Part 5

639 81 7
                                    

Dan sekarang harus kehilangan sosok kekasih yang telah menjadi pilar saat hatinya berada pada titik terendah karena kepergian Ajhumma. Shi Yoon dulu yang telah dengan setia mendampingi Shinhye saat berada pada titik nadir kesedihannya. Shi Yoon hadir memberi segenap perhatian, cinta dan kasih sayang. Semua hal yang secara emosi Shinhye butuhkan. Sehingga ia bisa berdiri dengan tegar dihadapan ayah dan adiknya.
Yonghwa menjadi tidak sabar ingin cepat besok. Sebaiknya ia segera kembali ke Seoul. Ia harus tahu apa yang terjadi. Segala urusannya di sini menjadi tak berarti, termasuk dengan perjumpaannya bersama Ji Eun.
Tapi Ji Eun pasti mengerti. Ji Eun bukan type cewek yang hanya peduli pada diri sendiri. Hatinya mudah tersentuh dan seputih kapas. Ji Eun adalah sebuah pribadi yang indah.
💐

Yonghwa tiba di rumah Ajhussi sekitar pukul 7 malam. Rupanya Ajhussi sudah ada di rumah. Meski agak heran menerima kedatangan Yonghwa lebih cepat dari yang dikatakannya tempo hari, namun Ajhussi senang dengan kepulangan Yonghwa yang cepat.
"Jadi liburannya bagaimana? Tidak sampai habis." tanya Ajhussi mengomentarinya.
"Deh, Ajhussi. Karena khawatir dengan Shinwu yang mengabarkan lewat telepon."
"Iya, dia memang heboh. Semua orang diberitahu. Mengagetkan saja. Tapi bagus kau pulang cepat, sebab Ajhussi harus kembali ke Inchoen besok hingga lusa. Dan kau bisa menggantikan Ajhussi di rumah."
"Deh, Ajhussi. Aguesmidha!"

Dari jendela di dalam kamarnya ia menatap kegelapan malam membawa ingatannya melayang ke banyak peristiwa di dalam hidupnya. Mengapa Yoon Shi Yoon sampai harus meninggalkan Shinhye? Jika alasannya karena cemburu terhadap dirinya, cowok itu salah besar. Di sebagian hatinya, Yonghwa merasa bersalah. Seharusnya ia tidak memaksa bertahan tetap tinggal di rumah itu, dengan alasan apapun.
Yonghwa menghela napas dalam. Sesungguhnya ia tidak mau terlibat dalam masalah di keluarga ini. Sejujurnya ia tidak mau melihat Shinhye terluka, atau siapa pun di rumah ini. Karena ia mulai menyayangi semua yang ada disini.

Sebaiknya besok ia melihat Shinhye lebih baik kondisinya, bila tidak, ia merasa sangat bersalah. Dan sebaiknya perpisahan antara Shinhye dengan Shi Yoon bukan karena alasan kehadirannya di rumah itu. Bila itupun benar, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Karena tidak ada dalam sejarah hidupnya, ia menjadi penyebab kandasnya hubungan cinta seseorang. Karena ia tahu bagaimana sakitnya bila hal itu terjadi.
💐

Beberapa hari Shinhye mengurung diri di dalam kamar. Yonghwa ingin sekali melihat wajahnya, namun sulit. Sebab dirinya tidak punya akses sedikit pun untuk memasuki kamarnya. Berbeda dengan Hongki, yang walaupun tidak tinggal serumah, tetapi leluasa keluar masuk kamar itu.
Dan sore itu Yonghwa sengaja menunggu Hongki di dalam Jeep-nya yang memang terbuka di halaman rumah. Ia ingin berbicara empat mata mengenai masalah ini.
Hongki keluar dari rumah setelah sekitar 2 jam bertandang ke kamar Shinhye.
"Whe geude? Kenapa kau duduk di dalam mobilku?" tanyanya saat mendapati Yonghwa terduduk di jok di dalam roda empatnya.
"Ne, aku sengaja menunggumu. Aku ingin bicara 4 mata denganmu, Lee Hongki-ssi." tukas Yonghwa balas menatap tajam.
"Denganku? Tentang apa?Apa tentang Shinhye?"
"Ya, ada kaitannya dengan dia."
"Disini atau kau ingin pergi dari sini?"
"Aku akan mengikuti kemanapun kau membawaku."
"Ne, kita pergi saja." Hongki kemudian menaiki kendaraannya, menyalakan mesin dan pelahan meninggalkan halaman rumah Shinhye.
"Kukira kau ini punya rasa malu, Yonghwa-ssi. Rupanya tidak. Kau senang sekarang melihat Shinhye seperti itu?" kicau Hongki membuat Yonghwa berdehem. Berusaha menahan diri untuk tidak terpancing emosinya.
"Shinhye pasti tahu yang sebenarnya terjadi, iyakah aku penyebab kandasnya hubungan dia dengan kekasihnya itu?"
"Kenapa kau tidak introspeksi diri? Kenapa harus bertanya lagi? Kau tahu arti kakakku buat Shinhye?"
"Aku tidak pernah mengenal kekasihnya, aku juga tidak pernah bertemu dia. Mungkin ceritanya akan lain jika aku dengan dia bertemu muka seperti aku denganmu. Jadi menurut logika, bagaimana kekasih Shinhye tahu tentang aku jika tidak ada yang besar mulut menyampaikannya pada dia?"
"Kau... menuduhku maksudmu?" Hongki melirik ke samping kanannya.
"Aku tidak menuduh siapapun. Aku hanya berasumsi. Kekasih Shinhye berada di luar negeri, bagaimana dia akan tahu aku tinggal di rumah Ajhussi bila tidak ada yang menyampaikan hal ini kepada dia?"
"Kau ini... sekarang mencoba cari kambing hitam. Kau tahu kelakuanmu itu persis politisi yang selalu mencari kambing hitam untuk dosa yang telah dia buat."
"Aku tidak mengatakan menuduh seseorang. Bisa saja Shinhye sendiri yang menyampaikan keberadaanku ini pada dia. Tapi satu hal yang harus kau ketahui, Lee Hongki-ssi. Bahwa aku punya kekasih. Aku tidak mungkin mengkhianati kekasihku, karena aku mencintainya. Jadi kalau kalian berfikir aku akan mengganggu hubungan cinta Shinhye, kalian salah besar."
"Daripada banyak omong seperti ini, kenapa kau tidak pergi saja dari rumah Ajhussi? Itu akan menyelesaikan masalah kalian. Bukankah Shinhye juga sudah memintamu pergi dari rumahnya, Yonghwa-ssi?"
"Tepat. Shinhye pernah menyuruhku pergi, tapi Ajhussi yang pemilik rumah itu menahanku. Menurutmu siapa yang harus kuturuti?"
"Kau memang menyebalkan, Orang Udik!" geram Hongki tak dapat menahannya lagi.
"Sebelum aku turun dari mobilmu, Tuan Aneh. Aku pesan padamu untuk tidak menjadi provokator. Kalau kau merasa jadi sahabatnya Shinhye dan sepupu kekasihnya, jangan memancing di air keruh! Kalau kau terus melakukan itu, aku jadi curiga kau punya hati pada Shinhye."
"Hah... menggelikan! Kau tidak tahu seberapa dekat kami. Kau jangan pernah berdalih, kau punya kekasih... kau dipaksa Park Ajhussi untuk tetap tinggal. Jika kau punya malu, cepat angkat kaki dari rumah Ajhussi! Kau ini seorang chaebol, meskipun level daerah, carilah apartemen sendiri! Kenapa harus jadi benalu di rumah orang. Tidak punya malu!"
"Kau tidak perlu khawatir tentang itu, aku pasti pergi dari rumah Ajhussi jika saatnya tiba. Hanya bukan sekarang atau dalam waktu dekat."
"Aku bisa gila jika bicara lama-lama denganmu. Turunlah sekarang!" Hongki menepikan roda empatnya setelah berjalan cukup jauh.
"Baiklah. Terima kasih untuk waktunya, Hongki-ssi! Ingat pesanku!" Yonghwa loncat dari mobil.
"Aku ingin membunuhmu..." teriak Hongki sambil melarikan mobilnya.
"Hati-hati!" teriak Yonghwa, pasti Hongki dapat mendengarnya.
Sambil melangkah pulang Yonghwa memikirkan perbincangannya dengan anak nyentrik itu. Memang Shinhye menginginkannya pergi. Dalih dan alasan apapun tidak akan menyelamatkannya, sebab kenyataannya Shinhye sudah ditinggalkan kekasihnya.
💐

Sejak kejadian itu sikap Shinhye berubah, dalam arti lebih diam dan lebih murung. Hidupnya sekarang seperti tidak memiliki gairah dan semangat. Semuanya ia jalani tak lebih dari sesuatu yang memang seharusnya ia jalani, tanpa rasa begitu hambar. Agaknya kehilangan Shi Yoon telah memukul telak sumbu kehidupan di dalam jiwanya.

Yonghwa tidak bisa untuk tidak memikirkannya. Seharusnya ia bertemu dengan kekasih Shinhye, agar ia bisa menjelaskan semuanya. Tidak adil rasanya, tanpa ia bisa memberikan pembelaan diri, ia dituduh serupa itu. Seenaknya saja!
Di apartemen Kwang Hee, Yonghwa mendapat pesan lagi dari Ji Eun, isinya singkat seperti yang sudah 3 kali dikirimnya.

Oppa, dalam minggu ini aku sangat menunggumu pulang. Penting!

Ketika Yonghwa membalas dengan menelepon, ini yang ia katakan :
"Mianh, aku tidak bisa mengatakannya di telepon, Oppa. Aku ingin kita bertemu muka."
"Masalah apa sih?"
"Mianheyo, kita harus bertemu!"
Yonghwa tidak bisa memaksa, suara Ji Eun terdengar sendu. Pasti hal yang sangat penting. Tidak bisa lagi ia cuwek bebek, melainkan harus secepatnya pulang ke Busan.

Tbc.....

Ballad of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang