Chapter 13 : Little Princess Wedding

1.7K 176 1
                                    

       

Sudah sebulan berlalu, tak ada komunikasi lagi yang terjalin antara Dira dan Reno sejak pertemuan terakhir mereka. Reno pun berusaha menyibukkan dirinya dengan membantu persiapan pernikahan Karin. Adik kesayangannya ini jadi lebih manja menjelang hari pernikahannya. Apalagi seminggu terakhir ini, Reno sampai harus tinggal kembali di rumah Tante Joyce karena selama Karin dipingit dia ingin semua orang selalu ada didekatnya termasuk Reno. Maklum, katanya kalau calon pengantin kalau mendekati hari-H memang moodnya suka gak karuan. Emosinya suka labil, seperti Karin ini.

            "Mama! Mas Reno mana sih? Mas Bimo juga mana deh Mba Anggi? Kenapa pada ilang-ilangan sih?" Karin memang suka marah-marahs sendiri kalau sedang gugup seperti ini, apalagi 1 jam menjelang akad nikahnya berlangsung.

            "Cah ayu jangan banyak gerak ya, nanten itu gak boleh misuh-misuh. Pelan-pelan aja bicaranya. Tante tinggal ya, kalau ada apa-apa minta mamamu panggil tante di sebelah." Tante Ros – penata rias pengantin yang Karin pilih baru saja selesai dengan proses rias dan pemakaian kebaya pada Karin.

            "Maklum Mba Ros, Karin memang begitu anaknya. Pengennya ditemenin semua orang." Ujar Tante Joyce yang sudah hafal betul dengan tabiat putri tercintanya. "Makasih loh Mba putriku ki jadi ayu tenan." Tante Joyce mengiringi Tante Ros keluar dari kamar pengantin.

            "Mas Bimomu lagi ambil biskuit sama Satya di mobil Kar, tadi Satya ngambek. Kalo Reno tadi mau nengokin persiapan di bawah, sebentar lagi juga kesini."

Benar saja tak lama kemudian Bimo, Satya, dan Reno masuk bersamaan ke dalam kamar pengantin. Ketiganya sudah siap dengan beskap hijau tua lengkap dengan blangkon dan kerisnya. Satya juga tak mau kalah, ia ikut-ikutan menggunakan blangkon kecil di kepalanya.

            "Duh, cantiknya my little princess. Kalau begini aku sih ngiri banget sama Bagas." celetuk Reno.

            "Cantik sih tapi coba dikurangin manja sama cerewetnya. Untung Bagas sabar banget orangnya."

            "Mas Bimo!"Karin mengeluarkan ekspresi ngambek andalannya, meskipun ia masih sangat kelihatan cantik dengan paes ageng yang sudah menghiasi wajahnya. "Pada darimana sih?"

            "Habis dari bawah Kar, kamu nih kalau lagi panik pasti marah-marah. Yang tenang Kar, semuanya pasti lancar-lancar kok." Karin merentangkan tangannya meminta Bimo memeluknya. Anggi meraih Satya dari tangan Bimo. Meskipun ia denga Bimo sering sekali bertengkar, namun Bimo tetaplah kakak kesayangannya. "Mas Bimo nanti kita harus gentian jagain mama ya. Mama jangan disekap nemenin Mba Anggi sama Satya terus, harus gantian tinggal sama aku juga."

            " Udah jangan mewek, liat tuh mama udah siap-siap mewek juga kalau liat kamu begini. Sini Ma," Bimo pun merengkuh keduanya, Tante Joyce dan juga Karin. "tuh kan, kamu tuh mamanya udah cantik macam Lady Diana gini dibikin nangis."

            "Aaaah ... mamaku sayang jangan sedih. Maaf ya Karin bikin mama sedih. Karin gak maksud gitu."

            "Hilang deh kesayangan mama yang tiap pagi ada aja hebohnya nyari barang yang hilang, rumah pasti bakalan sepi Kar tanpa kamu. Kamu juga jangan sedih ya, mama pasti selalu ada buat kamu kapanpun kamu butuh mama." Karin tak sanggup menahan tumpukan air mata di pelupuk matanya.

            "Karin gak sedih mama, ini semua karena Karin bahagiaaaaa banget. I love you mom. Always and forever." Karin memeluk Tante Joyce sangat erat lalu Tante Joyce menciumi pipi dan kening Karin. Karin akan selalu jadi gadis kecil kesayangan semua orang. Reno menatapi pemandangan didepannya dengan penuh keharuan. Saat-saat seperti ini membuatnya mengingat Ibu. Kesayangannya nomor satu.

            Keharuan ini lantas diinterupsi oleh koordinator acara yang meminta agar Tante Joyce juga Bimo yang akan menjadi wali nikah Karin agar bersiap-siap menerima kedatangan mempelai pria. Hanya Reno yang tersisa untuk menemani Karin dan nantinya membawa Karin ke meja akad nikah. Jika biasanya pengantin wanita diantarkan oleh saudara perempuan ataupun sahabat perempuan, kali ini berbeda. Karin meminta Reno yang mengantarnya.

            "My little princess sudah mau jadi istri orang aja. Gak kerasa banget sih Kar.Mas Reno doain kamu bahagia selalu dengan Bagas ya Kar." Reno tak mau kalah, kali ini gilirannya memeluk adik kecil kesayangannya ini.

            "Mas Reno aku beneran akan bahagia kan? Bagas gak akan ninggalin aku kan Mas Reno?" Kecemasan mendadak menghantui Karin. Sepertinya kepanikan sudah menyerangnya.

            Reno menatap Karin di kedua matanya, "dengerin Mas Reno. Bagas itu sayang banget sama kamu, Mas Reno bisa liat dari matanya waktu dia menatap kamu. Dia lelaki baik yang akan menjaga kamu seumur hidup. Dia yang kamu pilih untuk mendampingi kamu di kala susah maupun senang. Kamu akan jadi wanita paling bahagia bersama Bagas. Mas Reno yakin dia gak akan nyakitin kamu. Rumah tangga mungkin gak selamanya tanpa masalah Kar, tapi yakinlah kalian akan melewati cobaan apapun itu bersama-sama."

            Sekali lagi Karin mengeratkan pelukannya, "makasih ya mas Reno. Aku doakan mas Reno juga akan segera menemukan teman hidup mas Reno. You deserved to be happy mas." dan semoga itu dengan mba Dira.

*_*_

            Dengan tergesa-gesa Dira melangkah menuju ballroom sebuah hotel. Ia yakin dirinya sudah sangat terlambat. Menurut waktu yang tertulis di undangan yang ia pegang, acaranya sudah selesai sejak setengah jam yang lalu. Ia hanya berharap setidaknya ia masih bisa menemui sang pengantin agar perjalanannya tak sia-sia. Kalau tahu akan begini ia tadi tidak akan mengiyakan ajakan meeting dengan kliennya yang mendadak diundur. Seharusnya dia menggantinya di lain hari saja.

            Benar saja ballroom tempat dilaksanakannya resepsi sudah sepi, hanya terlihat beberapa tamu saja yang masih ada disana dan itupun sudah akan beranjak pergi. Untung saja Dira melihat kalau Karin masih berdiri disana menyapa beberapa teman yang sepertinya memang sahabat dekatnya dan terlihat akan segera pamit. Dira buru-buru menghampirinya.

            Melihat Dira datang, Karin tersenyum dan melambaikan tangan. " Mba Dira! ih kemana aja sih. Aku pikir undangan aku gak sampai makanya kamu gak datang. Kangen banget tau mba sama kamu."

            "Ya ampun pengantin cantik banget sumpah. Ih aku iri deh lihatnya. Selamat ya sayang, langgeng-langgeng sampai tua. Suami kamu mana?"

            "Itu lagi makan sama mas Bimo juga, kelaperan dia abis semalaman terima tamu hihi ..." Ujar Karin menunjuk ke arah meja makan yang memang khusus disediakan untuk keluarga. "Ayo aku kenalin sama Bagas sekalian ketemu Mas Bimo sama Mba Anggi juga. Ada Satya juga loh, Mba Dira belum pernah ketemu anaknya mas Bimo kan?" Satya. Dira jadi mengingat Reno, ia pasti ada disini. Tapi dimana? Ia tak tampak terlihat ada di antara para keluarga. Tidak mungkin kan Reno tidak hadir? Karin itu adik kesayangannya.

Dira! Jangan memikirkan Reno lagi. Jangan merusak kebahagiannya.

Selain menemui Bagas, Bimo dan keluarganya, Dira juga menemui Tante Joyce yang memang juga mengenalnya. Sejak dulu keluarga ini memang sangat baik dan ramah termasuk dengan Tante Silvana. Reno pasti merindukan ibunya. Reno lagi, reno lagi.

"Eh iya Mba Dira sudah ketemu Mas Reno? dia disini juga." memang tak ada yang mengetahui kalau Reno sudah bertemu dengan Dira beberapa kali termasuk Karin. Reno merahasiakannya dari semua orang. Reno hanya tidak ingin orang-orang tahu, biarlah ini menjadi masalah pribadinya dengan Dira. Membuat Karin atau tante Joyce tahu hanya akan membuatnya khawatir. "Mas Reno kemana sih Mas Bim?"

"Tadi kayaknya lagi sama temen kamu yang juga temen kantornya itu deh Kar."

"Udah gak usah Kar. Aku juga mau pamit kok, gak enak ganggu acara keluarga pengantin begini."

"Ih apaan sih Mba? Sini dulu ah, ganggu apaan deh. Bentar." Karin membalik tubuhnya berniat mencari Reno yang ternyata sudah berjalan ke arahnya bersama seorang wanita. "Nah itu dia Mas Reno datang. Mas Reno sini!"

Dira menatapi Reno yang berjalan bersisian dengan wanita dengan kebaya hijau, terlihat cantik dan anggun. Dira pikir Reno mungkin sudah menemukan kebahagiannya. Namun ada rasa sesak yang melingkupinya. Rasanya aneh dan sedikit menyakitkan.

_*_*_*

Let's (not) Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang