Sembilan.

2.5K 206 49
                                    

Pagi ini, nggak kayak biasanya, Lula kesiangan.

Bukan karena nggak ada yang selamat pagi-in kayak Arka, tapi soalnya dia semalem begadang ngerjain pertanyaan wawancara beserta kemungkinan jawaban peserta, juga parameter penilaiannya.

Buset bahasanya berat banget padahal wawancara subsekbid doang.

Terus, ya gitu deh. Lula masuk gerbang sekolah di saat saat terakhir sebelum guru piket nutup gerbangnya.

Nah jadi, sekolahnya Lula nih gerbangnya double. Gerbang dalam sama gerbang luar. Gerbang luar itu bentuknya kek pagar biasa gitu, buat membatasi parkiran sama jalan raya. Nah, gerbang dalam ini bentuknya kayak pintu besi segede dosa yang bikin nggak memungkinkannya untuk melihat apa yang terjadi di dalam lingkungan sekolah, dan mencegah siswa mabal.

Padahal kalo mau mabal tinggal lewat gerbang kantin belakang yang dibuka 24/7 :)

Jadi, kalo dari luar, yang bisa dilihat sama orang-orang cuma ruang TU a.k.a tempat bayar SPP, ruang piket, parkiran dan pos satpam. Sisanya cuma tembok dan pintu. Udah kek penjara ae.

Nah jadi, kalo siswa-siswi yang kesiangan itu biasanya dibarisin di depan gerbang dalam, sebelum di data namanya dan dikasih nasehat beserta hukuman, terus setelah hukumannya dilaksanakan mereka baru dapet surat ijin masuk kelas, yang biasanya memakan waktu dua jam pelajaran.

Dan Lula dibarisin disana. Cewek itu cuma diem sambil nahan ngantuk selama Pak Yono menasehati semua orang yang terlambat.

"Eleuh, eta deui si ujang kakarek datang."

(A/n: gue nggak bisa translatenya plis gue bukan native jg soalnya HAHAHAHAHAHAH jadi intinya Pak Yono bilang kalo itu ada yang baru dateng ok ya ok de)

Ya, jadi, kayaknya beliau ini guru yang paling nyunda. Nggak tau apa gara-gara sekarang lagi rebo nyunda jadi ngomongnya gitu.

Lula sih nggak ngerti ngerti amat, ya kali. Mamanya turunan tasik dan punya darah inggris, sedangkan papanya pure orang perancis.

Kayaknya dia lebih lancar ngomong "Where are you going?" Daripada "Bade kamana atuh?"

Intinya, Lula cuma bisa ngomong aing-maneh-sia, ya bahasa anak-anak sekolahan doang.

Tapi toh, nggak ngerti gitu juga Lula noleh ke arah gerbang, dan menemukan Arka yang lagi cengar-cengir nggak berdosa.

"Punten pak, telat. Hehe." Katanya.

"Itu lagi, baju, masukin!" Perintah Pak Yono seraya menunjuk pada ujung seragam Arka yang keluar.

"Eh, iya astagfirullah khilaf Pak." Arka menjejalkan bagian depan seragamnya ke pinggang, membiarkan belakangnya tetap keluar.

"Ai kamu atuh celana meuni ngetat-ngetat pisan? Mau aerobik, hah?"

123456 anak yang lagi dibarisin ketawa. Lagian, Arka nih, celananya udah kayak ibu ibu mau senam cantique di CFD. Lula aja nggak yakin itu celana SMA apa jegging warna abu-abu.

"Nggak pak, aduh, ini teh ya saya ngegendutan pak. Ajarin cara diet dong pak biar kayak bapak gitu kan kurus, kekar, bidih sixpack yakan." Arka cengengesan lagi.

Pak Yono cuma menghela nafas dengan malas.

"Gimana sih, masa anak OSIS kayak gini? Gimana mau dijadikan contoh buat temen-temennya yang lain?" Tanyanya.

"Astagfirullah Arka," temen-temen cowoknya yang juga telat berujar sambil cekikikan.

"Ck, ck, ck, gimana coba bangsa kita mau maju kalo generasi mudanya, anak OSIS-nya kayak gini ya pak." Temennya Arka yang satu lagi berujar sok ide, bikin Arka pengen ngelemparin kepalanya pake sendal jepit saat itu juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mercy [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang