Dua bulan telah berlalu sejak putusnya hubungan Aqzir dan Alsya, namun bayangan Alsya tidak pernah lepas dari pikiran Aqzir. Dia sering bolos sekolah karena kehilangan semangat, karena tidak ada lagi yang menyemangatinya setiap hari seperti Alsya.
Pada suatu siang, Aqzir yang sedang bolos sekolah dan asyik bermain game di tempat tongkrongannya, tiba-tiba teringat akan Alsya.
"Apa yang sedang dilakukan Alsya sekarang? Aku merindukannya," gumam Aqzir dalam hati, mencoba mencari cara untuk menghilangkan rasa rindunya pada Alsya.
Akhirnya, dengan tekad yang kuat, Aqzir memutuskan untuk menghubungi Alsya. Dia mengirim pesan kepada Alsya, menunggu dengan harapan mendapatkan balasan.
Namun, setelah menunggu selama satu jam, Alsya tidak membalas pesannya. Mood Aqzir langsung berubah menjadi galau.
"Mungkin dia sedang belajar. Tapi, kenapa rasanya begitu berat?" pikir Aqzir dalam hati.
"Tapi, aku harus mencoba. Mungkin aku akan pergi ke sekolahnya dan bertemu dengan teman-teman lama," lanjutnya.
Setelah beberapa saat, suara rombongan motor teman-teman lama Aqzir datang. Salah satu temannya, Panji, langsung menyapa Aqzir.
"Kemana saja, Zir? Sudah lama tidak bertemu!" kata Panji.
"Aku masih di sini, Ji. Aku sedang merasa malas akhir-akhir ini. Tapi, apa kamu masih suka melihat Alsya di sekolah?" tanya Aqzir.
Candaan dan obrolan tentang perasaan mereka terhadap sekolah barunya mulai bermunculan, sampai akhirnya Aqzir bertanya tentang kabar Alsya kepada Panji.
Tapi, jawaban dari Panji membuat Aqzir terkejut. Alsya ternyata sedang dekat dengan kakak kelas di sekolahnya.
Tanpa banyak berpikir, Aqzir memutuskan untuk tidak mendatangi Alsya. Dia takut akan mengganggu dan membuatnya semakin sedih.
Sejak saat itu, Aqzir bertekad untuk benar-benar berusaha melupakan Alsya dan mencari pengganti, meskipun ia tahu bahwa itu tidak mudah baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hiperbolic Boy
Teen FictionCerita kehidupan seorang lelaki biasa yang dianggap memiliki jati diri yang berlebihan jika dilihat dari sudut pandang lelaki lainnya.