PROLOG

17 2 1
                                    

Hari ini aku melihatmu cantik sekali. Senyumanmu terpancar lebih menawan dari gaun putih itu. Aku bahagia melihatmu tampak berseri dan penuh sukacita. Hari ini tak ada sedikitpun raut kesedihan terlukis diwajahmu. Kamu tahu? Rasanya seperti melihat bidadari. Aku sok puitis ya? Hahaha, kau tau aku memang selalu berlebihan toh? Kurasa kamu yang paling tahu tentang aku, nona.

Coba lihat dirimu hari ini, berkacalah. Sudah? Sekarang bayangkan kembali dirimu 8 tahun yang lalu. Aku ingat jawabanmu saat ku ledek. Ingat betul percakapan itu.

"Hahaha dasar ya lu, gak ada cewe-cewenya. Udah betis gede, muka garang, berantakan, pitak, kulit belang, remed mulu, tepos lagi!"

Kau hanya tersenyum tipis sambil mencubit lenganku dan menjawab, "Lihat 5-10 tahun lagi. Gak ada yang tau toh ntar kita gimana? Jangan sembarangan lu!"

Dan hari ini menjawab semuanya. Ah, sebenarnya bukan dari hari ini, sudah sejak 2 tahun lalu aku menyadari perkataanmu. Lihatlah, kini kau adalah wanita yang cerdas, cantik, dan menarik. Kepribadianmu yang dari dulu sangat menyenangkan tak pernah hilang. Bahkan, seringkali aku merasa kesal dan cemburu saat ada lelaki yang sekedar ngobrol denganmu, partner kerjamu yang setiap hari bisa bertemu denganmu, lelaki lain yang ada di room chatmu, atau siapapun yang memuji kecantikanmu. Aku takut kau berpaling, walaupun  kusadari kau adalah wanita yang sangat setia dan sangat bertanggung jawab atas apapun termasuk hati.Maafkan ledekkanku saat itu ya. Kau tau aku memang suka meledek dan bercanda toh? Kurasa kamu yang paling tau tentang aku, nona.

Izinkan aku mengajakmu berkelana ke masa lalu (lagi). Hari itu kau menangis dan aku memegang tanganmu. 

"Capek. Harus gimana lagi sih? Gue pengen berubah. Gue benci jadi remaja yang gak berguna, yang gak bisa apa-apa, yang bikin susah doang, yang gak jelas mau kemana jalannya. Gue ca..pek." katamu seraya terisak.

Kurasa kau manusia terbodoh yang pernah ada. Kenapa? karena kau tidak pernah merasa cukup, lebih tepatnya bersyukur atas apa yang kau miliki. Hey, nona begitu banyak prestasi yang kau raih. Dan kembali lagi kepribadianmu yang menarik adalah point plus. Kau sangat dibutuhkan orang-orang sekitarmu. Coba fikir, berapa banyak manusia yang datang padamu saat istirahat, saat pulang sekolah, bahkan saat jam pelajaran untuk curhat dan meminta saran? kau adalah pendengar terbaik yang pernah kutemui. Aku juga ingat kata-katamu saat itu.

"Ketika kita dipercaya untuk mendengarkan suatu masalah yang orang miliki, kita harus menjaganya sebaik mungkin. Kita tau kan kepercayaan itu ibarat kertas? Sekalinya rusak tidak akan kembali seperti awal lagi. Dan ketika orang bercerita, yang mereka butuhkan adalah kita yang mendengar dan menanggapinya dengan baik, bukan menghakimi."

Aku tidak merasa heran kalau semua mempercayaimu untuk bercerita. Kau adalah teman yang baik, sangat baik, terlalu baik, bahkan waktu untuk dirimu sendiri habis untuk mendengarkan dan memberi saran untuk mereka yang membutuhkan. Aku pun sering merasa kesal saat sedang berdua denganmu dan ada temanmu yang seenaknya menarikmu untuk curhat. Hey, aku juga butuh waktu bersamamu, nona yang selalu sibuk!

Satu lagi, sepotong  kenangan kita dimasa lampau. Saat itu rasanya semua keburukan sedang datang menimpaku. Aku ingin menghantam semua benda disekitarku dan menyumpah sepanjang waktu. Kau hanya diam, menatapku dalam-dalam, dan mengelus punggungku. Kau memintaku untuk bercerita, tetapi bukan memaksaku untuk menceritakan. Aku diam dengan mimik wajah lebih jelek dari kingkong yang sedang ngamuk. Kau selalu mencoba membuatku tenang dengan menceritakan lelucon ringan, mengingatkanku bahwa marah itu capek, berbicara tentang masa depan yang menyenangkan, atau apapun itu dengan tujuan agar aku bisa mereda. Tapi apa balasanku? Aku benar-benar sedang lepas kendali dan dengan brengseknya menamparmu. Penyesalanku akan masa itu tidak pernah berakhir, bahkan sampai hari ini. Namun apa yang kau lakukan? Kau tersenyum dan meminta maaf. Kata yang kau ucapkan saat itu terngiang jelas ditelingamu.

"Maafin aku ya, aku cuma mau kamu tenang. Kukira dengan begini kamu bisa lebih mereda. Aku ngerti pasti sedang berat sekali beban fikiranmu, tapi cobalah tetap jernih. Emosimu gak akan berbuah hasil yang baik." kau tersenyum, lalu kembali mengelus punggungku dan memberiku air putih. Ya ampun, kenapa ada orang sebaikmu ya? mungkin aku tidak akan menemukannya lagi didunia. 

Sekali lagi ku lontarkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Aku tidak akan menyebutnya maklum, tapi hari itu aku benar-benar khilaf. Kau begitu hangat dan menenangkan. Dan aku beruntung bisa berada dikondisi sulit bersamamu. Sulit terbayang kalau kita tidak dipertemukan.

Tak terasa ya kita telah melewati banyak hal bersama. Aku dan kau sama-sama belajar, bagaimana kita dapat melewati segala kondisi, merubah keburukan menjadi kebaikan, dan lainnya. Aku sangat beruntung. Tuhan memang sangat baik, seperti yang sering kau katakan padaku.

"Tuhan itu baik, walaupun kita diciptakan berbeda-beda. Indonesia juga punya semboyan tetap satu jua."

Tuhan, aku mencintainya, boleh kan? Terimakasih sudah boleh memilikinya. Ah, dia manis sekali Tuhan, dia sangat cantik hari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sampai Bertemu Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang