Part 13

627 88 7
                                    

Sikapnya pun ramah tidak dibuat-buat. Eommoni yang kemudian banyak mengobrol dengannya, selain karena mereka sesama wanita, Eommoni ingin membuktikan keluhan tentangnya yang selalu disampaikan anaknya. Sementara mengobrol dengan Ny. Jung bagi Shinhye hanya menjalankan fungsinya sebagai nyonya rumah yang tidak dimiliki rumah itu sejak kepergian Eomma. Lagipula mengobrol dengan yang tidak selevel dalam hal usia, terlebih dengan ibunya Yonghwa yang sejatinya dirinya tidak terlalu kenal secara pribadi, membuatnya rikuh. Kharisma yang dipancarkannya membuat Shinhye grogi pada satu sikap perasaan bersalah.
Padahal dia begitu lembut, dia juga tidak pernah menyinggung lebih-lebih menghakimi atas sikap tak ramahnya terhadap Yonghwa.
Bagi Ny. Jung sendiri, mengenai Shinhye yang seperti anjing dan kucing dengan anaknya, bukan satu hal yang harus ditanggapi dengan serius. Justru yang sangat mengusik kalbunya, melihat kehidupan gadis muda ini setelah kepergian ibunya. Dia begitu tegar dan dewasa. Dimata Ny. Jung, Shinhye melakukan tugasnya dengan baik. Jangan mengharapkan yang sempurna sebab pada usianya sekarang ini sejatinya ia masih sangat membutuhkan bimbingan seorang ibu. Tempatnya berkeluh kesah sebagai sesama perempuan. Bahkan anak lelakinya saja masih akan datang kepadanya setiap menghadapi permasalahan. Ia memandang bangga gadis cantik itu yang tidak pernah mengubah senyum manisnya menjadi tawa.
💐

Setalah menyaksikan dari dekat kehidupan gadis itu, Ny. Jung jadi semakin menyayangi Shinhye. Tapi untuk menjodohkannya dengan Yonghwa adalah mustahil. Lihat saja Yonghwa yang sangat tidak menyukainya. Dan berulangkali mengatakan Shinhye bukan gadis dambaannya.
"Jangan membuat anakmu makin kesal padamu, Yeobo! Sudah, jangan usik lagi Yonghwa dengan hal apapun! Mulutnya baru diam untuk tidak mengeluhkan lagi tentang pindah ke apartemen." peringat Eommoni terhadap Abeoji yang tiba-tiba berkeinginan menjodohkan anak-anak itu.
"Aku tidak bilang mereka harus kawin, aku hanya bilang aku suka kalau mereka pacaran. Aku sangat merestuinya!" tukas Abeoji menandaskan.
"Jangan sampai anak Shin Young Oppa mendengar juga keinginanmu itu, Oppa! Yonghwa akan jadi bulan-bulanannya nanti."
"Masa menghadapi Shinhye saja anak nakal itu takut? Padahal dia sangat berani terhadapku."
"Tepatnya bukan takut karena tidak berani, Yonghwa hanya menjaga sikapnya dihadapan Shin Young Oppa."
"Iya, sayangnya mereka malah bermusuhan..." mata Abeoji menerawang jauh.

Apa yang dipikirkan Eommoni memang tepat, mustahil mereka dapat dipersatukan. Hari itu Yonghwa bahkan sudah tidak dapat lagi membendung emosinya. Kelakuan Shinhye sudah melewati batas. Ia baru tiba di rumah, bahkan masih melepas sepatunya ketika dengan tiba-tiba sosok arogan itu berdiri di hadapannya.
"Aku ingin bicara denganmu!" ujarnya tajam.
"Wheo?" Yonghwa mendongak.
"Jangan coba main-main denganku!" raungnya tak ada angin tak ada hujan.
"Maaf, aku tidak paham maksudmu."
"Yak.. kau mulai berani rupanya sekarang! Merasa diri kau itu siapa? Chaebol? Anak bos?" suara Shinhye naik 2 oktav, dan gaya bicaranya menyebalkan sekali. Berkacak pinggang kepadanya.
"Kau ini ada masalah apa sebetulnya? Tak bisa kah kau bicara dengan sedikit sopan?"
"Kau ingin aku bersikap sopan padamu? Memang siapa dirimu? Chaebol? Anak bos?"
"Apa masalahmu dengan chaebol dan anak bos? Kau terganggu dengan itu?"
"Dengar aku, chaebol! Jangan mentang-mentang kau kaya raya kau seenaknya terhadapku. Pasang kedua kupingmu itu lebar-lebar! Untuk kau ketahui, aku tidak sudi dijodohkan denganmu! Walau kau bisa membeliku dengan uangmu. Segera angkat kaki dari rumah ini!" geram Shinhye, sedang Yonghwa mengernyit dahinya.
"Mhoragu? Apa aku tidak salah mendengar? Yak.. pikir dengan otakmu, apa yang akan membuatku setuju dengan ide gila itu kalau memang benar. Kau sedang bermimpi, Park Shinhye-ssi! Tidak pernah terlintas dalam benakku untuk setuju dengan ide sinting itu. Siapa yang akan suka dengan cewek mengerikan sepertimu? Maaf, aku tidak tertarik tu..."
"Kurang ajar!" Plak! satu tamparan sukses mendarat di pipi Yonghwa. "Apa katamu? Mengerikan?" Shinhye hendak melayangkan lagi tamparannya yang kedua, tapi secepat kilat Yonghwa menangkapnya.
"Yak... kau ini sudah gila betulan. Apa yang sudah merasuki otakmu itu?"
Tangan Shinhye yang terbebas akan menamparnya lagi, tapi kembali ditangkap oleh Yonghwa, hingga kedua tangan Shinhye ada dalam genggamannya sekarang.
"Lepaskan, kurang ajar!" geramnya.
"Asal kau tahu, yang selama ini membuatku bertahan di rumah ini adalah Ajhussi. Aku sangat menghormati Ajhussi. Tapi kalau kau ingin aku pergi, tak perlu kau minta. Saatnya nanti pasti kulakukan. Paham?"
"Kenapa tidak sekarang saja kau pergi?"
"Itu terlalu enak untukmu! Aku hanya akan pergi dari rumah ini setelah melihatmu gila betulan. See!"
"Bangsat!" Duk! Yonghwa meringis, seketika cekalannya di lengan Shinhye lepas bersamaan dengan tendangan Shinhye mendarat di tulang kakinya.
Begitu terbebas Shinhye berlari ke arah kamarnya. Tapi dengan beringas Yonghwa pun secepat kilat mengejar. Shinhye tidak bisa menutup pintu kamarnya karena kaki Yonghwa menghalangi, dan ia masih panik, tidak mengira dengan keberanian lelaki itu ketika justru pintu kamarnya Yonghwa dorong hingga sekarang ia berada di dalam kamarnya.
Daun pintu ada di belakang tubuhnya, Shinhye tidak punya kesempatan untuk lari dari kamar karena pintu itu sekarang Yonghwa kunci dari dalam. Shinhye panik. Ia ngeri membayangkan apa yang bakal cowok itu lakukan padanya.
"Keluar!" usirnya gemetar.
Yonghwa tidak menghiraukan, malah mendekatinya dengan raut wajah yang belum pernah Shinhye lihat sebelumnya.
"Keluar, cepat! Atau aku berteriak." ancam Shinhye terjajar mundur.
"Kalau kau ingin aku cepat pergi dari rumah ini, aku juga akan secepatnya buat kau gila." ujar Yonghwa.
"Kau akan melakukan apa?"
Yonghwa menyeringai dan terus melangkah mendekati Shinhye. Tapi lalu Shinhye berbalik dan lari menyebrangi tempat tidur, di dinding kamarnya ada banyak hiasan dinding. Ia menyambarnya satu-satu lalu melemparnya ke tubuh Yonghwa membabi buta. Langkah Yonghwa tidak lanjut. Tubuhnya dihujani lemparan barang-barang, boneka, bingkai foto, bantal, tempat tissue, terakhir sesuatu yang menimpa kepala dan sakit terasa. Ia mengusapnya, cairan merah membasahi tangannya.
Sementara Shinhye pun segera menghentikan aksinya, seketika ia kaget melihat darah yang mengucur di kening Yonghwa. Benda yang masih ditangan yang sedianya akan ia lempar lagi, terjatuh begitu saja. Kedua tangannya menutup mulut karena panik.
Tubuh Yonghwa limbung, hendak jatuh. Serta merta Shinhye lompat dan  menangkapnya seraya bersuara gemetar.
"Yonghwa-ssi. Jung Yonghwa,  jangan lakukan! Yonghwa-ya!" Shinhye menjerit karena Yonghwa yang terjatuh tak sadarkan diri. "Ajhummaaa...!!! Ajhummaa tolong!" Shinhye panik setengah mati.
"Gagang pintu bergerak-gerak dicoba dibuka dari luar, tetapi tidak terbuka karena pintu dikunci.
"Agashi! Apa yang terjadi?"
"Yonghwa-ssi... Yonghwa... Ajhumma!" Shinhye segera berlari ke pintu memutar kuncinya, pintu lalu terbuka.
"Kenapa Tuan Muda Yonghwa, Agashi?" Choi Ajhumma terkejut melihat Yonghwa yang terkapar berdarah-darah.
"Aku tidak sengaja melakukannya, Ajhumma!" Shinhye lalu menangis ketakutan.
Ajhumma mencoba memeriksa Yonghwa, tapi ia juga tak mengerti apa-apa.
"Agashi sudah jangan menangis! Cepat bawa Tuan Muda ke Rumah Sakit."
"Aku takut, Ajhumma! Aku tidak bermaksud membunuhnya.."
"Agashi ini bicara apa? Tuan Muda cuma pingsan. Ayuk cepat kita bawa ke Rumah Sakit!"
"Aku melemparnya dengan Samurai hiasan itu, Ajhumma. Dan mengenai kepalanya." Shinhye makin ketakutan.
Untung diluar segera terdengar derum mobil Appa, keduanya sama-sama memburu Appa. Ajhumma segera melaporkan apa yang terjadi, sedang Shinhye memberitahu bahwa ia tidak sengaja melakukannya, karena takut dipersalahkan. Appa tidak paham, tapi begitu melihat kondisi Yonghwa yang berdarah dan pingsan, segera ia membopongnya ke dalam mobil seraya pesannya kepada Shinhye dengan sangat marah.
"Kau tunggu di rumah! Jangan kemana-mana!"
Shinhye semakin takut sepeninggal Appa yang membawa Yonghwa yang tidak sadar diri ke Rumah Sakit. Appa sendiri tak urung panik melihat darah yang mengucur dari pelipis Yonghwa. Apa sebetulnya yang telah terjadi?

Tbc...

Ballad of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang