"Roy. Tunggu aku!" panggil seorang anak perempuan ke temannya yang bernama Roy. Anak itu terlihat kelelahan karena berlari mengejar temannya.
"Ih, Caca larinya lama! Aku males, ah," balas Roy.
"Roy yang terlalu cepet!" bela Caca-anak perempuan itu-terhadap dirinya sendiri. Mereka pun terus berlari menuju Base Camp mereka.
"Aku menang!" teriak Roy senang saat ia tiba di sebuah pohon. Pohon itu sangat rindang dan besar di tengah hutan kecil di pusat kota, seakan-akan pohon itu merupakan pusat dari hutan kecil tersebut.
"Ih, curang! Kamu kan tadi larinya duluan," sungut Caca sambil memajukan bibirnya. Roy tertawa melihat tingkah Caca.
"Oh iya, Ca," panggil Roy pada Caca yang sekarang sedang berbaring di atas rumput.
"Apa?" balas Caca yang sedang memainkan rambutnya yang dikuncir twin tails itu sembari menatap ke atas pohon. Caca terkagum dengan keindahan pohon itu, padahal itu hanyalah pohon biasa. Tapi entah mengapa, Caca merasa alam itu sungguh indah.
"Kata mama, besok aku mau pindah ke tempat yang jauuh banget, terus aku bakal tinggal di sana," ucap Roy sambil merentangkan tangannya.
"Ikut, mau nginep."
"Enggak bisa, Caca pasti gak bakal bisa ngomong."
"Caca bisa ngomong kok," bela Caca yang tak mau dituduh seperti itu.
"Tapi kalau kita ngomong begini, mereka gak akan ngerti."
"Terus gimana ngomongnya?"
"Like this, Caca is so beautiful," ucap Roy. Pipinya pun perlahan terlihat kemerahan.
"Kamu ngomong apaan Roy? Laik this. Caca is so biutiful?"
"Bukan. Like this, Caca is so beautiful," ulang Roy.
"Susah. Nah terus nanti kita gak bisa ketemu lagi dong? Gak bisa main bareng lagi.."
"Iya," jawab Roy singkat yang membuat air mata menggenangi mata Caca.
"Ah, Caca, jangan nangis. Gimana kalau nanti kalau udah besar kita ketemuan aja," Usul Roy. "Nanti saat umur kita tujuh belas kita ketemuan lagi sini, dibawah pohon ini."
Wajah Caca berubah berseri-seri. "Janji?" sahut Caca sambil mengarahkan jari kelingkingnya ke arah Roy.
"Iya, janji," ucapnya sambil mengaitkan jarinya ke jari Caca. Caca bersorak kegirangan.
Seketika raut wajah Caca berubah menjadi bingung, "Tapi, Roy, kan pohonnya banyak. Bedainnya susah."
"Kalo gitu..." Roy pun melepas salah satu karet kunciran Caca, lalu ia memanjat pohon itu. Ia mengikatkan karetnya disitu.
"Sekarang gak akan ketuker lagi, aku udah kasih tanda."
"Oh, oke deh," jawab Caca. Tapi, Caca masih tidak yakin dengan pernyataan Roy. "Bener, kan, kita bakal ketemu lagi? Janji, kamu gak akan lupa."
"Iya, Caca," jawab Roy gemas. "Janji, aku gak akan lupa."
°●°●°Promise•●•●•
Caca kecil melihat keluar jendela, memandang langit abu yang luas. Matanya berbinar-binar dan pipinya yang menggoda untuk dicubit bersemu merah.
"Aku pengen cepet-cepet besar, biar kita berdua bisa ketemu lagi."
ToBeContinue...
A/n :
Hai gaess!! ini adalah karangan pertamaku!!.. ehh kami deh KWKWK.. cerita ini terinspirasi dari kegalauan hati seseorg .. trus jadi deh cerita..
mungkin cerita selanjutnya lumayan lama publish nya.. mengingat kami ini kelas 9.. banyak tugas, PR, presentasi dan lain lain.. so be patience and wait for our next story gaiss .>-<.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Fiksi RemajaAlexander Royhansens balik ke negara asalnya demi bertemu dan memenuhi janjinya pada Catharinne Voils, teman masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya. Sayangnya Cath tidak lagi mengenali dirinya sebagai Roy melainkan Alex, teman sekelasnya. "Anak ke...