Alsya menangis dan menundukkan kepalanya dengan malu.
"Maafkan aku, Zir, maafkan aku..." dengan suara yang terisak-isak, Alsya memohon.
Suasana semakin hening dengan tiupan angin yang menggerakkan dedaunan pohon-pohon di sekitar, seolah-olah pohon-pohon itu pun ikut menangis.
"Tapi, Sya, aku tidak ingin ditinggalkan olehmu lagi. Tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," ujar Aqzir dengan penuh penyesalan.
"Sekarang aku memutuskan untuk berpisah denganmu, Sya. Aku tidak bisa lagi menahan sikapmu yang seperti ini," kata Aqzir dengan nada yang mulai pelan, meski di dalam hatinya ia merasa kesal.
Keduanya terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan, sementara isakan tangis Alsya masih terdengar di antara mereka.
"Tapi, Zir, aku tidak ingin ditinggalkan olehmu. Tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," Alsya terus menangis, menunjukkan penyesalannya.
Lalu, Aqzir meraih tangan Alsya dan memeluknya erat, seolah-olah tak ingin melepaskan kehangatan itu begitu saja.
"Hari ini, kita harus berpisah, tapi jangan pernah berpikir bahwa aku tidak lagi mencintaimu, aku hanya ingin melihatmu bahagia dengan pria yang kau inginkan. Aku tidak lagi menjadi pria yang kau inginkan, Sya," ucap Aqzir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hiperbolic Boy
Teen FictionCerita kehidupan seorang lelaki biasa yang dianggap memiliki jati diri yang berlebihan jika dilihat dari sudut pandang lelaki lainnya.